ENTREPRENEUR SOSOK

Marta Uli Emilia Belajar Dari Keteladanan Ayah Soal Tanggungjawab Sosial

Marta Uli Emmilia, CEO PT Shali Riau Lestari

PEKANBARU, Riau, bisniswisata.co.id: Pencitraan dan membangun jejaring ( networking) dengan para penguasa kerap melekat dalam diri seorang pengusaha untuk kepentingan bisnisnya. Tapi tidak demikian adanya dalam diri Marta Uli Emilia, CEO PT Shali  Riau Lestari.

“Saya hanya perlu pencitraan kepada sang pencipta. Jangan kita punya citra buruk dihadapan Allah. Selama kita bisa berbuat baik kepada sesama manusia dan mampu menerapkan ajaran agama dengan baik maka sudah terbukti dalam setiap langkah kami Allah pasti membimbing,” ujar penganut Kristiani ini.

Berbicara dalam perjalanan dari Pekanbaru ke Desa Kota Baru, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau, Marta mengungkapkan bahwa ayahnya, Matio Panjaitan, salah satu tokoh bapak pembangunan di Provinsi Riau, selalu menanamkan pada putra-putrinya untuk memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama umat.

“Kalau dalam Islam disebut Hablumminnallah dan Habluminnannas. Setiap ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk meningkatkan hubungan vertikal dan horizontal secara seimbang. Hubungan vertikal yaitu hubungan kita kepada Allah ( Hablumminallah), sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan kita kepada sesama makhluk Allah (Hablumminannas),” kata Marta.

Wanita yang fasih mengucapkan Assalamualaikum wrwb  dan sangat menghormati agama Islam maupun  agama lainnya itu mengatakan bahwa keteladanan sang ayah dalam hidup bermasyarakat dan bertoleransi dalam beragama juga patut diacungi jempol.

“Mesjid Agung An-Nur Pekanbaru itu berdiri di atas tanah wakaf pemberian dari papa saya Matio Panjaitan. Meski non Muslim tapi beliau suka berbagi sehingga mau memberikan tanah wakaf dan berkontribusi dalam pembangunan mesjid “ ungkapnya.

Mungkin nama ayahnya tidak lagi dikenang oleh generasi lama maupun generasi sekarang di Pekanbaru, tapi dimata Tuhan Allah tentunya keikhlasannya itu menjadi amal perbuatan yang besar. Tahun 1990 an  Marta juga menyaksikan sang ayah mendapatkan penghargaan internasional di Belanda karena dedikasinya membangun Riau.

Pengaruh leadership yang dimiliki sang ayah serta sifatnya yang mudah bergaul dengan segala lapisan masyarakat itu menurun dalam jiwa Marta dan keluarganya. Istri dari Sahala Sitompul dan ibu empat anak ini mengaku sebagai pemimpin  perusahaan pengolah limbah B3, perusahaannya kini fokus melakukan Corporate Social Responsibility ( CSR) pada pembinaan kelompok petani lada di Desa Kota Baru, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar itu.

“Perusahaan kami hanya perusahaan kecil dengan 40 an  karyawan, tapi kami berkomitmen untuk mengembangkan perekonomian desa dengan membina kelompok tani Mandiri Gunung Jati ( MGJ) yang melakukan budidaya lada. Desa ini  berpotensi menjadi desa wisata sentra lada,” kata Marta.

Pengusaha wanita yang suka traveling ini yakin usahanya menambah tujuan wisata  di provinsi Riau ini akan menggerakkan perekonomian desa karena MGJ kini anggotanya banyak melakukan diversifikasi usaha seperti budidaya buah naga merah, bertani coklat, buah-buahan dan sayuran yang bisa dipasok ke industri perhotelan.

“Harus mau berkorban jika ingin Sumber Daya Manusia ( SDM) Riau hidup sejahtera. Selama ini Riau identik dengan hasil tambang minyak dan gas serta perkebunan sawit. Kedepan kita juga akan menjadi sentra lada dan komoditas lainnya,” kata Marta yang akhir tahun diisi dengan study banding desa wisata di Pentingsari dan Nglanggeran, Jogjakarta.

Dia mengaku mengikuti jejak ayahnya untuk berani berbagi dalam segala hal tanpa pamrih karena keyakinan bahwa apa yang dilakukannya akan membuat dirinya lebih berkarakter dan menjadikan poktan yang menjadi binaannya dapat berproses bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga si petani tapi juga masyarakat banyak.

“Papa selalu mengingatkan kami untuk melihat potensi diri sendiri dan pantang membicarakan keburukan orang lain sehingga anak-anaknya tumbuh dengan karakter mandiri dan menghargai setiap proses dalam kehidupan,”

Marta mengagumi pula sinergi antara mama dan papanya dalam mendidik anak. Di matanya, mama adalah seorang ibu rumahtangga yang selalu mendukung aktivitas suaminya.  Sebagai kontraktor yang memimpin baik di rumah maupun di kantor, ayahnya bukan tipe otoriter tapi melalui keteladanan dan komunikasi yang baik.

“ Diantara 11 anaknya, saya satu-satunya putri beliau yang selalu diajak ke berbagai pertemuan sehingga saya jadi paham masalah politik pula dari beliau,” kata anak ke tujuh ini.

Sikap santun dan tulus dari sang mama yang setiap hari kedatangan tamu dan kerabat untuk meminta bantuan juga menjadikannya belajar hospitality yang sesungguhnya.

Sang bunda dengan senyum tulus akan berupaya membantu seoptimal mungkin dan tidak pernah mengeluh.Dia sekaligus mengajarkan pada anak-anaknya betapa bahagianya menjadi orang dengan sifat pemberi ( tangan di atas) atau giver.

“Mamaku punya keyakinan yang sama dengan papa bahwa ketika kita ikhlas memberi maka Allah akan membalas berlipat-lipat sehingga hidup kita terjamin tak pernah kekurangan, “ kata Marta mengenang kebaikan almarhum kedua orangtuanya.

Seperti pepatah bilang buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Maka Marta juga mendidik anak-anaknya untuk memiliki jiwa sosial dan berkarakter. Selain kewajiban menimba ilmu sebanyak mungkin untuk bekal hidup, mereka juga diberikan pelajaran agama yang baik.

Marta tidak pernah membebani anak-anak untuk mendapat peringkat kelas tapi puji syukur, ujarnya, prestasi akademis mereka bagus. Dua putrinya yang kuliah di negri Paman Sam, AS, memiliki prestasi akademis yang memuaskan bahkan si sulung segera diwisuda April 2018.  

Dalam hal keteladanan Marta merasa beruntung karena pasangan hidupnya juga merupakan figur yang memiliki profesionalisme tinggi dan menjadi SDM terbaik selama 22 tahun bekerja disebuah perusahaan Jepang di Indonesia.

“Jadi anak-anak bisa meneladani prestasi papanya sendiri dan saya beruntung upaya  CSR kami untuk mencetak SDM handal dan menggerakan perokonomian rakyat mendapat dukungan suami dan anak-anak tercinta,” tambahnya.

Ibu dari empat anak,  dua putri dan dua putra ini  juga selektif dalam memberikan pengalaman liburan. Pada liburan Natal kali ini, dia memboyong keluarganya ke desa-desa wisata di Jogjakarta agar keduanya melihat langsung bagaimana dampak ekonomi langsung dari kehadiran wisatawan di desa berikut aktivitas yang bisa dilaksanakan.

Dia harapkan pengalaman itu juga membuka wawasan pada anak-anak sendiri agar cinta lingkungan, cinta tanah air,  belajar kearifan lokal dan memahami multiplier effect dari sebuah desa yang menjadi tujuan wisata.

Berwisata ke AS sekaligus belajar pengembangan  pariwisata di Negri Paman Sam.

