JAKARTA, bisniswisata.co.id: Suatu sore saat tiba di kantor Nodeflux di kawasan Kemang Timur, tidak ada kesan atau tanda-tanda kesibukan sebuah kantor Namun begitu pintu utama didorong tampaklah kantor kekinian khas anak muda dan dari jauh tampak halaman belakang dengan kolam renang memanjang di kelilingi rumput hijau yang asri.
Tapi tak ada satupun staff di dalamnya kecuali seorang office boy dan satu satpam di halaman depan. Terdengar bunyi pesan masuk di handphone menanyakan apakah sore ini saya jadi berkunjung ke kantor Nodeflux kah ?. Saya langsung tersenyum dan geli juga karena yang punya kantor bertanya di saat tamunya pas masuk ke ruang dalam kantornya.
Januari 2016, Meidy Fitranto bersama Faris Rahman mendirikan startup teknologi berfokus pada kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI) bernama Nodeflux. Kini di tahun 2024, perusahaannya bukan lagi rintisan tapi sudah menjelma jadi perusahaan nomor satu di mana Big Data & IOT adalah lahan usaha unggulannya.
Menyadari tamunya sudah tiba, dari ruang rapat berdinding kaca tampak Meidy Fitranto langsung berdiri dan menghampiri dua tamunya. Memakai T-Shirt hijau hunter, celana jeans dan sepatu sneakers putih-abu, senyumnya masih terus mengembang menghadapi senior journalis seumuran ibundanya.
Sampai kami kembali masuk ke tempat ruang rapat mini tempat Meidy duduk dengan laptop, obrolan pembukaannya masih terbatas alias sedikit bicara meski senyumnya terus mengembang. Meidy langsung menayangkan di layar ruangan profil usahanya dengan sedikitnya 154 klien dan lebih dari 50 pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota di seluruh Indonesia, dari Sabang hingga Merauke.
Bersama timnya, Meidy sudah mengolah lebih dari 200 juta pengenalan wajah atau face data implementation, mengeluarkan 10 jurnal internasional dan mendapat 5 penghargaan dari dalam dan luar negri. Meidy telah menciptakan Platform Data Terpadu yang melibatkan Big Data, IOT, Pembelajaran Mesin, Visualisasi Data, Komputasi Terdistribusi, dan beberapa materi rahasia lainnya.
“ Dari masa kuliah dosen-dosennya asyik-asyik dan ada beberapa yang mendorong saya untuk memberikan manfaat bagi bangsa dan negara jadi jasa pengolahan data inilah yang kami pilih,” kata Meidy mengawali ceritanya.
Mengapa data? dia sangat yakin bahwa data dapat merevolusi industri masa depan kita. Dan itu harus menjadi sesuatu yang menyenangkan dan ramah bagi semua orang untuk digunakan, tambahnya. Tak heran Nodeflux kini bisa menjadi pionir perusahaan AI lokal yang mendunia dan membanggakan nama Indonesia.
Nodeflux ini Vision AI company. Kecerdasan Artifisial yang berbasis Computer VIsion (kemampuan komputer untuk melakukan pencitraan). Jadi seperti membuat mesin mampu melihat dan melakukan interpretasi visual layaknya manusia. Misal ada gambar, mesin bisa mengetahui ada objek apa saja di dalamnya, bagaimana pergerakan nya, dan lain sebagainya.
“Contoh umum nya untuk pengenalan wajah. pemantauan lalu lintas, pemantauan ketinggian air, yang semuanya dilakukan melalui visual seperti CCTV,” jelas Meidy.
Untuk mempermudah lawan bicara memahami bisnis intinya, Meidy dengan suara lembutnya memberikan contoh saat pihak Imigrasi di Indonesia melayani permintaan paspor, misalnya. Maka Nodeflux bisa melihat ‘ dibalik’ foto dokumen si pemohon itu siapa dia sesungguhnya.
“ Kami bisa melihat, membongkar pemalsuan wajah dengan kecanggihan tekhnologi bahwa si pemohon ternyata buronan internasional yang dicari,” katanya kalem sementara saya langsung excited ingat film-film James Bond atau film detektif buatan negaranya Paman Sam itu.
Meidy cuma senyum-senyum malu melihat dua wanita paruh baya ini terpana dengan penjelasan-penjelasan visual di layar. Ditemani minuman jeruk panas dan camilan rebusan, obrolan kami mengalir dan menjadi semakin menarik karena belum genap usia dua tahun, Nodeflux sudah banyak mengukir prestasi.
Pemantauan dilakukannya untuk pengamanan Asean Games 2018 lalu di Indonesia bukan cuma pengenalan wajah tetapi juga kendaraan masuk terutama di Venue Utama di kawasan Kompleks Olah Raga Senayan, Jakarta, mulai dari acara pembukaan hingga penutupan yang spektakuler.
Seiring perusahaan membangun milestones melalui pencapaian, pengakuan, dan dampak value-added. Fokus inti Nodeflux adalah mengembangkan deep learning computer vision untuk memberikan solusi Intelligent Video Analytics terhadap masalah kompleks yang dihadapi oleh industri multi sektor dan masyarakat modern.
Dia mengubahnya menjadi kecerdasan yang dapat ditindaklanjuti. Fleksibilitas yang ditawarkan oleh Nodeflux Cloud mampu membantu organisasi merampingkan operasi, meningkatkan pemantauan, dan pengalaman pelanggan.
Nodeflux People Counting adalah Vision Artificial Intelligence Analytics Software yang memungkinkan untuk mengetahui jumlah orang di area tertentu dengan banyak wilayah yang diminati.
“ Untuk dunia pariwisata misalnya kegiatan Meeting, Incentive, Confrence & Exhibition ( MICE) tingkat global dihadiri VIP layaknya Konfrensi Tingkat Tinggi ( KTT) maka Nodeflux juga berperan dalam hal pengamanan serta sektor lainnya. Bahkan termasuk pula layanan seperti peternakan ayam sekalipun !. Masya Allah.
Hal ini karena kecanggihan tekhnologinya dapat dilakukan untuk menangkap lalu lintas orang, seperti di pintu depan, gerbang, lift, lobi. Dengan memanfaatkan Nodeflux People Counting, perusahaan dapat dengan mudah mengumpulkan jumlah data pengunjung dan menganalisis jam sibuk di setiap area masing-masing.
Di Peternakan ayam modern berisi ribuan ekor maka pemilik juga bisa memantau suhu badan ayam, takaran ketersediaan pakan ternaknya sampai pengamanan dari pencurian baik yang dilakukan oleh ‘orang dalam’ maupun pihak luar.
Nah soal Nodeflux Facial Recognition seperti yang dipakai untuk imigrasi, kepolisian dll adalah Vision Artificial Intelligence Analytics Software yang menyediakan pencarian dan pengenalan yang akurat. Dengan menggunakan Algoritma Deep Learning untuk meningkatkan akurasi inferensi wajah yang secara otomatis mendeteksi fitur wajah dan mengenalinya.
Selanjutnya mampu mengklasifikasikannya menjadi orang yang dikenal dan tidak dikenal. Analitik ini dapat diintegrasikan dengan database eksternal atau juga bisa dengan membuat database baru.
Pionir sejak bangku kuliah
Berbisnis dan membangun usaha pionir bukan hal yang baru bagi Meidy. Sejak di bangku kuliah di Institut Tekhnologi Bandung ( ITB) dia sudah menjual Sushi bersama teman – temannya. Sushi hidangan khas Jepang dari nasi dan makanan seperti ikan, rumput laut disukai masyarakat Indonesia juga.
Anak ke dua dari tiga bersaudara ini rupanya tidak hanya pandai belajar, tapi hidangan sushi kaki lima yang saat itu menjadi usaha pionir di Bandung mendatangkan hasil yang menguntungkan bagi anak kost ini.
Kuliah yang dijalaninya juga tepat waktu sehingga setelah wisuda usahanya ini dijual lengkap pada pemilik tempat kostnya sendiri sehingga usahanya terus berlanjut. Dari usaha sushi, Meidy sempat kerja kantoran di sebuah grup perusahaan besar, namun tak lama kemudian beralih dengan berwirausaha lagi.
Kali ini pilihannya adalah membuat sepatu-sepatu wanita untuk penjualan melalui online Zalora maupun memasok untuk Berrybenka, salah satu fashion brand Indonesia yang menjual berbagai macam atribut fashion mulai dari baju, sepatu, tas, hingga aksesori.
“Lagi enak-enaknya produksi eh masuk deh barang-barang China dengan harga separuh lebih murah. Akhirnya terpaksa alih usaha lagi dan kebetulan terus mengikuti perkembangan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence ( AI),” kata suami dari Dita dan ayah dari dua anak, Keevar dan Keesha.
Jualan sepatu lalu sekarang jualan AI, memang bersebrangan jauh, tapi menurut Meidy pada dasarnya dia pingin menjadi pengusaha jadi peluang yang ada langsung di jalaninya.
“Sebenarnya selain jualan sepatu, dulu sempat juga jualan software dan juga pernah buka bisnis kuliner sushi pada saat kuliah. Jadi memang nggak terlalu spesifik harus dibidang apa. Terus coba mencari apa yang kira-kira sedang ada peluangnya dan bisa saya pelajari dan saya kerjakan,” ungkapnya.
Pria bongsor ini memang suka kulineran, jalan-jalan dan juga hobi main bola. Bagi Meidy perbedaan yang signifikan antara berjualan sushi, produksi sepatu ataupun produk AI, masing- masing ada tantangannya sendiri.
