FASHION HALAL INTERNATIONAL REVIEW

Meningkatnya Popularitas Thobe di Kalangan Pria Muda Muslim di Inggris

LONDON, bisniswisata.co.id: Dalam beberapa tahun terakhir, jalanan Inggris telah menyaksikan tren mode yang menarik: pria muda Muslim dengan percaya diri mengenakan thobe sebagai bagian dari pakaian sehari-hari mereka.

Secara tradisional dikaitkan dengan praktik keagamaan dan kunjungan ke masjid, thobe, pakaian sepanjang mata kaki yang populer di negara-negara mayoritas Muslim, telah berubah menjadi simbol keimanan, kebanggaan budaya, dan gaya kontemporer.

Pergeseran ini lebih dari sekadar tren busana—ini adalah gerakan budaya yang mencerminkan identitas yang terus berkembang dari kaum muda Muslim Inggris yang memadukan tradisi dengan modernitas dengan cara yang bermakna seperti diilansir dari Aamer Yacub/ The Halal Times.

Thobe sebagai Jembatan Budaya

Bagi banyak pemuda Muslim di Inggris, thobe tidak hanya sekadar pakaian. Thobe adalah jembatan kuat yang menghubungkan akar Islam mereka dengan pendidikan Inggris mereka.

Menghadapi kompleksitas warisan ganda sering kali menghadirkan tantangan, khususnya bagi generasi kedua dan ketiga Muslim, yang mungkin merasa tertarik di antara dua dunia.

Thobe memungkinkan mereka mengekspresikan kebanggaan mereka pada kedua identitas, yang mencerminkan kemampuan unik mereka untuk merangkul tradisi sambil hidup dalam masyarakat modern dan multikultural.

Studi menyoroti dinamika ini. Sebuah survei tahun 2023 oleh Sensus Muslim menemukan bahwa 78% pemuda Muslim Inggris mengidentifikasi budaya mereka sebagai perpaduan pengaruh Islam dan Inggris.

Bagi banyak orang, mengenakan thobe adalah cara nyata untuk ekspresikan identitas campuran ini. Thobe melambangkan iman dan kebanggaan budaya mereka sekaligus menandakan kepercayaan diri mereka dalam memiliki narasi unik mereka.

Generasi kedua dan ketiga Muslim Inggris memimpin gerakan ini. Tidak seperti orang tua mereka, yang sering kali mengecilkan identitas budaya mereka untuk berintegrasi ke dalam masyarakat Inggris, kaum muda Muslim merangkul warisan Islam mereka dengan bangga dan tanpa rasa bersalah. Thobe telah menjadi elemen kunci dari kepercayaan budaya yang baru ditemukan ini.

Pada intinya, popularitas thobe berakar kuat pada keimanan. Bagi kaum muda Muslim, mengenakan pakaian ini sering kali dipandang sebagai tindakan pengabdian, yang mewujudkan prinsip-prinsip Islam tentang kesederhanaan, kerendahan hati, dan rasa hormat.

Nilai-nilai ini sangat beresonansi dengan generasi yang berhubungan kembali dengan keimanan mereka dan menemukan cara untuk mengintegrasikannya ke dalam kehidupan mereka di masyarakat Barat.

Selama perayaan keagamaan seperti Ramadan dan Idul Fitri, makna thobe menjadi lebih jelas. Di kota-kota seperti London, Birmingham, dan Manchester, pemandangan kaum muda mengenakan thobe yang elegan dan dirancang khusus selama perayaan ini menjadi semakin umum. Momen-momen ini menyoroti bagaimana thobe berfungsi sebagai penanda agama dan budaya.

Para tokoh dan cendekiawan Islam telah memainkan peran kunci dalam mendorong tren ini. Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, mereka membahas pentingnya mempertahankan tradisi Islam sambil beradaptasi dengan konteks modern. Wawasan mereka menginspirasi kaum muda Muslim untuk mengenakan thobe sebagai ekspresi autentik keimanan mereka dalam kehidupan publik.

Mode Berpadu dengan Fungsionalitas

Salah satu alasan semakin populernya thobe adalah evolusinya menjadi pakaian modern dan serbaguna. Sementara thobe tradisional sering kali polos dan seragam dalam desain, versi masa kini memenuhi selera kontemporer, memadukan tradisi dengan mode mutakhir.

