Festival Seribu Panci demi Lestarikan Kuliner Khas

BAUBAU, bisniswisata.co.id: Warga Kelurahan Bugi dan Kelurahan Karya Baru, Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menggelar Festival Kuliner Seribu Panci, Ahad (22/9/2019) petang. Festival seribu panci ini menampilkan berbagai masakan tradisional dengan menu yang khas dari masyarakat suku Cia-cia.

“Ini festival memperkenalkan sekaligus melestarikan jenis makanan tradisional yang dimiliki masyarakat Cia-cia Kelurahan Karya Baru. Ini baru event pertama dan nanti akan berkesinambungan,” kata Ketua Panitia Festival Kuliner Seribu Panci, Edi Asmar.

Dalam Festival tersebut, ribuan panci disimpan berjejer di atas tikar. Di dalam panci tersebut berisikan berbagai masakan khas suku Cia-cia. Jenis makanannya mulai dari kasoami, kapusu nosu, kahondo-hondo hingga singkong rebus dan ubi jalar rebus. Juga terdapat ikan yang diolah dengan khas tradisional seperti ikan bakar hingga aneka masakan ikan kering atau ikan asin.

Menurut Edi, Festival ini digelar agar masyarakat dapat mengonsumsi makanan tradisional yang pernah dimakan oleh orangtua dahulu. “Di sini kita bagaimana memasyarakatkan kembali makanan kuliner tradisional yang sudah lama ditinggalkan,” ujarnya.

Ia berharap dengan adanya festival ini, masyarakat dapat kembali mengonsumsi makanan tradisional tanpa nasi. Festival Kuliner Seribu Panci tidak saja dikunjungi oleh warga kota Baubau saja, namun juga dikunjungi dari warga kabupaten lain.

Riska, seorang pengunjung dari Kota Baubau, mengaku datang ke Festival Kuliner Seribu Panci ini untuk dapat mencicipi makanan tradisional. “Ternyata rasanya enak walau tanpa nasi. Saya berharap ini ke depannya bisa lebih kembangkan lagi menu tradisionalnya,” ucap Riska seperti dilansir laman Kompas.

Kuliner tradisional Baubau memang beraneka ragam, mayoritas bahan bakunya adalah ikan laut.Berikut makanan khas dari pulau Buton yang rasanya bikin nagih orang yang pernah mencicipinya:

Parende
Parende adalah jenis lauk khas pulau buton yang bahan dasarnya adalah ikan. Parende sama dengan sup ikan, namun parende punya daya tarik rasa yang tidak didapatkan dari sup ikan yang lain. Sekali saja kamu menikmati kuliner ini, maka kamu akan dibuat ketagihan olehnya. Parende sangat cocok dinikmati bersama nasi putih hangat atau kasuami (makanan khas buton lainnya yang terbuat dari ubi). Parende sangat digemari oleh masyarakat pulau buton dan sekitarnya. Rasanya yang lezat akan membuat orang yang mencicipinya akan selalu terkenang dan ingin mencicipinya kembali.

Kasuami

Makanan yang berbentuk seperti tumpeng ini terbuat dari kaopi (ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering) yang dikukus menggunakan panci dari tanah liat dengan memakai cetakan khusus berbentuk topi kerucut. Kasuami adalah makanan pokok yang fungsinya sama seperti nasi, jadi akan lebih nikmat bila dimakan bersama lauk. Ikan parende atau kapinda (ikan pindang) adalah lauk yang pas saat menikmati kasuami. Di kota Bau-Bau, kasuami sangat mudah didapatkan karena hampir seluruh pasar tradisional menjual makanan ini. Harganya pun sangat terjangkau.

Kambewe gola

Kambewe gola adalah makanan yang terbuat dari jagung muda. Kambewe gola terbuat dari jagung muda yang dihaluskan kemudian dicampur kelapa dan gula merah. Setelah tercampur, adoannya dimasukkan ke dalam kulit jagung muda yang telah dibersihkan lalu di masak. Makanan khas ini biasanya hanya bisa dinikmati pada musim jagung saja. Karena saat ini pulau Buton dan sekitarnya sedang musim jagung, maka dengan mudah makanan tradisional ini bisa kita temukan di pasar-pasar tradisional.

Tuli-tuli

Sama seperti kasuami, tuli-tuli juga terbuat dari kaopi. Walau bahan dasarnya sama, namun rasanya tentu saja berbeda. Proses pembuatannya juga berbeda. Kasuami di kukus sedangkan tuli-tuli digoreng. Tuli-tuli adalah camilan khas pulau Buton yang sangat digemari oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bentuknya yang menyerupai angka delapan menjadi ciri khas dari camilan ini. Ada satu hal yang tidak boleh terpisahkan dari tuli-tuli, hal itu adalah sambal. Tuli-tuli akan terasa nikmat bila dimakan sambil dicocol ke dalam sambal. Tuli-tuli dan sambal adalah perpaduan yang sempurna.

Burangasa

Burangasa adalah camilan khas Buton yang rasanya juga menggugah selera. Namun tidak seperti tuli-tuli yang bahan dasarnya terbuat dari ubi, burangasa bahan dasarnya terbuat dari kacang merah (lawue male’i). Jika tuli-tuli cocok dinikmati pada sore hari, maka burangasa sangat cocok dinikmati pada pagi hari. Burangasa dapat dijadikan sebagai pilihan terbaik untuk menemani kamu menikmati teh atau kopi saat sarapan. Rasa kacang merah yang lezat dipadu manisnya gula merah menjadikan camilan ini cocok dinikmati oleh semua usia.

Kabuto
Kabuto merupakan makanan berasal dari Kabupaten Muna dan Buton yang berbahan dasar ubi atau singkong. Proses awalnya setelah ubi dibersihkan dibiarkan berjamur terlebih dahulu. Dalam jangka waktu lama dibiarkan mengering dan akan menambah rasa kenikmatan dan aroma dari makanan ini saat disajikan. Paling enak jika makanan ini disandingkan dengan kelapa parut sebagi garnisnya. Anda juga dapat memakannya dengan lauk ikan goreng dan ikan asin. Tekstur dari makanan ini sangat kenyal, namun ada juga yang terasa lembut seperti sebuah kue kering. Untuk mendapatkannya, di kota Kendari lumayan sulit, karena pada dasarnya penjual di pasar hanya menjual dalam bentuk ubi kering.

Lapa-Lapa
Lapa-lapa ini makanan khas Sultra yang mempunyai cita rasa gurih, sebagai pelengkap biasanya lapa-lapa ini disantap dengan ikan kaholeonarore (ikan asin). Dalam pengolahan lapa-lapa ini berasnya dimasak bersama-sama santan, hingga setengah matang kemudian diangkat dan didinginkan, kemudian direbus. Namun sebelum direbus dibungkus dulu menggunakan janur kelapa yang muda. Dimasyarakat suku Muna biasanya makanan ini dibuat saat menjelang hari raya umat muslim. Pembukaan puasa, lebaran idul fitri dan idul Adha. Dan pembuatannya pun butuh proses yang cukup lama demi mendapatkanb hasil yang maksimal. Tentunya dengan cita rasa yang luar biasa. (ndy)

Endy Poerwanto