MALE, Maladewa, bisniswisata.co.id: Arab Saudi menyaksikan lonjakan permintaan produk halal, yang menunjukkan pertumbuhan pasar global yang lebih luas untuk sektor ini.
Ledakan ekonomi yang didorong oleh pertumbuhan obat-obatan halal, kosmetik, dan pakaian olahraga meluas jauh melampaui Timur Tengah dan Arab Saudi seperti dilansir dari halalweekly.com.
Antara 2018 dan 2020, peluncuran produk global dengan klaim halal meningkat sebesar 19 persen, naik dari lebih dari 16.000 menjadi lebih dari 20.000 produk. Mayoritas produk tersebut, sekitar 63 persen, berasal dari Asia, diikuti oleh Afrika dan Timur Tengah.
Pertumbuhan signifikan di sektor halal mengungkapkan potensi besar yang belum dimanfaatkan yang melampaui gagasan konvensional tentang halal yang terbatas pada aturan diet Islami.
Halal, yang berarti “diperbolehkan” atau “halal” dalam bahasa Arab, meliputi barang dan jasa yang dapat diterima oleh umat Islam berdasarkan hukum Islam dan Alquran.
Produk halal biasanya bebas dari babi dan mengikuti metode penyembelihan khusus yang dilakukan oleh seorang Muslim, serta bebas alkohol.
Sertifikat yang dikeluarkan oleh badan pengatur membuktikan bisnis yang memproduksi barang sesuai dengan prosedur halal. Industri halal bernilai US$1,27 triliun pada tahun 2021 dan diproyeksikan mencapai US$1,67 triliun pada tahun 2025, dengan sektor makanan sebagai penyumbang terbesar.
Menurut Frost and Sullivan, perusahaan riset pemasaran terkemuka Amerika, ekonomi halal global adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan berpotensi mencapai US$4,96 triliun pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan peningkatan yang substansial dari nilainya sebesar US$2,30 triliun pada tahun 2020.
Dengan sekitar 2,2 miliar Muslim di seluruh dunia, terhitung sekitar 26 persen dari populasi global, konsumen Muslim mewakili segmen yang berkembang pesat.
Arab Saudi, sebagai tempat kelahiran Islam, saat ini sedang mengalami transformasi sosial dan ekonomi yang signifikan dan mengalami lonjakan ekonomi halal.
Ekspansi ekonomi halal tidak terbatas pada barang-barang makanan tetapi juga meluas ke kosmetik, produk pembersih, barang-barang rumah tangga, dan lainnya.
Potensi pasar untuk ekonomi halal sangat besar, menarik pemain besar seperti Procter and Gamble, Unilever, Nestle, dan produsen makanan, kosmetik, dan pakaian terkenal lainnya yang bertujuan untuk menjadi produsen halal bersertifikat.
Arab Saudi memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan industri halal dengan mendefinisikan kembali definisi produk halal dan menetapkan standar global untuk sertifikasi, inspeksi, dan kualifikasi halal.
Sebagai pusat dunia Islam, merupakan langkah wajar bagi Kerajaan untuk memimpin perluasan ekonomi halal. Pada Oktober 2022, Dana Investasi Publik Arab Saudi meluncurkan Halal Products Development Co., yang bertujuan untuk melokalkan produksi halal dan meningkatkan efisiensi ekosistem di Arab Saudi, sekaligus menargetkan pasar global.
Kolaborasi dengan pemain utama lokal dan internasional akan memberdayakan usaha kecil dan menengah untuk memperluas kehadiran mereka di pasar halal global.
Negara-negara Muslim dan negara lain, termasuk Malaysia, UEA, Qatar, Turki, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Brasil, secara aktif mengembangkan ekonomi halal mereka untuk menangkap potensi pasar ini.
Bahkan negara-negara non-Muslim menyadari pentingnya memposisikan diri sebagai pemain kunci di pasar halal. Qatar, khususnya, telah mengalami pertumbuhan substansial dalam ekonomi halal di berbagai sektor seperti pasar keuangan, asuransi syariah, pariwisata, kesehatan, dan fintech. Negara ini telah berperan penting dalam mengembangkan ekosistem akreditasi halal global dan nasional.
Meskipun pasar halal berkembang pesat, tantangan tetap ada, termasuk kebutuhan untuk mengklarifikasi definisi halal dan menangani pembiayaan untuk industri, serta mengelola rantai pasokan halal secara efektif.
Namun, masa depan ekonomi halal tampak menjanjikan, dengan semakin beragamnya produk halal yang diproduksi untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat.