SAMARKAND, bisniswisata.co.id: Paham negara di Asia Tengah ini tidak memiliki laut karena Uzbekistan dikelilingi oleh daratan dari dua negara lain, Hannie Hananto, satu dari 14 perancang yang diundang mengikuti kegiatan Halal Beyond Borders ( HBB) 2023 di Taskent dan Samarkand memilih tema Pink Beach.
” Tema koleksi baju yang saya tampilkan adalah nama pantai di Pulau Lombok yang terkenal dengan keindahannya dan disebut Pantai Pink dengan warna pasir yang semu pink dan creamy, biru langit dan biru laut bertemu di garis cakrawala,” kata Hannie.
Uzbekistan merupakan salah satu negara yang tidak punya laut bahkan sering dijuluki sebagai negara yang dikunci dua kali lipat. Bukan dikunci dengan gembok, tapi dengan daratan dua negara tetangganya.
Lewat tema Pink Beach, Hannie ingin mengajak warga Uzbekistan memilih berlibur dan berwisata ke Indonesia, negara kepulauan dengan pantai-pantai indahnya dari Sabang hingga Merauke.
Negara yang dulunya bagian dari Uni Soviet ini dilalui para pedagang di jalur sutera berabad-abad lalu sebelum menemukan jalur laut yang kemudian menjadi jalur perdagangan, jalur transportasi, sumber daya alam, dan sumber energi.
Kini negara yang 50% warganya kelas menengah dan 8% -9 % diantaranya golongan papan atas mendapat kesempatan menikmati karya dari 14 perancang modest fashion dari Indonesia pada 3 Juni 2023 lalu di Navruz Park, Tashkent, Ibukota negara Uzbekistan dan di Registan Craft Center, kawasan kota tua yang menjadi destinasi utama negri itu pada 5 Juni 2023.
Kedua lokasi memiliki keistimewaan dengan ruang terbuka sehingga bisa dinikmati oleh undangan dan pengunjung. Para model beraksi di bawah langit yang terang plus sinar bulan purnama yang sempurna sehingga suasananya sangat romantis. Para penonton dan undangan juga bisa dengan mudah berinteraksi dengan para perancang setelah acara berlangsung.
Konsep trunkshow dari dua kali fashion show di negeri ini disadari oleh Hannie Hananto menjadi ide bagus dan alternatif yang baik untuk menanamkan kesadaran merek di tengah masyarakat yang masih awam dengan modest fashion brand Indonesia.
Pertunjukan yang disebut trunkshow ini merupakan acara di mana desainer memperkenalkan koleksi baru yang sulit ditemukan dari koleksi saat ini yang ada di butik atau galeri karena memang di desain khusus oleh desainer dengan jumlah sangat terbatas.
Oleh karena itu konsep ini sangat menarik jika diselenggarakan sebagai acara seperti ‘Temu dengan artis’, membuat sang desainer bisa meningkatkan penjualan, membuat gebrakan, dan meningkatkan kesadaran seputar nama merek, tetapi juga memperkuat rasa komunitas di antara pelanggan di area tertentu.
Pembeli langsung karya Hannie Hananto. ( kanan) di acara fashion show Tashkent
Benar saja usai kegiatan fashion show di Tashkent, maka baju Hannie langsung di borong oleh tamu setempat lengkap dengan topi, tas rumput ketak dan aksesoris lainnya yang membuat ibu dua anak yang keduanya sudah menjadi dokter umum ini jadi girang.
“Pemakaian bahan wastra tenun Nusa Tenggara Barat ( NTB) a dan bahan print bertema laut biru Lombok,kapal nelayan dan ubur-ubur dalam warna-warna pastel disukai pembelinya.Koleksi kali ini berbeda dan banyak menggunakan warna yang soft,” jelas Hannie.
Promosi berkelanjutan
Hannie Hananto yang juga merupakan Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Jakarta Chapter memakai a.l kain tenun Sukarare yang cantik dari Lombok yang dipadu padankan dengan bahan print dengan ilustrasi dari Hannie Hananto sendiri.
“Baju-bajunya dipotong menjadi baju tunik, kaftan, outer tenun pendek dan panjang serta aplikasi dari bahan tenun,” ungkapnya.
Perjalanan ke Uzbekistan ini, kata Hannie, adalah perjalanan pionir yang harus diikuti rangkaian acara lagi sebagai upaya promosi berkelanjutan di Uzbekistan sampai akhirnya mereka menyadari keberagaman modest fashion Indonesia.
“Ini pengalaman baru dan potensi negara di Asia Tengah memang belum pernah diulik atau dipelajari. Padahal mereka juga mayoritas penduduknya beragama Islam serta memakai busana Muslim pula,”
Menurut Hannie Hananto, pada sesi business meeting belum ada hasil untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan pengusaha setempat, namun adanya pembeli langsung dari tamu undangan KBRI Uzbekistan yang cukup banyak menjadi pembelajaran ke depannya untuk membawa baju-baju display penjualan langsung karena karya perancang busana RI disukai di negeri Serigala Purih ini.
“Kita sudah berikrar untuk menjadikan Indonesia kiblat busana Muslim dunia. Oleh karena itu pemerintah harus mempromosikannya ke mancanegara bukan lagi Paris, London, tapi negara -negara seperti Dubai dan Timur Tengah lainnya,”
Tentu juga bukan konsep trunkshow saja tapi benar-benar pagelaran besar yang mendunia dan kita harus keluar ke negara-negara Asean, kawasan negara berakhiran Tan di Asia Tengah serta Timur Tengah dan Afrika seperti Maroko.
“Dengan demikian dunia tahu Indonesia memang kiblat busana Muslim dunia,” tambahnya.
Nah siapa mau ikut ayo berangkat …..syair lagu ‘Pergi ke Bulan’ dari penyanyi Tetty Kadi ditahun 60 an itu langsung terngiang-ngiang di telinga….