Mulai Agustus ini, Bandara Subang akan menyambut pengoperasian pesawat berbadan sempit hingga lima maskapai. Kredit Foto: Flickr/Sergey
KUALA LUMPUR, bisniswisata.co.id; Bandara Sultan Abdul Aziz Shah (Bandara Subang) telah mengalami kebangkitan, menandai tonggak penting dalam meningkatkan konektivitas regional di Malaysia dan Asia Tenggara.
Mulai Agustus ini, bandara ini akan melanjutkan pengoperasian pesawat berbadan sempit dengan maksimal lima maskapai penerbangan, dan berjanji untuk mengubah pilihan perjalanan bagi penumpang.
Rute dan maskapai baru
Dilansir dari travelweekly-asia.com, TransNusa dari Indonesia akan memulai penerbangan harian antara Subang dan Jakarta pada 1 Agustus menggunakan pesawat Airbus A320. Layanan ini akan memperkuat hubungan Malaysia-Indonesia dan menawarkan lebih banyak pilihan perjalanan.
Scoot, anak perusahaan Singapore Airlines, akan mulai beroperasi pada 1 September. Pada September 2024, Scoot berencana mengoperasikan 110 penerbangan mingguan, sehingga meningkatkan konektivitas antara Malaysia dan Singapura.
AirAsia akan memperluas operasinya di Subang dengan dua penerbangan harian ke Kota Kinabalu dan Kuching mulai 30 Agustus.
Batik Air Malaysia akan menawarkan penerbangan domestik ke berbagai tujuan, dimulai dengan tiga penerbangan mingguan ke Penang mulai tanggal 15 Agustus, yang akhirnya meningkat menjadi layanan harian. Destinasi masa depan meliputi Kota Bahru, Kota Kinabalu, dan Kuching.
Dampak pada perjalanan
Kedekatan Bandara Subang dengan pusat kota Kuala Lumpur akan mengurangi waktu perjalanan, sehingga menguntungkan pelancong bisnis dan wisatawan.
Selain itu, pengaktifan kembali jalur kereta api antara Subang dan Kuala Lumpur akan memastikan kelancaran transportasi, sehingga memudahkan penumpang untuk berpindah antara kota dan bandara.
Dibuka pada tahun 1965, Bandara Subang merupakan bandara utama Kuala Lumpur hingga tahun 1998, ketika operasi jet dipindahkan ke Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA).
Rencana Regenerasi Bandara Subang bertujuan untuk melanjutkan pengoperasian jet berbadan sempit, yang awalnya menggandakan kapasitas penumpang menjadi 3 juta, dengan target 8 juta pada tahun 2030.