CIREBON, bisniswisata.co.id: Jadwal keberangkatan rombongan wartawan dengan bis wisata ke Cirebon dari halaman kantor Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di kawasan Merdeka Barat, Jakarta tidak melenceng jauh dari jadwal semula yaitu jam 7.00 pagi WIB.
Cirebon adalah salah satu kota bersejarah di Jawa Barat, karena merupakan pusat penyebaran agama Islam di masa silam. Salah satu dari penyebar agama Islam adalah Wali Songo dan di Cirebon ada makam Sunan Gunung Jati, salah satu dari 9 orang Wali Songo.
Lokasi makam Sunan Gunung Jati ada di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Jawa Barat dimana pengunjung wisata ziarahnya bukan hanya dari Indonesia tetapi juga dari negara jiran ( tetangga).
Selain sebagai tujuan wisata ziarah, wisata batik dan lukisan kaca, Cirebon juga dikenal sebagai kota wisata kuliner salah satunya Empal Gentong. Kuliner andalan lainnya adalah nasi Lengko sarapan ala pasar kaki lima, nasi Bogana dari lingkungan Keraton juga ada nasi jamblang, sate kalong dan tahu gejrot yang pedas dan menyegarkandan membuat melek mata.
Terlanjur membayangkan nikmatnya kulineran di Cirebon, akhirnya sebelum jam 12.00 siang kami sudah tiba di kota Cirebon dan langsung ke Empal Gentong Haji Apud yang nama aslinya adalah Mahfudz di salah satu cabangnya Jalan Tuparev Kota Cirebon.
Rombongan Forwaparekraf Press tour & Semimar Series, Bandung, Kuningan, Cirebon, 27 -30 Agustus 2020 langsung turun dengan antusias tanpa perlu dikomando. Padahal waktu turun di rest area mulut juga tidak berhenti nyemil.
Kuliner khas Cirebon yang populer adalah Empal Gentong. Penikmatnya bukan hanya warga Cirebon tetapi juga dari Jakarta, Bogor, Bekasi dan dari daerah lainnya.
Selain menjadi semacam menu wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Cirebon, pada hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, pengunjung yang datang dari berbagai daerah selain makan ditempat juga membawa pulang sebagai oleh-oleh atau bekal di jalan.
Salah satu pedagang legendaris yang sudah berjualan sejak 25 tahun yang lalu adalah Haji Apud. Selain empal gentong, sosoknya juga dikenal mempopulerkan empal asam dengan tomat dan belimbing wuluhnya yang menyegarkan.
Jadi bagi para pecinta kuliner empal yang tak menyukai santan, bisa memilih menu empal asem. Bumbu empal asem dan empal gentong masih sama, hanya saja empal asem mengganti santan dengan belimbing wuluh.
Perjalanan panjang sebagai pedagang keliling memikul gentong tanah liat yang besar keliling kota, kini berbuah hasil dengan hadirnya tiga kedai.
Gerai yang utama di Jl. Ir. H. Juanda No.24, Battembat, Kec. Tengah Tani, Cirebon, kedua di tempat kami berada sekarang ( Tuparev) dan satu lagi di kawasan Batik Trusmi.
Empal Gentong Haji Apud adalah salah satu gerai kuliner khas kota Cirebon yang menyajikan menu kuliner Cirebon paling populer ini selain juga menyediakan menu sate kambing muda.
Untuk mendapat cita rasa empal yang lezat, irisan daging dan bumbu Empal Gentong H. Apud dimasak secara bersamaan dalam sebuah gentong, dengan kayu sebagai bahan bakarnya.
Sepintas, empal gentong mirip dengan gule tunjang ala masakan Padang, tapi rasanya jauh berbeda. Empal gentong berbahan dasar kaldu sapi, santan, kunyit, lada, jintan dan bumbu rahasia lain yang dimasak dalam gentong tanah liat.
Jika sudah matang, empal gentong disajikan di atas mangkuk yang ditaburi kucai dan bawang goreng. Rasanya sangat menyegarkan, bisa menghangatkan tubuh yang kedinginan. Empal bisa dipesan dengan kategori daging, babat, usus atau kikil, tinggal nanti mau dalam versi Empal Gentong atau Empal Asem.
Ibu Ade Fitria, Adik Ipar H Apud yang mengelola kedai empal gentong cabang keduanya ini mengatakan begitu COVID-19 melanda sempat empat bulan berhenti. Dua cabang tutup tapi di Jl Juanda, kedai pertama tetap buka.
” Setelah buka kembali bulan Juli lalu per hari terjual 100 mangkok dan week-end bisa 500 mangkok,” kata Ade Fitria.
Agar pengunjung patuh pada protokol kesehatan sebuah banner besar berwarna hijau dibentang depan pintu masuk agar pengunjung langsung cuci tangan, jaga jarak dan pakai masker.
Usai menyantap empal gentong datang minuman bernama ES Tawuran isinya terdiri dari potongan melon, timun suri, alpukat, nata de coco, jelly, nangka, durian, kuah susu.
Rasanya sih enak tapi nangka kurang aman bagi penderita diabetes, alergi, diare dan yang ingin dapat keturunan. Sementara campuran duren selain tidak aman bagi penderita diabetes juga bagi penderita asam urat dan kholestrol tinggi.
Kreativitasnya boleh juga, tapi kalau cari aman, pilih minuman lain juga ada. Cuma memang Es Tawuran unik karena wadahnya juga pakai gelas batok kelapa.
Setelah perut terisi penuh, perjalanan berlanjut ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Nah ada apalagi di sini ? Yang jelas Keraton Kasepuhan adalah bangunan yang dahulu bernama keraton Pakungwati dan pernah menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon.