Atraksi Reog Ponorogo sambut penumpang kapal pesiar Genting Dream Cruises
Pada 21-26 Januari 2018, bisniswisata bersama sejumlah wartawan dan beberapa agen perjalanan dari Indonesia dan Asia mengikuti perjalanan Genting Dream Cruises dengan rute Singapura-Surabaya, Bali Utara – Singapura. Berikut laporan hari ke tiga.
SURABAYA, bisniswisata. co.id: Bangun kesiangan membuat saya sedikit terkejut dan langsung membuka kordein untuk melihat pemandangan ke laut. Maklum hari ke tiga di atas kapal Genting Dream Cruises sejak 21 Januari lalu akan diisi dengan berwisata di darat, mengunjungi Pulau Madura.
Dari kamar di deck 9 kapal berbobot berat kotor 151.300 ton dengan panjang 335 meter ini saya menempati kamar tipe Stateroom dengan balkon pribadi lengkap dengan dua kursi dan meja kecil untuk bersantai menghirup udara laut di luar kamar.
Kami berangkat dari pelabuhan Marina Bay Singapura hari Minggu, lalu kapal meluncur ke Surabaya tiba hari ini, Selasa. Dari kejauhan sudah terlihat patung besar setinggi 30,6 meter dari sosok Perwira TNI Angkatan Laut berbusana Pakaian Dinas Upacara (PDU) lengkap.
Tangan kanan patung ukuran raksasa itu berada di pinggang sementara tangan kirinya memegang pedang kehormatan yang ditumpukan ke lantai.
Matanya menerawang ke arah laut dan menatap jembatan Suramadu seolah siap menantang gelombang dan badai di lautan. Itulah Monumen Jalesveva Jayamahe yang berada di kawasan Tanjung Perak, pelabuhan utama di Kota Surabaya, tepatnya di ujung barat Dermaga Madura.
Monumen Jalesveva Jayamahe menggambarkan generasi penerus bangsa yang yakin dan optimis untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia sesuai dengan motto “ Di Laut Kita Berjaya. “ Selain sebagai monumen, bangunan ini juga difungsikan sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang ada di laut sekitar.
Selama berada dikapal maka yang berlaku adalah waktu Singapura sehingga tersisa sedikit waktu untuk berkumpul di Zodiac Theater di deck 7 untuk turun di terminal penumpang Gapura Surya Nusantara di pelabuhan itu.
Pembagian grup dan nomor bus yang akan ditumpangi selama wisata setengah hari ke Madura sudah dilakukan di Zodiac Theatre. Rombongan lalu dipandu oleh staf kapal untuk melewati jalur-jalur lorong kabin menuju pintu keluar melewati melewati mesin X-ray dulu seperti di bandara lalu menuju terminal.
Setiap penumpang yang turun harus membawa kartu akses ( acces cabin card) untuk naik kapal yang juga sekaligus kunci kamar dan sebagai identitas di kapal untuk masuk restoran, nonton pertunjukkan dan aktivitas gratis lainnya.
Sebelum melangkah keluar, crew kapal memberikan potongan kertas untuk mengingatkan semua penumpang dalam bahasa China dan Inggris yang mengingatkan untuk kembali ke kapal sebelum bertolak lagi pukul lima sore ( Singapore time ) serta nomor-nomor telpon yang bisa dihubungi jika terjadi masalah.
Tidak semua penumpang kapal pesiar mewah Genting Dream Cruises yang mencapai 2800 orang penumpang turun di Surabaya untuk menonton karapan sapi di Madura atau berwisata belanja di kota Surabaya, ibukota Jawa Timur.
Bersama wartawan dari Indonesia dan negara Asian lainnya saya menikmati sejenak hiburan tarian Reog Ponorogo yang dibawakan oleh sejumlah pria begitu keluar dari kapal yang bisa langsung sandar di terminal Gapura Surya Nusantara atau nama kerennya Surabaya North Quay.
Setelah itu kami diarahkan melewati ruangan dalam terminal untuk menuju bus. Terlihat ada bazar sejumlah produk di hall terminal namun sayangnya pilihan produk tidak sesuai dengan selera wisatawan mancanegara kelas kapal pesiar mewah.
Dari Surabaya, dengan bus wisata kami menuju ke Bangkalan, Madura, Jawa Timur, melintas Jembatan Suramadu. Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009.
Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Provinsi Jawa Timur.