Berkutat pada masalah lingkungan, Marta mengaku sulit mengedukasi masyarakat untuk mampu memilah sampah rumah tangga hingga bahan limbah lainnya. Untuk itulah sejak dini dia mendidik anak-anaknya pengetahuan mengenai pentingnya pelestarian alam yang berkelanjutan.

Peduli Lingkungan

Sebagai wanita pengusaha, Marta tergolong wanita yang tangguh menghadapi berbagai tekanan yang dihadapinya terutama dalam menangani bisnis limbah yang digelutinya.

Bisnisnya memang bukan sekedar menjual jasa tapi harus bisa melestarikan lingkungan. Disamping itu bisnisnya ini mulia karena merubah limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) menjadi ‘emas’.

Emas yang dimaksud disini adalah menyulap limbah B3 menjadi sesuatu yang berharga dan memberikan keuntungan bagi pengelola tapi secara tidak langsung melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar.

Limbah B3 diketahui karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup serta kesehatan

contohnya seperti salvent bekas, oli bekas, minyak kotor, aki bekas, water coolant bekas, sludge, expired chemical, alumanium terkotaminasi dan bahan kimia berbahaya lainnya.

Beragam bahan baku hasil pengelolaan limbah itu bisa dipergunakan kembali untuk keperluan industri. Limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat, bahkan menghasilkan keuntungan bisnis yang terbilang besar.

di PT Shali Riau Lestari, di Jalan Siak II-Palas Rumbai. Perusahaan yang sudah mendapat izin verifikasi Kementerian Lingkungan Hidup No. B-5625 tahun 2011 ini melakukan pengelolaan Limbah B3 menjadi bahan dasar industri di Indonesia.

Ditempat ini jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah dengan proses ramah lingkungan. Bisa proses secara kimia, meliputi,redoks, elektrolisa,netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

Bisa proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik. Proses stabilisas atau solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir.

Proses lainnya dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99 persen atau lebih.

Menurut dia, segala sesuatu berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula.

“ Sayangnya kesadaran untuk mengolah limbah dikalangan industri juga masih rendah padahal untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001 dst mereka membutuhkan dokumen pengelolaan limbah industrinya dari kami,” jelas Marta.

Dampak pengelolaan limbah akan terlihat secara langsung oleh semua pihak yang berkepentingan dan mempengaruhi citra pelayanan umum. Oleh karena itu Marta tidak segan-segan memberikan edukasi internal maupun pada masyarakat luas agar berperan lebih aktif menjaga lingkungan.

Dia memberikan contoh limbah B3 baterai, misalnya, mengandung salah satu bahan beracun seperti methylmercury dapat memasuki sel-sel otak dan berdampak serius seperti merusak sistem saraf yang bisa membuat orang menjadi gila atau bahkan menyebabkan kematian.

“Jslaslah bahwa sangat penting untuk menyadarkan masyarakat agar jangan membuang limbah B3 bekas secara sembarangan sehingga tidak mencemari lingkungan yang bisa berdampak buruk pada kesehatan,”

Bersama suami, mengunjungi desa-desa wisata di Jogjakarta, sekaligus mendidik anak cinta tanah air

Berserah diri

Mengelola bisnis tidak ubahnya seperti sebuah ‘sekolah’ kehidupan yang harus dihadapi dengan beragam karakter dilingkungan SDM perusahaan sendiri, lingkungan birokrat, sesama pengusaha maupun masyarakat luas.

Saat kondisi dan tekanan datang bertubi-tubi hal pertama yang dilakukannya adalah berdialog dengan Allah dalam doa. Mohon petunjuk dan berserah diri lalu melakukan investigasi sendiri sehingga “tangan” Tuhan akan memberi petunjuk benang merah suatu masalah.

“ Seringkali kita menolong seseorang tapi setelah itu kita ditendang padahal kita yang membiayai dan mempromosikan suatu event. Kalau jumpa karakter manusia seperti itu saya hanya tersenyum dan bersyukur dipertemukan dengan orang berkarakter buruk sehingga malah tambah peka mnghadapi para oportunis,”  kata Marta.

Setiap kali menghadapi masalah yang membuatnya jengah, Marta memilih suasana hening, berdialog dengan Allah dan melakukan afirmasi sehingga bisa mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

“Suami saya sendiri kadang bingung menghadapi persoalan dan saya bisa mengendalikan diri dengan baik,” kata Marta dengan senyum mengembang mengingat sang ayah juga selalu bersikap tenang ketika menghadapi masalah sebagai kontraktor yang banyak mengerjakan proyek di Caltex, perusahaan minyak di Riau.

Maklum setelah 22 tahun berkutat diperusahaan Jepang, suami akhirnya  memilih untuk terjun ke bisnis dan membangun usaha sendiri mengikuti jejak sang istri yang sudah lebih dulu menjadi suplier, bisnis B3 dan sibuk di beragam komunitas yang peduli lingkungan, peduli kesehatan dan peduli wisata.

Dalam hal kepedulianya pada lingkungan dan wisata, Marta mengaku serius melakukan CSR dibidang pembangun desa wisata di Desa Kota Baru, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau.

Mengapa dia terjun ke bisnis B3 karena banyak teman maupun saudara yang tinggal di Riau ini terjena kanker dan penyakit lainnya yang menyebabkan cacat karena lingkungan yang tidak terpelihara.

“Masih banyak industri di Riau dan berbagai wilayah di Indonesia yang membuang limbahnya sembarangan. Mereka tidak sadar radius 5 kilometer  dari tempat mereka membuang limbah seenaknga maka masyarakat akan terkena dampaknya karena air tanah dan lingkungannya sudah terkontaminasi. Akibatnya fatal dan banyak yang menjadi cacat tubuhnya,” kata Marta serius.

Keinginannya mewujudkan desa wisata di Riau agar desa-desa yang ada menjadi asri. Faktor 3 A yaitu akses, atraksi dan amenities jika bisa terpenuhi di desa wisata seperti Desa Kota Baru, Tapung Hilir akan menjadikan lingkungan asri, masyarakat sehat dan udaranya juga bersih.

“Jangan lagi ada ekspor asap ke negara tetangga karena kebakaran hutan di Riau ini. Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi . Alhamdulilah  suami dan anak-anak mendukung. Sadar wisata kan juga harus dimulai dari rumah,” tegasnya.

Niat baiknya mendapat sambutan dari Takroni  S. Pd,  penyuluh kehutanan Swadaya Masyarakat ( PKSM) yang juga Ketua Kelompok Tani  Mandiri Gunung Jati ( MGJ) di Desa Kota Baru, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau.

Bersama 25 anggotanya, Takroni  sejak 2 tahun terakhir merintis budi daya lada dengan sistem stek sulur panjat ( bolor) dan stek lada perdu dari halaman runah hingga kebun.

Selama ini banyak organisasi dan institutisi pendidikan yang berkunjung jadi saatnya Poktan membuat paket-paket wisata untuk melayani tamu-tamu, ungkap Marta.

Pengalaman traveling kemancanegara dan kecintaannya pada keindahan alam Indonesia membuat Marta bersemangat untuk mengembangkan pariwisata di provinsi Riau.

Dia mengaku berserah diri dengan niat yang tulus sehingga tidak segan-segan mendatangkan mitra kerja dari Amerika Serikat dan ibukota Jakarta. Melakukan studi banding ke Jogjakarta dan Bali untuk bisa memahami pengelolaan desa wisata.

“Kalau bukan kita sendiri yang memulai siapa lagi ? Tiap manusia maupun perusahaan punya tanggungjawab sosial masing-masing jadi sesuai nama perusahaan kami PT Shali Riau Lestari mari kita lestarikan keindahan alam, seni dan budaya di daerah kita masing-masing,” katanya mengakhiri obrolan.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)