FASHION

GKR Hemas: Pertahankan Predikat Yogya Kota Batik Dunia

YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: World Craft Council (WCC) menobatkan Yogyakarta menyandang predikat sebagai Kota Batik Dunia. Predikat ini sudah empat kali berturut-turut sejak 2014 di China. Tiap dua tahun sekali, predikat itu dievaluasi, dan akan kembali dilaksanakan pada 2018 ini.

Karenanya, Ketua Dewan Kerajinan Nasional, Daerah Istimewa Yogyakarya GKR Hemas mendesak semua perajin batik dan semua pihak yang terlibat dalam industri batik di Yogyakarta harus tetap mempertahankan predikat Kota Batik Dunia, yang akan kembali dinilai oleh World Craft Council (WCC) pada Oktober 2018.

“Penghargaan Yogyakarta sebagai batik dunia, diraih karena kegigihan Yogyakarta untuk mempertahankan batik-batik yang tetap menjadi acuan tradisi. Ini yang menjadi kekuatan kita dalam mempertahankan predikat itu. Ada sebuah kebanggan tersendiri dengan predikat itu,” papar GKR Hemas seperti dilansir laman Republika, Senin (27/08/2018)

Faktor lain, sambung Hemas, salah satunya yang menjadi penilaian bahwa Yogyakarta memiliki balai batik. Bahkan penilaian bagi pembatik yang ada di Yogyakarta, termasuk salah satunya adanya pembelajaran batik di sekolah-sekolah guna menjaga keberlangsungan tradisi membatik itu sendiri,” katanya.

Disisi lain, menggelar event Gebyar Batik Sleman 2018 yang mengangkat tajuk Innovation for Sustainable Future, sebagai bentuk kegigihan mempertahankan predikat sebagai Kota Batik Dunia.

Hemas juga mengajak seluruh kota batik baik di dalam maupun luar Pulau Jawa bersama-sama menghadapi dan menjadikan Batik Indonesia sebagai primadona dunia. Bahkan, masyarakat pembatik di seluruh nusantara diharapkan kembali menggunakan pewarna alam agar tidak mencemari lingkungan.

“Kita harus menjaga lingkungan atau limbah dari batik yang kini tengah disoroti negara-negara asing. Limbah itu mempengaruhi kehidupan atau pencemaran lingkungan dan mengakibatkan banyak sekali hal-hal yang berakibat penyakit. Kita tahu batik sekarang sudah tidak mengunakan zat pewarna alam tetapi zat kimia, jadi kita akan mengurangi dan ajak pembatik mulai mengurangi zat kimia,” ujarnya.

Istri Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono ini menjelaskan berbagai motif batik yang ada dibeberapa daerah mempunyai karakternya berbeda-beda sehingga bisa menjadi unggulan batik Indonesia di mata dunia. Batik Indonesia itu sangat beragam dan indah, hal inilah yang akan diperkenalkan kepada dunia dan tonjolkan dalam ajang JIBB di Yogyakarta pada Oktober 2018.

“Kita punya batik yang unik dengan berbagai karakter yang sangat kaya dan beranekaragaman. Justru itulah harus kita pelihara, tingkatkan kualitas dan kembangkan bersama-sama untuk di bawa ke dunia” tandas Permaisuri Raja Kraton Yogyakarta tersebut.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, menuturkan Pemkab Sleman turut berkomitmen mendorong perkembangan batik. Salah satu perwujudan komitmennya dilakukan lewat Perbup Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Kelola Batik Sleman.

Melalui itu, karya-karya batik Sleman memiliki payung hukum dan perlindungan, sekaligus menjaga originalitasnya. Untuk memotivasi pengrajin memakai pewarna alam, diberikan ruang melaksanakan lomba-lomba batik warna alam. “Melalui corak batik juga mampu menjaga kelestarian alam Sleman itu sendiri, dengan mulai beralih ke bahan-bahan yang ramah lingkungan,” ujar Sri.

Diharapkan, terselenggaranya kegiatan Gebyar Batik Sleman ini tidak cuma dapat mendeklarasikan Yogyakarta sebagai Kota Batik di mata dunia. Namun, menggeliatkan keberadaan batik di Sleman, khususnya maupun kabupaten/kota di DIY lain.

Selain gelaran-gelaran bertajuk batik, Gebyar Batik Sleman 2018 disuguhi pula Tari Parijata Sinangling dari Sanggar Tari Kembang Sakura. Itu merupakan binaan langsung Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.

Pagelaran bertujuan mendukung pelaksanaan Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018. JIBB 2018 jadi usaha mempertahankan predikat Kota Batik Dunia usai memenuhi tujuh kriteria World Craft Council (WCC).

Terdapat tidak kurang 60 bazaar, pagelaran busana, dan lokakarya Ayo Membatik. Tak ketinggalan pameran dari IKM-IKM batik. Mulai 50 stan dari IKM Kabupaten Sleman, lima stan dari Kabupaten Gunungkidul, dan lima stan dari DIY. (EP)

Endy Poerwanto