PARIAMAN, bisniswisata.co.id: Meski berada di kawasan pesisir, Pariaman ternyata memiliki kekayaan kuliner yang tidak dapat dipisahkan dari hasil lautnya. Salah satunya, kuliner camilan ringan sejenis gorengan yang disebut sala lauak. Hidangan ini cukup mudah ditemukan di wilayah Pariaman, terutama di sekitar pantai bahkan populer di Pekanbaru.
Secara harfiah, kata sala dapat diartikan sebagai goreng, artinya untuk berbagai jenis bahan makanan yang diolah dengan cara digoreng. Karena itulah, selain jenis sala lauak ini, terdapat hidangan lain yang juga mendapat sebutan sala, seperti nasi sala, sala udang, dan sala kepiting. Sedangkan lauak secara sederhana berarti ikan.
Meskipun secara harfiah bermakna ikan goreng, tetapi sala lauak sangat beda. Bedanya merupakan hidangan berbentuk gumpalan sebesar ibu jari yang terbuat dari adonan daging ikan yang dihaluskan dan dicampur tepung beras, ikan laut dan bumbunya bawang putih ditumpuk halus. Adonan tersebut kemudian dibentuk menjadi gumpalan dan digoreng hingga berwarna cokelat keemasan.
Gumpalan-gumpalan bertekstur renyah ini memiliki citarasa yang dominan asin dan gurih dengan aroma rempah berasal dari beberapa jenis bumbu yang ditambahkan didalamnya. Umumnya Sala lauak berbentuk bulat sebesar bola pingpong atau sala keras. Varian sala lauak lainnya berbentuk lebih pipih dan cenderung tidak beraturan.
Berbeda dengan yang berbentuk bulat, sala jenis ini dibuat dari jenis ikan basah yang disebut ikan stuhuak yang digiling hingga halus. Sala jenis ini memiliki tekstur permukaan yang lebih lunak dibanding sala berbentuk bulat, sehingga disebut juga sala lunak.
Sala lauak umumnya disajikan sebagai hidangan pelengkap ketika sarapan pagi. Hidangan utama yang biasanya disajikan bersama sala lauak antara lain adalah ketupat gulai. Cita rasanya yang unik, membuat kuliner ini menjadi menu sarapan khas Kota Pariaman.
Bukan hanya dikota aslinya, namuan sala lauak sudah merambah sampai Pekanbaru. “Di Pekanbaru, lebih populer dibentuk bulat, dan bahannya sama diisi ikan laut. Namun sekarang sudah jarang dibuat seperti itu, kebanyakan penjual akan langsung mencampurkan ikan ke dalam adonannya,” ungkap Diki, warga Pekanbaru saat ditemui di sela-sela acara Menjelajah Warisan Budaya Melayu Riau bersama Fox Harris Hotel, Pekanbaru, Sabtu (07/07).
Dijelaskan seperti dilansir laman Kumparan, Memiliki tekstur luar yang sedikit keras namun lembut di mulut, sala lauak memiliki cara penyajian yang berbeda-beda. Menurut Diki, Padang Pariaman biasa menyantap sala lauak bersama dengan lontong, irisan telur dan sayur paku.
Penduduk Pekanbaru lebih suka menyajikannya sebagai menu kudapan di kala senggang, yang dihidangkan bersama dengan cocolannya, yakni saus cabai bercita rasa asam. “Kalau di Padang Pariaman pasangannya (sala lauak) adalah sayur paku. Percampuran bahan-bahan yang ada memperkaya tekstur hidangan saat disantap, tapi di makan langsung tanpa campuran juga enak,” pungkasnya.
Selain tersaji dalam keadaan gurih, terdapat pula sala lauak manis yang layak kamu coba saat melipir ke Kota Madani ini. Dalam pembuatannya, bola-bola sala lauak yang telah matang akan dibalut dengan kelapa parut dan gula, lalu disajikan tanpa adanya cocolan.
Di Pekanbaru, sala lauak biasanya dijajakan dengan menaiki sepeda atau sepeda motor yang bagian depannya diisi dengan etalase makanan khas Pekanbaru tersebut. Dibanderol dengan harga yang murah meriah, yakni Rp, 500 perbuah, kamu sudah bisa menikmati si gurih nan renyah sala lauak khas Melayu ini. (END)