HALAL INTERNATIONAL LIFESTYLE NEWS

Bagaimana Negara Muslim dan non Muslim Menjaring Wisata Halal ?

KALKUTA, bisniswisata.co.id: Dalam sebuah langkah berani yang mengejutkan industri perjalanan global, Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Brunei memelopori revolusi dengan merangkul wisata Halal.

Dilansir dari travelandtourworld.com, negara-negara ini tidak hanya memanfaatkan pasar wisata Muslim yang sedang berkembang; mereka juga menetapkan standar baru dan mendefinisikan ulang masa depan pariwisata internasional.

Indonesia: Raksasa yang Tertidur Bangkit Lagi.

Indonesia, rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia, akhirnya memanfaatkan potensinya yang sangat besar. Dengan warisan budaya yang kaya dan pemandangan alam yang menakjubkan, negara ini memposisikan dirinya sebagai tujuan wisata Halal utama.

Pemerintah telah meluncurkan inisiatif untuk mensertifikasi tempat-tempat Halal, memastikan bahwa wisatawan Muslim dapat menikmati liburan mereka tanpa hambatan.

Destinasi seperti Lombok telah menjadi sorotan sebagai destinasi ramah halal, yang menawarkan berbagai fasilitas seperti makanan halal, fasilitas shalat, dan akomodasi yang sesuai dengan Syariah.

Langkah strategis ini bukan hanya untuk menarik wisatawan; tetapi juga untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan dominan di pasar pariwisata halal global.

Malaysia: Pemimpin yang Tak Terhentikan

Malaysia telah lama menjadi pelopor dalam pariwisata halal, dan secara konsisten menempati peringkat teratas dalam Indeks Perjalanan Muslim Global.

Komitmen negara ini untuk menyediakan layanan yang ramah bagi Muslim tidak tertandingi. Dari restoran bersertifikat halal hingga hotel yang dilengkapi dengan fasilitas shalat, Malaysia tidak melewatkan satu hal pun.

Sikap proaktif pemerintah, ditambah dengan proses sertifikasi halal yang kuat, telah memperkuat reputasi Malaysia sebagai destinasi yang wajib dikunjungi bagi wisatawan Muslim.

Namun, Malaysia tidak berpuas diri; negara ini terus berinovasi, memastikannya tetap menjadi yang terdepan dalam pariwisata halal.

Jepang: Matahari Terbit Merangkul Pariwisata Halal

Dalam perubahan yang tak terduga namun strategis, Jepang membuat langkah signifikan dalam mengakomodasi wisatawan Muslim.

Menyadari potensi pasar perjalanan Muslim yang menguntungkan, bisnis Jepang beradaptasi dengan menawarkan pilihan makanan Halal, tempat salat, dan layanan ramah Muslim.

Kota-kota seperti Tokyo dan Osaka menyaksikan lonjakan restoran dan hotel bersertifikat Halal, menjadikan Jepang tujuan yang semakin menarik bagi wisatawan Muslim.

Perubahan ini tidak hanya mendiversifikasi demografi wisatawan Jepang tetapi juga menunjukkan komitmennya terhadap inklusivitas.

Korea Selatan: Gelombang K Menuju Halal

Korea Selatan, yang sangat populer di dunia berkat budayanya, kini mulai menarik wisatawan Muslim. Pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi Muslim, termasuk mendirikan musala di tempat umum dan mempromosikan tempat makan bersertifikat Halal.

Kolaborasi dengan organisasi Islam semakin memperkuat upaya ini, memastikan bahwa wisatawan Muslim merasa diterima. Langkah Korea Selatan dalam bidang pariwisata Halal bukan sekadar tren; ini adalah langkah yang diperhitungkan untuk meraih pangsa pasar perjalanan Muslim yang sedang berkembang.

Brunei: Sang Pesaing Pendiam

Brunei, dengan warisan Islamnya yang kaya, secara alami diposisikan untuk menarik wisatawan Muslim. Negara ini menawarkan banyak fasilitas dan layanan bersertifikat Halal, memastikan bahwa wisatawan Muslim dapat menikmati pengalaman yang lancar.

Meskipun mungkin tidak sehebat kampanye pemasaran yang agresif seperti negara-negara tetangganya, komitmen Brunei untuk mempertahankan standar tinggi dalam pariwisata Halal menunjukkan banyak hal.

Lingkungannya yang murni dan kepatuhannya pada prinsip-prinsip Islam menjadikannya tujuan yang unik dan menarik bagi mereka yang mencari pengalaman perjalanan Halal yang autentik.

Dampak Global: Era Baru Perjalanan

Upaya bersama negara-negara ini bukan sekadar fenomena regional; upaya tersebut membentuk kembali industri perjalanan global.

Pasar perjalanan Muslim diproyeksikan mencapai 230 juta kedatangan internasional pada tahun 2028, dengan pengeluaran yang diantisipasi sebesar US$ 225 miliar.

Lonjakan ini memaksa destinasi di seluruh dunia untuk mengevaluasi kembali penawaran mereka dan memenuhi kebutuhan unik wisatawan Muslim.

Meningkatnya pariwisata Halal bukan sekadar tren; hal itu merupakan bukti dari dinamika perjalanan global yang terus berubah, di mana inklusivitas dan kepekaan budaya menjadi yang terpenting.

Evan Maulana