HALAL NEWS

Forum Halal Markets: RI Siap Jadi Pemain Global Industri Halal.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sebuah forum bisnis tentang industri halal telah mengungkapkan bagaimana Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, sangat siap untuk menjadi  pemain global utama dalam produk dan layanan halal, terlepas dari tantangan yang ada di depan.  

Sapta Nirwandar, ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) memimpin webinar ini yang menampilkan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung sebagai pembicara utama Forum “Halal Markets: Home for Halal Business”

Dilansir dari BI, diskusi panel berlangsung dengan Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Arief Hartawan, CEO dan Managing Director DinarStandard  Rafi-uddin Shikoh, Corporate Affairs Director PT Lulu Group Retail Luthfi Husin dan Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Kharisma.  

Forum webinar yang diselenggarakan pada 14 Maret dengan gaya hybrid ini merupakan salah satu rangkaian acara Pekan Istimewa Bank Indonesia sebagai bagian dari Presidensi G20 Indonesia 2022 di Paviliun Indonesia, World Expo 2020 Dubai dari tanggal 11 hingga  17 Maret 2022.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung dalam keynote speech-nya, mengatakan industri halal terbukti tangguh di tengah pandemi COVID-19 seiring dengan meningkatnya aktivitas bisnis di seluruh tanah air.  

“Bisnis syariah telah tumbuh positif selama fase pemulihan.  Tahun lalu, pertumbuhan sektor halal seperti makanan halal dan busana muslim, serta pariwisata ramah muslim mencapai sekitar 2,11 persen,” ujarnya.  

Pengeluaran domestik untuk produk dan layanan halal mencapai sekitar US$184 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan tumbuh 14,96 persen menjadi sekitar $282 miliar pada tahun 2025, tambah Juda.  

Forum meyakinkan perlunya  perbaikan ekosistem industri halal dalam negeri serta menyoroti bagaimana Indonesia dapat beralih dari konsumen produk halal, yang telah mendominasi industri dalam negeri, menjadi produsen barang halal untuk memenuhi permintaan global.

Menanggapi  Laporan Pasar Halal Indonesia 2020/2021 yang baru saja dirilis oleh Bank Indonesia dan  Indonesia Halal Lifestyle Center  ( IHLC), Juda juga menempatkan perkembangan industri halal Indonesia dalam konteks ekonomi halal global.  

“Peringkat Indonesia dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah meningkat signifikan dibandingkan 2018. Hal ini menegaskan bahwa Indonesia telah berakselerasi secara dramatis dalam mengembangkan ekonomi syariahnya, terutama industri halal dalam hal sektor mode sederhana,” katanya.  

Forum bisnis pasar halal diharapkan dapat memberikan informasi dan data yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat global dan investor UEA, serta pengusaha untuk memanfaatkan industri halal dan potensi pasar Indonesia untuk saling menguntungkan.  

Merujuk pada kemajuan industri halal Indonesia, Shikoh dari DinarStandard menanyakan bagaimana peluang yang ada saat ini dapat diubah menjadi manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia dan negara-negara lain di dunia.  

Ekspor ekonomi halal Indonesia diperkirakan mencapai US$8 miliar pada tahun 2020, sementara impor halalnya mencapai US$10 miliar.  “Jadi bisa dilihat ada defisit perdagangan halal untuk Indonesia,” katanya.  

Pihaknya juga memperkirakan US$5 miliar dalam kegiatan investasi dalam ekonomi halal pada tahun 2020,” kata Shikoh.  Makanan adalah pasar konsumen terbesar dan mencapai US$ 135 miliar, tambahnya, meskipun ada pandemi COVID-19.  

Laporan pasar halal juga memetakan pemain saat ini dalam rantai nilai halal Indonesia, mulai dari produsen dan distributor hingga pengecer, serta UKM.  

“Para pemain dalam ekosistem yang memungkinkan layanan termasuk logistik, [produsen], agensi, lembaga keuangan syariah, lembaga pemerintah, regulator, asosiasi industri dan, jika saya dapat menambahkan, lembaga pendidikan yang juga memainkan peran besar dalam ekosistem,” katanya.

