JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menjaga kesehatan memang sangat penting. Bukan hanya saat menjalani aktiftas sehari-hari, tapi juga penting saat traveling. Siapa sih yang mau sakit saat traveling? Pasti gak ada yang mau dong. Semua traveler menginginkan traveling dalam keadaan sehat, segar bugar, fit dan tetap semangat.
Sebaliknya siapa yang bisa menolak kedatangan sakit, apalagi saat asyik-asyiknya traveling. Penyakit tidak bisa dipastikan kedatangannya. Sakit bisa datang kapan saja, dimana saja bahkan saat kita jalan-jalan pun. Alih-alih ingin menikmati liburan, akhirnya tumbang juga. Kan nggak mengenakan.
Karena itu sebelum traveling, menjaga kesehatan itu penting. Siapkan sejak dini agar penyakit tak gampang menyerang sekaligus mengetahui kondisi diri sendiri, lingkungan. Juga perlu diketahui apa penyebab seseorang sakit saat traveling. Ada beberapa tips penyebab terserang sakit seperti dilansir laman Tiket2.com:
1. Akibat Cuaca dan perubahan iklim
Saat hujan atau saat cuaca sedang panas-panasnya kondisi tubuh manusia akan beradaptasi. Bila perubahannya sangat cepat, proses adaptasi tubuh juga “dipaksa” harus cepat. Jika sistem imun tubuh tidak kuat, sudah bisa dipastikan tubuh akan tumbang. Saat traveling, perubahan ini bisa saja terjadi, misal seseorang dari Surabaya yang cukup panas, berkunjung ke Dieng yang kondisi udaranya sangat dingin. Alih-alih traveling sehat, baru menginap sehari bisa-bisa masuk angin karena terlalu kedinginan.
2. Terlalu lelah
Perjalanan jauh juga menjadi salah satu penyebab sakit saat traveling. Ya, bayangkan jika kamu sedang traveling jauh dengan menggunakan trasportasi bis dan harus beberapa kali pindah bus. Mungkin karena tiket pesawat mahal, tiket kereta api juga mahal, ditambah lokasinya terpencil. Melelahkan bukan? Belum lagi jika barang yang dibawa cukup banyak. Nah kondisi ini bisa menyebabkan badan sangat lelah, dan kemudian drop di lokasi tujuan wisata.
3. Dehidrasi
Ini penyebab paling fatal. Kekurangan air di dalam tubuh membuat tubuh kita kekurangan cairan, sehingga tubuh kita akan lemah letih lesu. Rasanya, kurang tanaga untuk bergerak. Selain itu, tingkat kebersihan dari air minum yang kita minum juga harus kita perhatikan. Karena salah satu penyebab umum dari sakit (terutama sakit perut) adalah air minum yang tidak bersih. So, sebelum meminum air di tempat atau lokasi jalan-jalan lebih baik dilihat dulu apakah air tersebut benar-benar layak minum. Misal akan liburan ke luar negeri, sebelum pergi, carilah informasi negara-negara mana saja yang airnya bersih juga layak untuk konsumsi dan Negara yang kualitas airnya tidak bisa diminum langsung. Saat di luar negeri, berusahalah untuk tidak minum water tap, juga es pada minuman
4. Pola Makanan
Menjaga kesehatan saat liburan salah satunya dapat dilakukan dengan makan makanan yang benar. Benar dalam artian cocok di perut dan memang makanan yang tidak membuat alergi. Beberapa orang, ada yang memiliki alergi tertentu terhadap makanan tertentu. Maka, pengendalian diri ada pada diri masing-masing. Benar, salah satu keasyikan dalam liburan adalah menikmati kuliner lokal. Namun makanan yang tidak bersih, atau makanan yang membuat alergi, atau makanan yang sifatnya panas dan pedas bisa membuat perut kita kontraksi dan menjadi sakit perut pada akhirnya.
5. Memiliki Riwayat Penyakit
Memiliki riwayat penyakit, seperti asma, maag dan flu misalnya. Asma bisa menyerang kapan saja, termasuk saat sedang liburan. Ada banyak penyebab, selain memang dari faktor penyakit itu sendiri, seperti untuk penyakit flu bisa dipicu karena perbedaan suhu antar rumah dengna lokasi wisata, daya tahan fisik yang menurun. Kemudian untuk asma, ada banyak faktor-faktor yang memicu kambuhnya penyakit ini, termasuk diantaranya kualitas udara (berdebu atau tidak) dan suhu udara di lokasi wisata. Penyakit lain yang mungkin timbul adalah gangguan sistem pernapasan walaupun tidak memiliki riwayat penyakit asma.
Umumnya bila pernapasan terganggu, sesak napas ditambah dengan sakit kepala bisa muncul tiba-tiba. Hal ini biasanya terjadi saat liburan di tempat yang tinggi, seperti pendakian ke gunung dan perbukitan. Saat ke dataran yang lebih tinggi, tubuh perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang udaranya lebih kering atau kadar oksigennya lebih rendah. Selain itu, migrain juga bisa terjadi saat traveling. Penyebab migrain bisa bermacam-macam, seperti stress saat sebelum berangkat liburan, perubahan cuaca juga gangguan pola makan dan pola tidur.
6. Jetlag
Well, saat perjalanan jauh dengan pesawat terbang, jetlag sering kali terjadi. Dan kondisi jetlag bisa menyebabkan kondisi badan drop. Jetlag biasanya dikarenakan perbedaan waktu antara rumah dengan lokasi wisata kita, misal Indonesia dengan New York. Perbedaan waktu ini akan membuat jam biologis tubuh termasuk siklus tidur atau istirahat berubah. Selain itu, penyakit bawaan jet lag seperti mual, gangguan pencernaan, konstipasi, juga diare bisa terjadi karena hormon dalam tubuh yang bertanggung jawab terhadap siklus tidur dan bangun terkait secara rumit dengan sistem pencernaan kita. Nah, kondisi ini akan membuat tubuh lelah setelah sampai di lokasi tujuan wisata. Dan worst case-nya bisa membuat badan tumbang.
7. Dehidrasi Udara
Dehidrasi bukan hanya berkaitan dengan cairan dalam tubuh kita. Namun dehidrasi juga bisa terjadi karena kekurangan udara. Itulah mengapa dehidrasi ini dinamakan dehidrasi udara. Dehidrasi udara biasanya terjadi saat kita naik maskapai penerbangan. Dalam kabin, tingkat kelembaban yang ada 10 hingga 20 persen lebih rendah jika dibandingkan tingkat kelembaban dalam ruangan. Tingkat kelembaban dalam ruangan umumnya membuat tubuh nyaman, berkisar antara 30 hingga 65 persen.
Jika ini terjadi, tubuh akan kekurangan air saat bernapas juga saat pembentukan urin. Dimana gas atau udara yang dibutuhkan untuk pembentukan urine tersebut mencapai 50 ml setiap setengah jam. Bila hal tersebut terjadi, lambung akan stress, otot terasa kram dan tekanan darah juga bisa meningkat. Nah bila hal ini terjadi saat dalam perjalanan menuju lokasi wisata, sakit saat travelingpun tidak dapat dihindari. Bahkan, bisa jadi dehidrasi udara ini mengarah pada kelelahan dan berkembang menjadi stroke jantung. (*)