KOMUNITAS

Komunitas Seniman Protes Foto Borobudur Berlatar Gunung Lancip

MAGELANG, bisniswisata.co.id: Polemik foto Candi Borobudur dengan latar belakang gunung lancip, terus bergulir. Foto yang dimuat di Akun Instagram resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf): @indtravel, pada Rabu (29/1/2020) mem-posting foto Candi Borobudur nampak aneh, janggal bin kocak. Bahkan kelihatan hoaksnya.

Protes hingga kini Jumat (31/01/2020) terus mengalir. Bukan hanya dari kalangan Nitizen, kini giliran seniman juga Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Magelang mengajukan protes keras.

“Kami seniman di Borobudur sangat prihatin dengan keberadaan foto itu. Kami mendesak Kementerian Pariwisata dan Kreatif Ekonomi (Kemenparekraf) segera menarik dan memberikan klarifikasi tentang foto itu,” tegas Ketua Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Magelang, Umar Chusaini di Magelang Jumat (31/1)

Sebagai seorang seniman, lanjut Umar, foto yang digunakan untuk promosi itu sebagai sebuah kesengajaan agar Borobudur menjadi perbincangan. “Namun terlepas dari hal itu, saya kecewa karena foto itu kurang bijaksana,” tegas seniman yang sudah puluhan tahun tinggal di Borobudur.

Secara realita, pemandangan di sekitar candi Borobudur tidak seperti yang nampak di foto yang tertera di agun IG.@indtravel.

“Jika pihak Kemenparekraf tidak memberikan klarifikasinya, kami bersama komunitas seniman lainnya di Jawa Tengah akan mengeluarkan pernyataan tentang kondisi alam di sekitar candi Borobudur. Hal itu dilakukan agar tidak ada kekecewaan dari pengunjung. Karena memang tidak ada pemandangan alam seperti yang terlihat dalam foto itu,” lontarnya.

Diakui, sebagai seniman melihat foto itu sangat indah, penuh kreatifitas. Dalam arti Borobudur bisa memberikan suasana yang berbeda. Sebuah karya seni yang dipakai untuk pameran sehingga bisa menginspirasi fotografer agar Borobudur terlibat berbeda. “Ini sah-sah saja karena ada nilai seni dan unsur kreatifitas,” ucap pemilik Galeri Limanjawi Of Art House Magelang.

Namun kondisi sangat berbeda ketika dipublikasikan apalagi instansi resmi untuk promosi pariwisata. “foto itu tidak pantas digunakan sebagai ajang promosi apalagi oleh Kemenparekraf. Sebab untuk publikasi pariwisata, harus sesuai dengan yang sebenarnya. Sedangkan foto yang diunggah di media sosial itu sangat berlebihan,” katanya seperti dilansir Elshinta.

Karena itu Komunitas Seniman Borobudur Indonesia Magelang mendesak agar Kemenparekraf segera mengambil langkah sesuai dengan harapan, agar citra dan image Borobudur tidak menjadi jelek, tercoreng yang justru dilakukan oleh Kemenparekraf.

Semua orang tahu jika candi Borobudur sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 1991, yang selayaknya tidak tercoreng oleh sebuah foto yang tidak mengungkap keontentikan lingkungan di sekitarnya. (*)

Endy Poerwanto