Untuk menumbuhkan pasar ekspor produk halalnya, kata dia, Indonesia dapat melakukan ekspansi ke negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), seperti UEA, Arab Saudi dan Turki, serta negara-negara non-OKI.  

UEA, salah satu mitra dagang utama Indonesia, saat ini mengimpor sekitar $375 juta produk halal dari Indonesia.  Menurut Shikoh, pakaian dan kosmetik adalah dua produk halal utama yang diimpor UEA dari Indonesia.

 “Tapi kami juga mengimpor produk lain dari Indonesia, dan peluang itu bisa dikembangkan lebih lanjut,” katanya.  Sementara itu, Arief dari BI mengatakan bisnis syariah Indonesia mendapatkan momentum global, terutama dalam tiga tahun terakhir, dengan laporan pasar halal yang menyatakan bahwa perkembangan ekonomi dan ekosistem keuangan syariah Indonesia semakin cepat.

 “Saya pikir ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi pada produk dan layanan [syariah] Indonesia sehingga kita menjadi […] negara produsen, bukan konsumen, karena Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah dan orang-orang berbakat, lingkungan yang kondusif untuk kembangkan ekonomi syariah  dan keuangan, serta dukungan yang kuat dari pemerintah dan otoritas terkait,” katanya. 

Menurut Arief, pengembangan industri halal dalam negeri merupakan salah satu inisiatif strategis pemerintah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi ekosistem halal, termasuk memperkuat rantai nilai halal dalam proses end-to-end dari hulu hingga hilir.  

Hal ini juga termasuk pengembangan kawasan industri halal, seperti kawasan industri lembah halal modern di Sidoardjo, Jawa Timur, dan halal hub di Bintan, Kepulauan Riau.  Luthfi dari Lulu Group mengatakan bahwa menghubungkan bisnis sangat bermanfaat bagi semua orang di industri halal, termasuk grup ritel.  

Menurutnya, Lulu menjadi jembatan yang memungkinkan produk halal Indonesia bisa dijual tidak hanya di dalam negeri atau di Timur Tengah, tetapi juga di negara lain di seluruh dunia. 

 “Kita sebagai produsen pangan harus mewaspadai situasi global seperti apa.  Bersaing secara global dalam produk halal bukan hanya soal memiliki kualitas produk yang baik, tetapi ada banyak sektor lain yang menguntungkan daya saing Anda di dunia, seperti logistik, pasokan, lokasi pasokan produk,” katanya

Semua produsen di Indonesia perlu tahu apa yang dilakukan negara lain dan bagaimana produk mereka dibandingkan dengan produk yang diproduksi di Indonesia. 

Bisnis mode sederhana (modest ready to wear) juga menghadapi tantangan untuk mengglobal, terutama karena pasar domestik yang besar.  Menurut Ali dari IFC, perusahaan pakaian Indonesia melihat pertumbuhan permintaan domestik yang konstan.  

“Pasar fesyen domestik kita masih sangat menjanjikan, yang mendorong [bisnis] untuk lebih fokus ke pasar domestik. Tapi kami siap berkolaborasi dengan fashion player dari negara lain untuk go global,” tambahnya.  

Dalam sambutan penutupnya, Candra Negara, Konsul Jenderal RI Dubai-UEA, menyoroti bahwa kota tersebut telah menjadi pusat strategis global bagi para pebisnis dari berbagai negara.

Dia menggarisbawahi bahwa ini adalah sesuatu yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.  Selama Kepresidenan G20 Indonesia, ia menambahkan, “Kita dapat menjelajahi semua spektrum pasar halal serta pasar terbuka dengan pengusaha dari UEA dan negara-negara Muslim dengan produk halal.”  

Candra juga menyoroti bahwa hubungan Indonesia dan UEA saat ini sedang berada di puncak, dengan kedua negara bersiap untuk menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) pada akhir Maret.  “Saya yakin pasar halal akan tumbuh mulai hari ini dan seterusnya,” katanya. 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)