ENTREPRENEUR FASHION INTERNATIONAL

Lina Kartika Bawa Kain Endek Bali Mendunia di Uzbekistan

TASHKENT, bisniswisata.co.id: Indonesia bertekad menjadi kiblat fesyen Muslim dunia, karena itulah Lina Kartika dengan senang hati bergabung dalam delegasi Halal Beyond Borders 2023 ( HBB) yang diinisiasi oleh Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC) pada 31 Mei hingga 7 Juni lalu ke Uzbekistan.

Desainer yang dikenal dengan baju ready to wear deluxe untuk berbagai kesempatan ini memilih tema Twilight at Uluwatu khusus untuk Show di Uzbekistan sebagai delegasi dari Indonesia bersama 13 desainer lainnya. 

” Ini kesempatan emas dan sudah seharusnya, para desainer menyediakan segala rupa karya rancang terbaiknya untuk para pecinta modest fashion moslem di negeri yang mayoritas beragama Islam juga,” ungkapnya. 

Apalagi Halal Beyond Borders sendiri merupakan upaya kolaborasi dan sinergi dari pemerintah Uzbekistan dan Indonesia termasuk para pengusaha dan asosiasi industri untuk saling melakukan penetrasi pasar produk barang dan jasa dari kedua negara.

Di gelar di dua kota sekaligus yaitu kota Tashkent dan Samarkand. Twilight at Uluwatu  terinspirasi dari keindahan saat senja di Uluwatu Bali dengan pancaran cahaya yang indah memunculkan berbagai macam warna seperti jingga, biru, hijau, ungu, merah dan warna lainnya. 

Diterjemahkan ke dalam kain tenun Endek khas Bali dengan motif patra air brush, baju-bajunya yang identik dengan bahan  kain organza, lace, tulle kali ini menampilkan warna-warna senja pula tetap dengan style Feminin Romantic dan elegan yang menjadi ciri khasnya 

“Alhamdulillah sambutan masyarakat Uzbekistan luar biasa terutama anak-anak muda, mahasiswi di Silk Road International University of Tourism, Samarkand. Disana saat melihat koleksi baju semua ingin mencobanya dan berfoto,” kata Lina Kartika.

Saat di Tashkent, para desainer Indonesia mendapat bantuan profesional model untuk menampilkan karya-karya mereka dan di Samarkand para modelnya adalah 28 mahasiswi -mahasiswi perguruan tinggi internasional itu.

Lina Kartika ( tengah ) bersama model

Memadukan tenun ikat endek Bali dengan bahan-bahan yang biasa digunakannya dari renda brokat (lace), kain tile atau tulle dengan ciri khas seperti jaring yang berlubang-lubang transparan tidak mudah. Namun di tangan Lina Kartika bukan hanya estetika keindahan semata yang diciptakannya tapi juga mempunyai pesan yang bercerita (story telling) tentang budaya.

Kain endek memiliki ciri khas lewat corak, motif, warna yang digunakan. Setiap simbol dalam kain endek sarat akan makna tersendiri. Kain ini banyak digunakan dalam upacara adat dan keagamaan di Bali. Motif tertentu juga hanya boleh digunakan oleh raja atau bangsawan.

Beberapa motif yang dianggap sakral hanya boleh digunakan dalam acara keagamaan saja seperti motif patra dan encak saji. Motif-motif ini menunjukkan rasa hormat kepada Sang Pencipta.

Motif-motif yang bersumber dari alam seperti flora dan fauna biasanya digunakan dalam kegiatan sosial maupun aktivitas sehari-hari. Ada pula motif yang bersumber dari tokoh pewayangan mitologi Bali.

“Event ini merupakan peluang pasar yang baik bagi saya untuk menjajal kerjasama dengan pihak Uzbekistan dalam hal modest fashion moslem. Tapi lewat kain endek yang sarat makna saya juga ingin mempromosikan Bali sebagai pintu gerbang utama wisata Indonesia,” jelasnya. 

Endek adalah kain tenun tradisional Bali yang sudah digunakan sejak zaman dahulu dan berasal dari kata gendekan atau ngendek yang berarti diam atau tetap atau tidak berubah warnanya. Bentuk kain endek terdiri dari sarung, kain panjang, dan selendang. Sarung endek biasanya digunakan oleh laki-laki. Sedangkan kain panjang dipakai oleh perempuan.