Thobes modern dirancang dengan mempertimbangkan kepraktisan. Ukuran yang lebih ramping, kain yang menyerap keringat, dan fitur fungsional seperti kantong tersembunyi membuatnya cocok untuk dikenakan sehari-hari.

Sementara itu, sulaman yang rumit, warna-warna berani, dan bahan berkualitas tinggi menarik minat pria muda yang mencari pakaian yang mencerminkan gaya dan isi.

Inggris telah menjadi pusat inovasi ini. Merek seperti Aab Collection dan East Essence memimpin dengan thobe yang melayani audiens muda. Desain ini berkisar dari gaya minimalis dan monokromatik hingga pola dan tekstur menarik yang menambahkan sentuhan modern pada estetika tradisional.

Peritel kelas atas juga mengikuti tren ini. Perusahaan seperti ASOS dan Zara memasukkan elemen yang terinspirasi dari thobe ke dalam koleksi mereka, menandakan pengaruh pakaian tersebut yang semakin besar pada mode arus utama.

Adaptasi ini mencerminkan daya tarik mode sopan yang meluas dan semakin dikenalnya elemen budaya Islam di kancah mode global.

Media sosial telah berperan penting dalam kebangkitan thobe di kalangan Muslim muda Inggris. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi dengan konten yang memamerkan cara menata thobe untuk berbagai kesempatan.

Para influencer dan penggemar mode memberikan kiat untuk memadukan thobe dengan sepatu kets, jaket, atau bahkan aksesori kontemporer seperti jam tangan dan kacamata hitam.

Tagar seperti #ThobeStyle dan #MuslimFashion telah mengumpulkan jutaan tampilan, menciptakan komunitas daring yang dinamis di seputar pakaian tersebut.

Para influencer seperti Kareem Ali dan Aisha Styles berbagi tampilan yang terinspirasi dari thobe, mendorong pengikut mereka untuk mengeksplorasi keserbagunaan pakaian tersebut.

Visibilitas ini telah meluas melampaui komunitas Muslim, dengan non-Muslim mengungkapkan kekaguman atas signifikansi estetika dan budaya pakaian tersebut.

Meskipun thobe tetap menjadi item pakaian yang sangat simbolis bagi umat Muslim, kehadirannya dalam perbincangan mode yang lebih luas menyoroti daya tarik universalnya.

Membangun Komunitas

Selain ekspresi individu, thobe menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki di antara pemuda Muslim. Di lingkungan dengan populasi Muslim yang signifikan, seperti London Timur, Sparkbrook di Birmingham, dan Rusholme di Manchester, thobe merupakan simbol visual dari nilai-nilai bersama dan kebanggaan budaya.

Festival komunitas dan acara keagamaan memperkuat rasa memiliki ini. Acara-acara seperti Eid in the Square di London dan Festival Ramadan di Birmingham menampilkan keragaman dan kekayaan budaya Islam, dengan para peserta yang sering mengenakan thobe. Pertemuan-pertemuan ini merayakan persatuan, dengan thobe berfungsi sebagai lambang budaya pemersatu.

Di kota-kota kecil dan daerah pedesaan, di mana populasi Muslim mungkin kurang terlihat, mengenakan thobe sering kali menjadi cara untuk terhubung dengan iman dan budaya seseorang. Hal ini menjadi pernyataan kebanggaan dan solidaritas, bahkan di lingkungan di mana representasi budaya terbatas.

Meningkatnya visibilitas thobe di Inggris juga berperan dalam menantang stereotip dan mempromosikan inklusivitas. Meskipun busana Islami secara historis disalahpahami atau distigmatisasi di beberapa kalangan, adopsi thobe oleh kaum muda Muslim dengan percaya diri tengah membentuk kembali persepsi.

Sebuah laporan tahun 2022 oleh British Muslim Council menemukan bahwa 63% responden meyakini sikap publik terhadap busana Islami telah membaik selama dekade terakhir.

Kemajuan ini dapat dikaitkan dengan normalisasi pakaian seperti thobe dalam kehidupan sehari-hari, serta upaya tokoh masyarakat dan influencer yang dengan bangga mengenakannya.

