JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menurut Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018, total pengeluaran para wisatawan Muslim secara global diperkirakan akan mencapai US$ 220 miliar pada tahun 2020. Bahkan, pertumbuhan pasar ini juga diproyeksikan akan terus berkembang pesat dan semakin populer sebanyak US$ 80 miliar dan mencapai US$ 300 miliar pada tahun 2026.
Tahun 2017, diperkirakan jumlah total kedatangan wisatawan Muslim secara global mencapai 131 juta – naik dari 121 juta pada tahun 2016 – dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 156 juta wisatawan di tahun 2020, atau mewakili 10% dari segmen wisata global.
Riset Mastercard-CrescentRating Halal Travel Frontier 2019 (HTF2019) mengidentifikasi tren yang akan menentukan perkembangan sektor wisata halal yang saat ini tengah tumbuh dengan pesat.
Laporan ini memprediksi bagaimana teknologi, lingkungan, dan aktivisme sosial dapat membawa perubahan yang lebih besar pada setiap aspek industri wisata halal serta memudahkan para wisatawan Muslim untuk menjelajahi dunia.
Tren ini meliputi integrasi teknologi augmented reality guna memberikan pengetahuan budaya yang penting bagi para wisatawan Muslim, termasuk makanan bersertifikat Halal. Berkembangnya chatbot yang didesain secara khusus untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan-kebutuhan budaya dan keagamaan para wisatawan Muslim.
Proses pengajuan visa yang lebih mudah bagi para umat Muslim yang ingin bepergian ke Mekkah untuk menjalankan ibadah Umroh. Destinasi-destinasi non-tradisional seperti Jepang, Afrika Selatan dan Taiwan akan semakin memikat wisatawan-wisatawan Muslim.
Perubahan dalam proses pengaplikasian visa Umroh dan meningkatnya teknologi interaktif baru akan mengakibatkan para penyedia jasa Haji dan Umroh tradisional akan menghadapi disrupsi pada model bisnis mereka. Wisatawan-wisatawan Muslim milenial kini dapat memesan dan merencanakan sendiri perjalanan ibadah Umroh mereka. Hal ini berarti para pelaku bisnis harus mengevaluasi kembali model bisnis mereka serta layanan yang ditawarkan agar tetap sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
Didorong oleh permintaan akan pengalaman perjalanan yang lebih otentik, terjangkau, dan mudah diakses, banyak wisatawan milenial dan generasi Z yang memilih perjalanan singkat yang tidak terencana dengan harga yang terjangkau. Selain itu, kesadaran akan isu-isu sosial yang semakin tinggi dan meningkatnya pengaruh influencer perempuan ketika merencanakan perjalanan diperkirakan juga dapat mengubah cara wisatawan Muslim dalam melakukan perjalanan.
“Halal Travel Frontier 2019 Report memberikan sebuah gambaran kepada para pebisnis, pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor perjalanan mengenai tren-tren yang tengah berlangsung di industri pariwisata Halal, serta bagaimana mereka dapat memaksimalkan peluang yang diberikan oleh sektor industri perjalanan yang terus berkembang pesat ini,” kata Safdar Khan, Division President, Indonesia, Malaysia and Brunei, Mastercard dalam keterangan pers, Rabu (06/02/2019).
Lebih dari itu, laporan ini juga memprediksi adanya konsolidasi antar penyedia jasa wisata Muslim yang berpotensi mendorong munculnya merek-merek gaya hidup dan wisata Muslim yang lebih kuat.
Laporan HTF2019 Report juga mengindentifikasi 17 tren wisata halal di dunia. Laporan ini memprediksi bagaimana teknologi, lingkungan, dan aktivisme sosial dapat membawa perubahan yang lebih besar pada setiap aspek industri wisata Halal serta memudahkan para wisatawan muslim untuk menjelajahi dunia.
Berikut 17 tren wisata halal yang diprediksi marak terjadi pada 2019:
1. Peningkatan kesadaran akan isu-isu sosial selagi menjelajahi destinasi-destinasi tujuan.
2. Kecerdasan buatan akan semakin memberdayakan para wisatawan muslim
3 . Sertifikasi halal akan semakin canggih didukung dengan teknologi Augmented Reality (AR)
4. Teknologi Augmented Reality (AR) akan menghubungkan para wisatawan dengan warisan budaya Islam yang hilang
5. Konsolidasi industri wisata Muslim akan melahirkan brand-brand gaya hidup / pariwisata Muslim yang lebih kuat
6. Disrupsi pada pasar perjalanan umroh tradisional dengan paket perjalanan umroh yang dilakukan secara mandiri (Do It Yourself – DIY)
7. Pelatihan umroh yang lebih mendalam dengan teknologi Virtual Reality (VR)
8. Konvergensi perilaku bepergian berbasis mobile
9. Pertumbuhan negara-negara non Organisasi Kerja Sama Islam di pasar perjalanan Muslim
10. Bertumbuhnya konsep “Perjalanan Mie Instan” yaitu perjalanan singkat yang tidak terencana dengan harga yang terjangkau
11. Industri hotel dan penginapan akan semakin ramah bagi wisatawan muslim
12. Meningkatnya suara perempuan dalam perencanaan perjalanan
13. Destinasi-destinasi tujuan akan menemukan berbagai identitas wisatawan muslim dengan nilainilai umum yang sama
14. Menurunnya wisatawan muslim yang berkunjung ke destinasi-destinasi yang dipersepsikan kurang ramah wisatawan muslim
15. Meningkatnya upaya pengembangan sumber daya manusia
16. Meningkatnya permintaan akan jasa penasihat perjalanan Halal
17. Mencegah terjadinya kekacauan pada big data pariwisata Halal. (redaksibisniswisata@gmail.com)