“Kalau sushi itu pastinya menu yang enak dan positioning yang pas, selain itu juga operasionalnya bagaimana kita harus menciptakan lingkungan dapur dan konsumen yang bersih, terutama karena ikan itu termasuk sensitif mendatangkan lalat,”
Selain itu juga bagaimana kita melakukan manage inventory masuk dan keluarnya dengan baik agar mampu terjaga kesegarannya. Kalau sepatu itu juga yang pasti design dan build nya harus cocok dengan target market, pada waktu itu cukup menantang juga menjaga antara biaya operasi, harga jual di market, tambahnya.
“Kalau di AI ini tantangannya adalah dunia nya bergerak begitu cepat, jadi harus cukup aware dan cepat mengikuti perkembangan, tantangan-tantangan nya pun lebih banyak ke arah engineering dan people management,”
Bermanfaat bagi negara dan bangsa.
Pernyataannya untuk selalu bermanfaat bagi bangsa dan negara bukan kalimat klise tapi betul-betul harus menghadapi tantangan dengan smart dan semangat tinggi. Tantangannya sekarang di AI, investor asing dari Rusia dan China bersiap masuk Indonesia sehingga posisinya sebagai pionir juga terancam. Namun kecintaan Meidy di bidang AI tidak membuatnya gentar menghadapi persaingan.
“Awalnya saya buat platform pengolahan data yang sifatnya umum, tetapi di dunia kini sedang ada trend AI dan kemampuan teknologi, algoritma dan data nya saya lihat sudah semakin siap untuk diolah. Jadi kita coba fokuskan di AI Computer Vision, sampai sekarang,”
Dia bersyukur pas masih kuliah beberapa fondasinya untuk mendalami AI maka dasar utama Machine Learning itu adalah statistik. beberapa kali juga Meidy bertemu mata kuliah yang beririsan, dari teori probabilitas, statistik industri, analisis multivariate, dan juga sistem pendukung keputusan.
“Selain itu juga belajar pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasinya. Jadi sebenarnya sudah lumayan terbentuk ide2 dasarnya,” ujarnya bersemangat.
Putra dari alm Bambang Sugiri yang seorang pilot perusahaan penerbangan komersial dan Dharmawati, ibu yang berlatar belakang sarjana pendidikan dan social entrepreneur ini mengatakan semua pencapaian dan prestasi yang diraihnya semata-mata ingin membahagiakan keluarga dan memberikan manfaat untuk negara.”Ingin menjadi diri sendiri dan hidup dengan benar,” tegasnya
Pendidikan yang telah ditanamkan ayahnya sejak kecil adalah untuk tidak membuang waktu dengan percuma. Oleh karena itu Meidy memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan positif yang bermanfaat bagi masyarakat apalagi melihat ayahnya aktif dalam kegiatan sosial di Masjid dan Yayasan Pendidikan.
Pendidikan awal dari rumah, melalui contoh kebiasaan- kebiasaan dan kegiatan ayah ibunya membuat Meidy tumbuh menjadi sosok yang mampu menghubungkan dasar-dasar ilmu dan kreativitasnya di AI sehingga kini sebagai founder & CEO dari Nodeflux juga mampu bekerjasama dengan mitra-mitra kerjanya untuk menghasilkan produk-produk layanan terbaru.
Meski kesehariannya di udara, sang ayah yang suka merawat tanaman ini piawai membuat berbagai furnitur knock-down dengan konstruksi furnitur yang dalam perakitannya menggunakan sistem bongkar-pasang.
Tak heran Meidy tumbuh menjadi sosok yang mampu menghubungkan dasar-dasar ilmu dan kreativitasnya di AI sehingga mampu menghubungkan pula mitra-mitra kerjanya untuk menghasilkan produk-produk layanan terpadu.
Dibantu 30 an staff yang ada, Nodeflux punya konsep kerja ala generasi Gen Z. Bisa work from home ( WFH) seperti era COVID-19, bisa menginap di kantor, bisa fun dengan musik, berolahraga, menikmati kopi ala Cafe di udara terbuka. Pastinya serba kekinian dan tersedia sofa bean bag, bantal besar warna-warni yang mencerahkan mata.Demikian pula era musholanya juga disediakan agar bisa beribadah dengan nyaman di kantor
“Dulu waktu bisnis lagi bagus-bagusnya di tahun 2019 eh nggak lama kemudian pandemi global sehingga jumlah karyawan yang sudah mencapai 130 orang terpangkas tinggal 30 an orang,” ujarnya prihatin.
Di akhir obrolan, sempat juga saya menanyakan ketertarikannya untuk membuat kantor di IKN yang digadang-gadang kota futuristik.
“Belum ada keinginan ke IKN, karena pasar kita saat ini masih banyak di Jakarta, tapi tidak menutup kemungkinan, sepertinya perlu melihat perkembangan nya nanti seperti apa,” tutupnya saat azan magrib berkumandang.