LAPORAN PERJALANAN

Piramida: Master Piece Teknik Konstruksi Mesir Kuno..

Patung Sphinx atau Aboul Houl ( foto-foto: Nur Hidayat )

Pada 7-19 Febuari 2019, Wartawan Senior  Nur Hidayat melakukan perjalanan wisata bersama keluarga besarnya mengikuti  tour wisata religi ke Mesir, Palestina, Israel, Jordan, Oman. Berikut tulisan keduanya;

KAIRO, Mesir, bisniswisata.co.id: Rasanya “tidak sah” kalau pergi ke Mesir tak mengunjungi piramida. Bagaimana para pekerja zaman baheula mengangkut dan memasang balok-balok batu, beratnya 2-15 ton, sewaktu belum ada jalan raya, truck besar dan peralatan berat.?

Bagaimana arsitek merancang bangunan raksasa tanpa komputer dan aplikasi teknik sipil, sehingga terwujud piramida yang tidak runtuh selama ribuan tahun.? Berapa jumlah pekerjanya.?

Perdebatan tentang hal itu sudah berlangsung lama, dan masing-masing pihak mengajukan hipotesa  yang berbeda. Sampai akhirnya tim dari French Institute for Oriental Archeology di Kairo dan University of Liverpool, Inggris, menemukan bukti-bukti “jawaban” mengenai masalah tersebut.

Para arkeolog telah menemukan sisa-sisa dari sistem unik untuk mengangkut dan memindahkan blok batu dari tambang di Hatnub yang terletak di gurun pasir bagian timur. Piramida dibangun sebagian besar dengan batu kapur ditambah batu pualam untuk beberapa hal seperti lantai, patung, peti mati, vas dan sebagainya.

Sistem pemindahan batu berat itu terdiri dari jalan utama yang dikelilingi oleh dua tangga dengan sejumlah lubang. “Dengan menggunakan kereta luncur, orang Mesir kuno mampu menarik blok-blok  pualam keluar dari tambang di lereng yang sangat curam,” kata arkeolog Yannis Gourdon, seperti yang dimuat  Newsweek 1 Jan. 2018.

Tali yang dipasang pada kereta luncur membuatnya lebih mudah untuk ditarik di jalan. Batu2 itu lalu diangkut melalui kanal-kanal dan Sungai Nil. Pekerjanya sekitar 20.000 orang tertera  pada lembaran papirus tertua yang ditemukan pada 2013 berisi catatan harian pejabat dan pekerja yang membangunnya.

Dokumen itu berisi catatan tentang rincian pekerjaan pejabat dan pekerja, termasuk jenis makanan bagi buruh. Catatan di papirus itu akan mengungkap lebih banyak rahasia piramida Giza, tulis  The Vintage News, 4 Juli 2017.

Piramida Giza dibangun sebagai makam Firaun Khufu, lebih populer dengan nama Cheops. Kompleks piramida Giza di pinggiran Kairo itu terdiri dari tiga piramida besar dan 3 piramida kecil serta patung Sphinx.

Nur Hidayat di depan piramida dari susunan batu balok

Piramida Cheops dibangun  pada 2589-2566 SM, piramida  tertua dan terbesar. Dengan tinggi sekitar 160 m, piramida itu membutuhkan 2,3 juta batu balok.

Piramida Giza pernah terkubur dalam waktu lama. Upaya penggalian dan eksplorasi pertama kali dilakukan oleh Abdul Azis bin Marwan, Gubernur Mesir semasa Dinasti Umayyah, 661-750 Masehi.

Hal Itu terdorong oleh kabar bahwa di dalam piramida tersimpan harta karun yang sangat banyak. Penggalian yang sudah dimulai dan menemukan hasil berupa patung-patung emas, terpaksa dihentikan karena lokasi penggalian runtuh dan  mengubur ribuan pekerja.

Rombongan kami berkunjung ke sana dalam waktu yang sangat sempit. Dari Kairo hanya sekitar 20 menit jika jalanan tidak macet. Turis asing harus membayar tiket 50 pound Mesir, warga lokal 10 pound. Berjalan sebentar dari gerbang, kita langsung melihat bangunan limas raksasa segi tiga sama sisi itu.

Itulah piramida Cheops (tingginya sama dg gedung Empire State, New York) dan Khafre. Ada satu kagi yaitu piramida Menkaure yang bentuknya lebih kecil. Tak banyak waktu untuk memotretnya. Apalagi mendekat dan meraba batu- batunya dan masuk ke dalamnya. Sayang sekali, karena piramida ini adalah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Sayang juga kami tidak pula menyaksikan dua piramida lainnya atau naik unta berkeliling kompleks yang luas. Selain karena sempitnya waktu, juga lantaran menunggu teman yang terpisah dan “tersesat”, tidak dapat menemukan bus yang kami naiki.

Begitu juga dengan patung Sphinx (Aboul Houl dalam bahasa lokal) yang menjulang, tak jauh dari piramida. Patung besar dengan panjang P 73, 5 m, lebar 6 m dan tinggi 20 m – berbentuk separuh manusia dan berkepala singa itu konon dibangun pada milenium ketiga SM.

Jangankan mendekat dan banyak jeprat jepret swa foto,  disitu kami ternyata hanya lewat, melihat dari dalam bus. Para turis Indonesia yang sudah terbang jauh-jauh tersebut ngedumel. Kecewa berat.? So pasti bro..!!!

Wajah sphinx lebarnya adalah 4 meter dan tinggi mata adalah 2 meter. Mulutnya sekitar dua meter, sedangkan hidung lebih dari 1,5 meter. Telinganya lebih dari 1 meter tingginya. Bagian dari kobra (uraeus suci), hidung, telinga lebih rendah dan janggut ritual sekarang sudah hilang.

Tapi tentunya sphinx tidak dirancang untuk tampil tanpa hidung. Sebagai sebuah karya monumental, dulunya sosok sphinx dibangun lengkap dengan “hidung” dan segala aksesorisnya. Berkepala manusia (wanita), berbadan singa dan bersayap.

Tak diketahui pasti alasan menghilangnya hidung sphinx. Tetapi beberapa kalangan percaya, sphinx kehilangan hidungnya sekitar 400 tahun yang lalu. Jadi antara tahun 1816 – 1817 gitu deh dan kata sphinx berarti mencekik. Dalam mitologi Yunani, Sphinx akan mencekik orang yang tidak mampu menjawab pertanyaan teka tekinya.

Meski perjalanan kali ini berselimut kekecewaan, namun melongok piramida asli berumur ribuan tahun cukup membuat kami kagum karena  terbukti piramida adalah master piece teknik konstruksi Mesir kuno..

Apalagi di masanya, piramida pun tidak dibuat sembarangan. Para insinyur Mesir kuno menghitung dulu jarak piramida dengan matahari, karena matahari adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan masyarakat Mesir kuno. Ilmuwan masa kini pun mengakui kehebatan mereka dalam membangun piramida yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)