Kue Serabi, Kuliner Khas Sunda yang Delicious

PURWAKARTA, Bisniswisata.co.id: Kue serabi atau sorabi, surabi, srabi merupakan jajanan pasar tradisional asal Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa. Ada tiga jenis serabi: serabi origional, serabi manis menggunakan kinca atau gula merah cair dan serabi asin dicampur oncom.

Serabi dimasak menggunakan tungku sehingga menghasilkan rasa yang khas. Seiring perkembangan zaman, inovasi pun muncul dengan menambahkan berbagai topping seperti sosis, keju, mayones untuk mematahkan asumsi bahwa serabi adalah makanan yang terkesan rendahan.

Seorang Jurnalis ABC Australia, David Lipson heran saat melihat Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mempraktikan cara membuat kue serabi, penganan khas Sunda yang biasa dijajakan Mak Halimah (44), di lingkungan kantor Pemkab Purwakarta.

David mencicipi makanan terbuat adonan tepung beras, yang dibakar di atas tungku dengan kayu bakar pohon karet. Meski pernah 10 tahun tinggal di Indonesia, David mengaku baru pertama kali mencicipi kudapan itu. “Delicious! (enak),” ungkapnya di rumah dinas Bupati Purwakarta, Jalan Gandanegara Nomor 25, Jumat (19/1/2018).

Di negara asalnya, David mengaku tidak ada makanan dengan komposisi yang sama dengan kue surabi. Saat menikmati, dia mengaku lidahnya cocok dengan kuliner khas Indonesia. “Di negara saya tidak ada makanan seperti ini. Saya baru mencicipinya sekarang. Rasa makanan ini sangat unik,” ujarnya.

Bukan kali ini, Bupati Dedi Mulyadi memperkenalkan makanan khas Sunda, khususnya Purwakarta ke dunia internasional. Saat menyampaikan gagasan tentang keluhuran budaya Indonesia, khususnya budaya Sunda di forum PBB, Dedi juga memperkenalkan Sate Maranggi.

Nah, demi promosi kue serabi, Dedi tak segan memberikan resep rahasia kuliner itu kepada David. Ini dilakukan demi pelestarian kuliner yang kini jarang ditemui. “Ini terbuat dari tepung beras, ada yang dicampur oncom, ada yang ditambah gula merah cair. Ada juga yang original tanpa campuran,” lontar Bupati Dedi.

Hari ini, lanjut dia, sudah muncul beberapa varian kue surabi mulai dari surabi sosis, surabi keju, surabi pandan dan lainnya. Sayangnya, tepung yang digunakan untuk pembuatannya bukan tepung beras melainkan tepung biasa. “Iya banyak varian surabi sekarang ini. Tapi sayang kebanyakan memakai tepung biasa, bukan tepung,” ujarnya.

Menurutnya, kepercayaan diri masyarakat di sebuah daerah dapat terangkat melalui penguatan identitas kuliner. Apalagi, makanan khas daerah terutama Jawa Barat tidak pernah menggunakan bumbu penyedap rasa atau pewarna buatan. “Makanan kita itu higienis. Mampu bersaing di dunia internasional. Karena itu, masyarakat kita harus percaya diri mempromosikan kuliner khas daerah,” tegasnya.

Lebih jauh, target peningkatan ekonomi masyarakat dapat tercapai melalui kuliner. Jenis usaha kuliner kebanyakan dikelola oleh UMKM sehingga langsung bersentuhan dengan ekonomi kerakyatan. “Sate Maranggi telah berhasil menjadi ikon dan membantu perekonomian masyarakat di Purwakarta. Kue surabi bisa menjadi ikon juga,” pungkasnya seperti dilansir laman Sindonews.com, Sabtu (20/01/2018). (SIN)

Endy Poerwanto