SINGOSARI MALANG, bisniswisata.co.id: Jawa Timur (Jatim) memaksimalkan pariwisata Bromo, Tengger dan Semeru yang masuk dalam Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS). Keseriusan ini dengan mempersiapkan secara optimal, termasuk masalah akses, fasilitas serta melakukan pemetaan daya dukung alam menghadapi banyaknya wisatawan yang terus bergerak naik.
“Memang, Jatim dalam hal TNBTS masuk dalam tiga prioritas pengembangan pariwisata oleh pemerintah pusat. Sehingga perlu ditangani secara serius terutama aksesnya. Jadi nanti (pengembangannya) menyambung ke Malang Raya, Probolinggo ke Lumajang,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Museum Singhasari, Malang, Selasa (8/10).
Pihaknya telah mendapatkan investor untuk mengembangkan akses di BTS. Di antaranya rencana usulan transportasi cable car atau kereta gantung dan sky train. Usulan ini didukung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang berencana mendatangkan investor kereta gantung dari Swiss. Dan untuk sky train investornya asal China yang punya ketertarikan untuk investasi.
“Jadi cable car sudah ada yang komitmen menginvestasikan melalui Bappenas itu Swiss via Probolinggo. Kalau sky train dari Malang, investor Cina punya ketertarikan di sini. Pembangunan kereta gantung diharapkan mempermudah akses wisatawan yang ingin melihat matahari terbit dan terbenam di kawasan BTS,” papar mantan Menteri Sosial.
Di sisi lain, Khofifah menyoroti daya dukung alam di kawasan wisata Bromo Tengger Semeru. Pasalnya, wisata BTS harus tetap mengedepankan aspek ecotourism. Ini berarti perlu menghitung maksimum daya tampung BTS di beberapa titik per harinya. Upaya ini, sangat penting dan memiliki nilai strategis agar kondisi alam di BTS tidak mengalami kerusakan serta keasriannya tetap terjaga dan lestari.
“Sehari berapa wisatawan boleh menikmati indahnya Bromo. Karena termasuk ecotourism, area-area yang terkait dengan pasir berbisik itu membutuhkan titik-titik tertentu. (Misalnya) mobil boleh lewat di mana? Itu tetap harus dijaga,” lontarnya
Untuk itu Pemprov Jatim akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait pengelolaan ecotourism. Gubernur tak ingin banyaknya pengunjung justru menjadi ancaman bagi alam di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). “Balai Besar TNBTS harus diajak duduk bersama. Terkait di mana titik yang diperbolehkan kalau kita mau lihat sunrise. Juga duduk bersama KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan),” ungkapnya.
Dengan adanya pengembangan ini, Khofifah berharap, wisatawan mancanegara (wisman) dapat menetap lebih lama di Jatim. Pasalnya, rata-rata wisman hanya dua hari mengisi liburan di Jatim. Dengan langkah ini diharapkan turis asing maupun domestik bisa menambah waktu di Jatim hingga empat hari.
Wisman asal Eropa biasanya mengisi waktu liburan sekitar 14 hari di Indonesia. Mereka menetap di Candi Borobudur dan Jatim masing-masing selama dua hari. “Dua hari di Jatim, satu hari di Bromo dan satu hari lagi di Ijen. Lalu 10 hari berlibur di Bali. Nah kita ingin tinggal di sini lebih lama lagi,” sarannya.
Diharapkan jika turis asing melalui Malang akan tinggal di Malang minimal sehari. Baru kemudian di Bromo sehari, yang lewat Probolinggo, Surabaya, juga begitu. Paling tidak mereka bisa empat hari di Jatim. “Untuk itu, saya minta tour operator agar merayu wisman agar long stay di Jatim. Lamanya tinggal akan mempengaruhi pengeluarannya sehingga berdampak ke pendapatan masyarakat,” tegasnya serius. (ndy)