Curug Gombong, salah satu obyek wisata di Batang. ( foto-foto : Sendy/ Kemenpar)
BATANG, Jateng, bisniswisata.co.id:Bupati Batang Wihaji siapkan sejumlah strategi untuk menarik lebih banyak wisatawan berkunjung ke Kabupaten Batang, Jawa Tengah. apalagi jelang mudik Lebaran tahun ini.
“Kalau yang berkendara dari ibukota Jakarta ke ujung Pulau Jawa maka titik jenuh menyetir sebenarnya jatuh di Kabupaten Batang. Jadi jangan memaksakan diri, istirahat dan mampir sejenak ke Batang yang dilalui jalur Pantura,” kata Wihaji.
Berbicara dalam pertemuannya dengan Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Pendopo alun-alun Batang yang merupakan penutup rangkaian kegiatan Press Tour Biro Komunikasi Publik dan Forwapar tanggal 2-4 Mei 2018, Wihaji mengatakan wisata alam jadi unggulan.
“Kekuatan wisata Batang adalah alam. Tidak semua daerah memiliki gunung dan laut berdekatan. Orang berwisata karena ingin melihat sesuatu, terutama alam. Nah di Batang ini dibutuhkan waktu minimal dua hari untuk mengeksplor potensi alam yang ada,” ujarnya.
Namun bagi pemudik yang memutuskan untuk tidak menginap maka obyek wisata pantai yang bisa ditempuh sekitar setengah jam dari jalur Pantura bisa menjadi alternatif untuk berisrirahat apalagi pantai di Batang juga banyak daya tariknya karena ada pusat penangkaran dolphin dan mini zoo,” paparnya.
Kabupaten Batang terletak di jalur Pantura, 84 km sebelah barat kota Semarang. Terbagi atas 15 kecamatan, 235 Desa, dan 9 Kelurahan. Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah, dan pegunungan.
Saat ini destinasi wisata yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah agrowisata Pagilaran, wisata Paralayang, Hutan Pinus Sikembang, dan Puncak Patran. Sementara itu, destinasi wisata penunjangnya adalah pantai-pantai, air terjun (curug), dan Batang dolphin centre.
“Destinasi-destinasi ini dipilih karena memiliki tiga alasan. Pertama karena unik dan menawarkan sesuatu yang baru dari daerah sekitar, memiliki potensi wisata alam, dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitarnya,” jelas Wihaji kembali.
Dalam mengembangkan destinasi wisata di Kabupaten Batang, pemerintah daerah berusaha menata dan memperbaiki aksesibilitas, meningkatkan amenitas dengan membangun glamping serta homestay, dan memberi nilai tambah baru pada atraksi melalui pembangunan spot yang Instagramable di tiap destinasi wisata.
“Kekuatan pada alamnya dan didukung pula oleh keberadaan jalur Pantura yang menjadi pelintasan menuju beberapa propinsi serta kota membuat kami optimistis bisa mengembangkan agro industri, agro wisata dan agro bisnis. Potensi yang ada membuat kami yakin pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah “ tegas Wihaji.
Melalui pengembangan sektor pariwisata, ekonomi dapat digerakkan dan masyarakat dapat diberdayakan. Oleh karena itu memanfaatkan momentum libur Lebaran pihaknya maupun masyarakat Batang siap menyambut tamu.
“ Yang mau mampir kuliner dan belanja silahkan karena kami punya menu andalan seperti Lontong Lemprak. Mau belanja batik Kabupaten Batang punya motif Rifaiyah yang khas baik warna maupun motifnya “ kata Wihaji dihadapan 14 pers nasional yang mengikuti Press Tour.
Soal kuliner khas, Wihaji menambahkan menu ini berisi lontong yang diberi lauk opor ayam kampung rebus dan dibumbui dengan beraneka rempah, sehingga membuat cita rasanya sangat kuat. Mengapa dinamakan lemprak karena pengunjung yang menikmatinya harus duduk bersila di alas tikar, tidak dengan kursi.
Bupati Wihaji mengakui bahwa aksesibilitas dan amenitas menjadi tantangan besar yang harus segera diselesaikan dalam mengembang-kan destinasi wisata di kabupaten tersebut.
“Akses yang terbatas menuju beberapa destinasi menjadi pekerjaan rumah bagi kami yang harus diselesaikan. Banyak yang menanyakan ke saya, transportasi umum apa yang harus digunakan menuju beberapa tempat wisatanya.
Pasalnya, ada beberapa tempat wisata misal Pagilaran yang di atas pukul 17.00 WIB tidak ada lagi akses tranportasi umum yang lewat di sana,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa strategi untuk aksesibilitas darat dan udara ke berbagai destinasi wisata di Batang tengah digodok dan ditata. Untuk aksesibilitas udara, Wihaji menyadari salah satu kelemahan Batang adalah jauhnya bandara udara.
Memerlukan waktu lebih dari dua jam menempuh perjalanan antara Batang dengan Semarang, sebagai kota terdekat yang memiliki bandara udara. Untuk itu, saat ini pemerintah Kabupaten tengah mencari titik temu untuk mengusahakan pembangunan bandara perintis.
Sementara itu untuk jalur darat, kereta api ekonomi yang berhenti di Stasiun Batang Lama dan Stasiun Batang Baru, serta transportasi umum langsung yang membawa wisatawan dari stasiun pekalongan menuju Batang menjadi target yang saat ini tengah diusahakan realisasinya.
“Untuk kereta, anehnya Batang memiliki dua stasiun, tapi tidak ada kereta yang berhenti. Pemerintah Kabupaten Batang sudah meminta secara resmi kepada PT. Kereta Api Indonesia (KAI), minimal kereta ekonomi berhenti di Batang. Opsi lain seperti membuat transpotasi umum dari Stasiun Pekalongan menuju ke berbagai destinasi wisata di Batang,” jelas Wihaji.
Mengenai amenitas, Kabupaten Batang masih terbilang minim fasilitas. Saat ini akomodasi yang tersedia hanya hotel bintang dua dan losmen. Untuk alternatif, di beberapa destinasi wisata seperti Sikembang, pemerintah daerah tengah dikembangkan homestay dan glamping.
Dengan berbagai tantangan menyangkut aksesibilitas dan amenitas, Kabupaten Batang tetap menyiapkan berbagai rencana pariwisata ke depan.
Untuk 2019, Batang akan membangun _superblock_ yang dilengkapi fasilitas hotel berbintang, mall, serta pusat hiburan. Membuat paket-paket wisata yang menonjolkan berbagai destinasi khas di Batang dengan wisata alamnya juga tengah disiapkan.
Wihaji berharap rencana ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan baik nusantara maupun asing. Pada 2017 lalu, kunjungan wisawatan nusantara mencapai 447 ribu wisnus. Sementara itu, wisatawan mancanegara masih mengandalkan para pekerja PLTU seperti pekerja Jepang dan Korea.