Kampanye seperti #ProudlyMuslim telah memajukan tujuan ini, mendorong individu untuk berbagi cerita dan menyoroti signifikansi budaya dan agama dari thobe. Inisiatif ini menumbuhkan pemahaman dan penerimaan, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk semua.

Daya Tarik Global Thobe

Munculnya thobe di Inggris bertepatan dengan maraknya mode busana muslim di dunia. Menurut Laporan Keadaan Ekonomi Islam Global 2023, industri mode busana muslim bernilai lebih dari US$400 miliar dan diproyeksikan akan terus tumbuh dalam beberapa tahun mendatang. Tren ini telah mengangkat pakaian seperti thobe ke tingkat internasional.

Inggris telah memposisikan diri sebagai pemimpin dalam inovasi mode busana muslim. Desainer dan merek Inggris semakin dikenal karena kemampuan mereka memadukan tradisi dengan estetika modern. Thobe kini tidak hanya dipandang sebagai bagian penting budaya, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi tren mode global.

Pembeli internasional sering kali beralih ke merek-merek yang berbasis di Inggris untuk mendapatkan desain thobe yang unik, yang semakin memperkuat reputasi negara tersebut sebagai pusat mode Islam. Permintaan ini menggarisbawahi keserbagunaan pakaian tersebut dan daya tarik yang lebih luas dari prinsip-prinsip mode busana muslim.

Kekuatan pendorong lain di balik popularitas thobe adalah semakin besarnya penekanan pada keberlanjutan dan produksi yang etis.

Konsumen yang lebih muda, khususnya Gen Z, semakin tertarik pada merek yang mengutamakan tanggung jawab lingkungan dan sosial. Produsen thobe telah menanggapi permintaan ini dengan mengadopsi praktik ramah lingkungan.

Banyak thobe kini dibuat dari bahan yang berkelanjutan seperti katun organik, bambu, dan linen. Kain-kain ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga sejalan dengan prinsip-prinsip Islam tentang pengelolaan dan kesopanan.

Proses produksi yang etis, termasuk praktik ketenagakerjaan yang adil, semakin meningkatkan daya tarik pakaian ini.Merek-merek yang berbasis di Inggris seperti Al-Haram dan Modesty Wear memimpin dalam produksi thobe yang berkelanjutan. Dengan menawarkan pakaian berkualitas tinggi yang dibuat secara etis, mereka memenuhi harapan generasi yang peduli.

Masa Depan Thobe di Inggris

Masa depan thobe di Inggris cerah. Karena kaum muda Muslim terus menggunakan pakaian ini, pengaruhnya kemungkinan akan meluas ke luar komunitas Islam.

Integrasi desain yang terinspirasi thobe ke dalam mode arus utama menunjukkan bahwa pakaian tersebut dapat menjadi ikon budaya, yang mencerminkan kekayaan warisan Islam sekaligus menarik bagi khalayak global.

Peran Inggris sebagai pusat inovasi mode sopan semakin memperkuat lintasan ini. Desainer Inggris memiliki kesempatan untuk menetapkan tren global, menciptakan thobe yang memenuhi kepekaan tradisional dan modern. Karena keberlanjutan dan mode etis menjadi lebih menonjol, merek-merek Inggris berada pada posisi yang tepat untuk memimpin gerakan ini.

Munculnya thobe di kalangan pria muda Muslim di Inggris lebih dari sekadar pernyataan mode—ini adalah perayaan identitas, iman, dan ketahanan. Dengan mengenakan thobe, kaum muda Muslim menegaskan tempat mereka dalam masyarakat multikultural, menantang stereotip, dan merangkul warisan mereka dengan bangga.

Bagi orang-orang ini, thobe bukan sekadar pakaian. Ini adalah jembatan antara dunia, penanda komunitas, dan pernyataan berani tentang individualitas. Seiring tren ini terus berkembang, ini berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan yang ditemukan dalam keberagaman dan keindahan ekspresi diri.

Pergeseran budaya ini memperkaya tatanan sosial Inggris, membuka jalan bagi pemahaman yang lebih besar, inklusivitas, dan perayaan kemanusiaan bersama.

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)