Feminim Romantic

Sejak meninggalkan dunia perbankan yang sudah digelutinya selama 17 tahun, Lina Kartika hijrah menjadi desainer sejak tahun  2017 dan merancang baju-baju modest fashion moslem dengan pilihan bahan-bahan berkesan feminim romantic. 

“Saya ingin, muslimah itu tetap aktif dinamis tapi juga tampil elegan sehingga saya rancang outer dan dress-dress  dengan potongan baju yang banyak menghadirkan siluet A-Line dan H-Line,” 

Banyak koleksinya berupa outer ready to wear deluxe. Sentuhan embelishment berupa embroidery, organza lembut, lace, payet dan motif-motif daerah khas Indonesia seperti Sumbawa membuat elegan pemakainya. 

Tone warna yang lembut juga mendominasi koleksinya, seperti warna sage, green sage, peach, nude peach dan warna lain yang terkesan tenang dan tetap bisa mix and match dengan gaya kasual tergantung padu padan yang dipilih. 

Karyanya bisa untuk berbagai gaya, seperti outer jacket, blazer, outer kapucong, yang dapat dipadupadankan dengan basic dress, basic blouse, kulot, jeans, sneaker atau lainnya. 

Sebelum memilih namanya menjadi brand dan memiliki dua toko di Jakarta dan Bandung,  Lina Kartika cukup berhasil menjalankan bisnis kerudung dengan label hijab.id. Brand ini lebih banyak menawarkan hijab print dan pakaian casual dan sudah masuk ke Indonesia Fashion Week ( IFW) dan event-event besar lain dengan sambutan yang luar biasa dari customer.

Pengalam di IFW membuatnya semangat berkarya untuk menjawab kebutuhan gaya hidup dan meluncurkan brand baru Lina Kartika khusus untuk gaun-gaun muslimah kalangan menengah atas pada tahun 2021 

Untuk brand Lina Kartika, dia menyediakan semua rancangan gaya outer terbaik yang ready to wear and deluxe. Outer ini berbahan organza, lace dengan embroidery halus dan elegan terinspirasi dari gaya berpakaian para duchess bangsawan Inggris di abad ke-18. Tentunya disesuaikan dengan kondisi wanita zaman sekarang yang aktif dan dinamis, ungkap Lina.

Lace yang menjadi bahan favoritnya memang telah menginspirasi banyak perancang untuk menciptakan gaya romantis untuk acara sehari-hari yang populer dengan sebutan gaya victorian. Ciri khas gaya ini, selain penggunaan lace, juga menggunakan pita, lengan gelembung, lipit, atau rok dengan berjuntai ke bawah.

Pada November 2022, prestasinya meningkat dengan membuka gerai fesyen yang mengambil namanya di kawasan Trans Studio Mall Bandung. Lina Kartika  juga mengajak 15 brand lainnya untuk Lina Kartika Store karena sesama UMKM harus saling membantu, ujarnya.

Brand-brand tersebut adalah Kinaya, Hijab.Id, Mylady, Ryani, Senja, Disya, Detch, Lovely Zia, Jemeema,  Iwearfar, Kamila Design, Giok Scarf & Apparel, Gitaratna, Aleena, dan Samaqita.

Strategi pop up store atau gerai yang menjual berbagai produk dari brand tertentu secara terbatas ini terbukti menjadi sebuah strategi pemasaran dari online ke offline yang jitu untuk meningkatkan penjualan sehingga dalam waktu singkat Lina Kartika Store ke duapun hadir di Trans Mall Bintaro, Jakarta.

Semua pencapaian ini tak lepas dari dukungan ibundanya yang sejak kecil sudah senang menjahit pakaiannya sendiri termasuk anggota keluarga terutama baju-baju Lina kecil.

Keinginannya untuk terjun ke dunia menjahit dengan belajar formal lagi di Islamic Fashion Institute, Bandung dan berhenti dari pekerjaan tetap di perbankan terbukti membuahkan hasil. Lina Kartika kini terus berkreasi dan bertekad karya karya desainer Indonesia menjadikan RI kiblat modest fashion moslem.

 

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)