Karapan Sapi
Tiba di Desa Sanggra Agung, Kecamatan Socah, Bangkalan, bus berhenti di sebuah rumah besar milik H.Tohir . Pengusaha sukses yang memiliki sejumlah sapi karapan dengan nama kumpulan Gagak Rimang ini sejak 30 tahun lalu, sudah menyelenggarakan karapan sapi secara mandiri.
“Kalau dulu karapan sapi yang di selenggarakan pemerintah hanya satu tahun sekali seperti Piala Presiden, nah sekarang saya bikin 5 kali dalam setahun bahkan tiap minggu juga bisa jika wisman ingin melihat secara langsung,” kata H. Tohir pengusaha restoran, water park, perusahaan tenaga kerja outsourcing hingga bisnis BBM.
Peserta tour langsung mencari toilet dan karena jumlahnya terbatas hanya empat toilet sehingga terjadi antrian panjang dari sekitar 250 orang wisatawan yang ada. Pemandangan unik terlihat saat gadis-gadis sibuk berselfie ria dengan sapi, mengelus-ngelus dan menyapa sapi-sapi itu dengan bahasa asing.
Kami lalu melanjutkan aktivitas menuju lapangan terbuka masih di sekitar desa atau sekitar lima menit dengan bus dari rumah H. Tohir.Rombongan langsung disambut tarian penari pria dengan kostum warna hijau, kuning, merah yang meriah mulai dari kaos kaki hingga ikat kepala yang mrmbawa saronen
Saronen, yaitu perangkat instrumen penggiring Karapan. Perangkatnya terdiri dari saronen, gendang, kenong, kempul, krecek, dan gong sehingga kehadiran mereka membuar suasananya menjadi meriah sekali.
Dari arah landasan pacu juga terdengar musik kenongan. Rupanya sapi yang akan bertanding dan sudah didandani dengan beragam atribut tampil memperkenalkan diri.
Sebagian wisatawan duduk di bawah tenda sambil menikmati soft drink serta suguhan serba rebus seperti pisang, ubi, jagung dan kacang. Sementara yang lainnya mulai dengan kamera handphone ditangan hingga peralatan foto lainnya yang canggih sudah siap di tempat-tempat yang strategis.
Sejumlah media asing langsung membuat liputan dan rekaman mulai dari rumah H.Tohir hingga ke lapangan tempat karapan sapi berlangsung. Sapi-sapi yang berlomba tubuhnya tidak dipenuhi luka gores atau olesan balsam di kedua mata sapi, seperti karapan-karapan sebelumnya yang menjadi tradisi masyarakat setempat
“Karapan sapi yang kita tampilkan jokinya masih remaja dan tanpa menyakiti sapi sehingga kekuatan berlari sapi menjadi prioritas utama dalam mengikuti karapan,” kata H.Tohir.
Saat pertandingan dimulai para photographer profesional bahkan mengambil momen di tengah landasan pacu untuk merekam gerakan sapi saat berlari. Gerakannya alami karena tidak dipaksa oleh sabetan tongkat dipenuhi paku atau olesan balsem yang mengakibatkan bagian anggota tubuh sapi terluka yang kerap dilakukan pemilik sapi karapan.
Setelah atraksi karapan sapi selesai, wisatawan diajak makan siang dengan menu bebek goreng disebuah restoran setempat sekaligus toko souvenir. Setelah itu, guide memberi waktu belanja kerajinan lokal selama 15 menit sebelum melintasi jembatan Suramadu sebelum kembali ke Surabaya.
Ketika bus masuk halaman parkir pelabuhan Gapura Surya Nusantara, terlihat bahwa gedung terminal itu jauh lebih kecil dibandingkan panjang dan tinggi kapal pesiar Genting Cruise yang tengah sandar.
Kami masuk kembali ke dalam kapal satu jam sebelum bertolak ke Bali, Utara sore itu. Kapal yang meluncur perdana Singapura-Surabaya-Bali pada Desember 2017 sebelumnya memiliki rute lain dengan lebih banyak tempat singgah, yakni Singapura-Port Klang-Penang-Phuket-Singapura.
Rasanya baru sebentar masuk kamar ketika gedung terminal dari pintu kaca kamar terlihat makin menjauh dan kapalpun meninggalkan pelabuhan. Sambil menunggu waktu sholat magrib, tangan saya sudah sibuk dengan HP berkomunikasi dengan teman-teman mengisi acara malam nanti. Siiplah…