BANDUNG, bisniswisata.co.id: Mesjid Circle menjaring 50 peserta Inovator Bootcamp dari berbagai daerah di Indonesia untuk melahirkan inisiatif sosial penuh tantangan yang dibutuhkan oleh masyarakat disekitarnya untuk mengubahnya jadi peluang inovasi berdampak positif.
Arie Raditya, salah satu pendiri Masjid Circle atau Masjid Lingkar Indonesia ini mengatakan pihaknya menyelenggarakan kegiatan Inovator Bootcamp dari 20 – 28 Juli 2024 dan peserta menguasai INOVATOR, ilmu kekinian untuk berinovasi sosial.
“Peserta belajar dari praktisi sosial dan praktisi Community Development ( comdev), belajar pemasaran digital dan dibimbing untuk bekerja bersama orang- orang yang sefrekuensi untuk menerapkan solusi-solusi di lingkungan hidupnya,” kata kang Arie
Selain memahami teori perubahan, dampak digitalisasi, 4 kali pertemuan zoom, 22 rekaman ke learning hub, pitch yang berdampak dan diskusi-diskusi kelompok maka peserta dapat melahirkan ide-ide pribadi maupun ide kelompok dan mewujudkannya dalam proyek bersama yang cocok untuk daerahnya masing-masing.
Di pelatihan ini berapapun usia peserta mendapat panggilan ‘ Teteh’ dan ‘Akang’ sesuai base camp Masjid Circle di Kabupaten Bandung. Intinya sih bagaimana kegiatan sosial yang kita lakukan bisa berdampak luas, berkesinambungan dan memberikan dampak ekonomi pada masyarakat
Masjid Circle Indonesia ( MCI) sebagai penyelenggara kegiatan mengatakan ingin mensejahterakan Masjid dan hal ini menjadikan Arie dkk sadar akan kehadiran Allah dalam setiap tarikan nafas
Masjid Circle Indonesia, tambahnya, merupakan ekosistem pemakmur masjid, sebuah inisiatif untuk mendorong kemakmuran masjid-masjid Allah di bumi Indonesia. Setiap orang bisa ikut memakmurkan masjid dengan peran dan kapasitasnya masing-masing
Peserta belajarnya juga langsung pada sociopreneur seperti Zul Karami, Ahmad Hilmi sebagai Konsultan Digital dan Arie Raditya sendiri sebagai salah satu founder.
“Alhamdulilah peserta sebagian sudah menjadi praktisi program sosial meskipun profesi mereka ada yang Dosen, wartawan, Guru di Pusat Kegiatan Belajar Masyaraka ( PKBM), Pengelola Asrama Mahasiswa hingga profesi lainnya sehingga proses belajar terutama strategi dan mindset yang tepat nantinya akan hasilkan solusi-solusi kreatif,” kata Zul Karami, sang pakar Community Development dan sociopreneur ini.
Kang Zul yang membawakan materi Design Thinking ini dan mengajak peserra untuk membuat perubahan- perubahan. Temukan dahulu masalah apa yang terjadi pada kalangan muda di sekitar kita ? korban pinjol, judi online, mental health atau masalah lainnya ?
“Kalau mau buat perubahan-perubahan pada lingkungan, besarkan dulu rasa empati kita sendiri bukan sekedar simpati yang hanya bereaksi. Kalau menggunakan empati maka kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam misalnya apa yang menyebabkan tetangga kita terlibat judi online misalnya,” kata Zul Karami.
Jadi untuk menemukan solusi yang tepat dalam menebarkan kebaikan ada SOP Design Thinking yang juga supaya kegiatannya terukur misalnya tahap awal lakukan observasi (mengamati), mendefinisikan, membentuk pengertian, prototipe dan terakhir melakukan test, ungkapnya.
Seseorang yang akan diberikan manfaat di observasi dulu dan jangan lupa target ini adalah manusia seutuhnya sehingga pemberi manfaat tidak hanya berasumsi misalnya bahwa UMKM yang akan dibantu pasti masalahnya permodalan.
Padahal belum tentu masalah modal jadi pemberi manfaat harus tahu pasti kebutuhan dan kebahagian mereka apa sehingga bisa memberikan solusi yang tepat dan yang penting berkesinambungan bagi perekonomian si penerima manfaat.
“Nah soal kebutuhan masih banyak yang menghadapi masalah pangan ( makan/ minum, masalah keamanan dan juga kurang kasih sayang. Jadi kalau mau menghadirkan perubahan dan memberikan solusi coba buat program-program dari masalah-masalah yang sudah di depan mata ini,” tantang kang Zul pada lima kelompok peserta kegiatan ini.