BALI, bisniswisata.co.id: INDONESIA berada pada titik kritis dalam mengatasi tantangan sosial-ekonomi dan lingkungan. Negara tidak hanya membutuhkan solusi inovatif, tetapi juga diperlukan aksi kolaborasi aktif sektor swasta, publik, dan masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Yaitu agenda pembangunan lima tahun, dengan fokus 118 target Sustainable Development Goals (SDGs). Demikian ditegaskan Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam penyelenggaraan AVPN– Southeast Asia Summit I di Bali, 12 – 14 Februari 2020.
Pada kesempatan tersebut, MenParEkraf Wishnutama Kusubandio mengingatkan bahwa sektor ekonomi kreatif di Indonesia tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, sangat penting untuk membangun ekosistem yang kondusif agar industri ini jadi unggulan. Pemerintah memastikan dukungan yang dibutuhkan oleh industri akan terpenuhi. Contohnya, skema pembiayaan yang dapat diakses usaha kecil dan menengah adalah kunci sukses untuk memelihara bisnis up-stream tersebut.
“ Kreativitas selalu ada dalam darah kita yang tumbuh dalam budaya dan tradisi nusantara,” tegas Wishnutama.
AVPN (Asia Venture Philantrophy Network) Southeast Asia Summit I di Bali diselenggarakan untuk memahami lebih dalam dan meningkatkan kesadaran stake holder pembangunan akan isu-isu kritis seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, pendidikan, dan pemerataan mata pencaharian yang sedang dialami Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara. Lebih dari 400 peserta mewakili generasi penerus impact investor, perusahaan, pembuat kebijakan, dan para perantara. Pertemuan ini memberikan ruang terjalinnya kerjasama kolaboratif berkelanjutan serta menciptakan gerakan yang memiliki dampak berkelanjutan.
“Dengan keberagaman peserta memungkinkan terjadi kolaborasi yang bermakna, ada kesempatan untuk menemukan partner yang memiliki tujuan sama, belajar pengalaman terbaik, dan memimpin suatu gerakan ekonomi sosial berkelanjutan, ” kata Veronica Colondam, Pendiri dan Direktur Utama Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).
Investasi Sosial
AVPN – Southeast Asia Summit I menampilkan pembicara Suharso Monoarfa, Menteri Badan Pembangunan dan Perencanaan Nasional Republik Indonesia; Wishnutama Kusubandio, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Shuichi Ohno, Presiden dari The Sasakawa Peace Foundation; M Arsjad Rasjid P. M., Ketua Indika Foundation dan Direktur Utama Indika Energy; Veronica Colondam, Pendiri dan Direktur Utama Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB); Anna Skarbek, Direktur Utama ClimateWorks Australia; Svida Alisjahbana, Direktur Utama GCM Group; dan Virginia Tan, Founding Partner dari Teja Ventures.
Berkaitan dengan visi investasi sosial, British Council, UNESCAP, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, merilis Laporan Ekonomi Kreatif guna menilai perusahaan ekonomi kreatif di Indonesia yang mencari dana investasi sosial, dan mengidentifikasi organisasi yang dapat menyediakan modal tersebut. Sementara the Sasakawa Peace Foundation, bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia (DFAT), segera meluncurkan Perangkat Inkubator dan Akselerator Lensa Gender (GLIA) atau Gender Lens Incubator and Accelerator (GLIA) Toolkit, sumber daya interaktif yang ditujukan kepada praktisi inkubator dan akselerator. GLIA Toolkit menyediakan alat praktik, strategi, dan studi kasus dunia nyata dari Asia Tenggara untuk membantu para perantara sehingga dapat membuat pekerjaan mereka lebih mudah diakses dan inklusif untuk semua gender.
Perlu dipahami, AVPN adalah sebuah jaringan penyandang dana berbasis di Singapura. Berkomitmen membangun komunitas investasi sosial berdampak tinggi di Asia. Meningkatkan aliran modal finansial, sumber daya manusia, dan intelektual ke sektor sosial dengan menghubungkan dan memberdayakan para pemangku kepentingan utama dari penyandang dana ke organisasi tujuan sosial yang mereka dukung. Dengan lebih dari 600 anggota di 34 negara, AVPN mengkatalisasi gerakan menuju pendekatan strategis, kolaboratif, dan berfokus pada hasil untuk investasi sosial, memastikan bahwa sumber daya telah digunakan se-efektif mungkin untuk mengatasi tantangan sosial yang dihadapi saat ini dan di masa depan.