LAPORAN PERJALANAN

Daya Pikat Cilember Dan Serunya Halalbihalal Bersama Keluarga Besar Siswoyo

Keluarga besar Siswoyo berfoto dengan army look di depan villa

CISARUA, Bogor, bisniswisata.co.id: Perjalanan menuju Villa Purnama 72, Cilember, Cisarua terasa panjang karena ditempuh hampir lima jam perjalanan dari kawasan Bintaro sektor 3 yang seharusnya cukup di jalani satu setengah jam saja.

Jalan mengular untuk keluar di pintu tol Ciawi, Jagorawi membuat konvoi rombongan tiba sebelum shalat dhuhur.  Hari Senin yang menjadi hari ke empat paska Hari Raya Idul Fitri 1439 H menjadi moment untuk mengikuti Halal Bi Halal keluarga Siswoyo yang kompak untuk bersilaturahim.

Meski sekitar 50 orang anggota datang dari Jakarta dan Tangerang Selatan, semua akhirnya merasakan nuansa Mudik Lebaran saat jelang Hari Raya Idul Fitri lalu dimana kesabaran dan keikhlasan menjalani kemacetan menjadi ujian di sepanjang jalan.

Villa di kawasan Cilember menjadi pilihan karena alamnya yang masih asri dan  mengarah ke Curug Cilember, salah satu obyek wisata di kawasan Cisarua. Meski dalam jadwal sudah banyak lomba-lomba untuk meramaikan kegiatan silaturahim ini, waktu luang bisa dimanfaatkan berkunjung ke curug.

Salah satu daya pikat dari kawasan curug ini adalah kawasan yang  terlihat tetap asri dengan airnya yang mengalir jernih serta hutan-hutan pinus dan pepohonan serta bunga-bunga yang tumbuh menghiasi sekitarnya.

Air terjun dalam bahasa sunda di sebut sebagai curug. Sekitar setengah jam dari villa terdapat Curug Cilember dan air terjun yang ada di kawasan wana wisata Curug Cilember jumlahnya sebanyak 7 air terjun yang letaknya terpisah. Air terjun curug ini sebenarnya berasal dari aliran air sungai yang sama kemudian terpecah menjadi 7 bagian.

Untuk sementara kunjungan ke Curug Cilember di tunda dulu karena setelah berkeliling villa Purnama sejenak,  maka rasa lapar dan haus yang mendera sejak dari jalan tol makin terasa. Untunglah rasa kelaparan langsung teratasi dengan santapan Soto ayam dengan menu komplit.

Menu yang disiapkan Dewi Stalini, anak ke tiga dari 8 bersaudara pasangan alm Siswoyo dan Mufti ini langsung ludes di mangkok bahkan perlu diisi kembali dengan kuah soto yang segar karena rasa jeruk nipis dan sambal.

Kegembiraan berkumpul bersama ibunda Mufti yang kini berusia 88 tahun bersama anak, menantu, cucu, cicit dan anggota keluarga lainnya menjadi kesempatan berharga disaat libur Lebaran yang menjadi libur nasional bersama mulai 10-19 Juni 2019.

                   Curug Cilember, Cisarua, Jabar

Usai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Fitri pada 1 Syawal. Perayaan diwarnai dengan takbir, tasbih dan tahmid sepanjang hari. Setelah melaksanakan shalat Id, masyarakat saling bermaafan dengan anggota keluarga maupun kerabatnya.

Tradisi yang khas di Indonesia pada momen Idul Fitri ini yaitu tradisi Halal bihalal yang tidak bisa dimaknai secara bahasa melainkan dimaknai segi kulturalnya yaitu budaya saling memaafkan atau dengan saling berkunjung ke rumah saudara (silaturrahim) guna memohon dan memberi maaf yang diteruskan dengan saling berjabat tangan

Sejarah yang paling populer mengenai asal-usul tradisi halalbihalal ini mengutip islami.co adalah  sebuah tradisi yang dimulai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, atau dikenal dengan Pangeran Sambernyawa, yang ketika itu memimpin Surakarta mengumpulkan para punggawa dan prajurit di balai istana untuk melakukan sungkem kepada Sang Raja dan Permaisuri setelah perayaan Idul Fitri.

Hal ini dilakukan untuk menghemat tenaga dan biaya. Sejak saat itu, kunjungan terhadap orang yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi untuk meminta maaf pada perayaan Idul Fitri menjadi tradisi tersendiri.

Adapun asal-usul istilah halal bihalal memiliki beragam versi. Halal bihalal sendiri merupakan istilah bahasa Indonesia yang menggunakan kata berbahasa Arab. Di negara Arab sendiri, baik kata maupun tradisinya, tidak ada sama sekali.

Jadi Ini betul-betul tradisi khas Indonesia yang dibakukan menjadi kata dalam bahasa Indonesia, halalbihalal (ditulis sebagai satu kata tanpa spasi) merupakan acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran dan merupakan suatu kebiasaan yang khas Indonesia.

Versi lain menyebutkan bahwa halal bihalal merupakan gabungan kata berbahasa Arab. Ada dua kata halal yang berarti ‘boleh’ atau ‘diizinkan’ digabungkan dengan kata penghubung bi yang berarti ‘dengan’. Sehingga berarti halal dengan halal, artinya saling menghapus segala hal yang dilarang, seperti dosa dan kesalahan terhadap orang lain

             Acara hiburan dari anggota keluarga

Acara bermaaf-maafan dengan nenek ( eyang) Mufti dan anggota keluarga lainnya dilanjutkan dengan foto bersama mengenakan kaos bertuliskan Back 2Gether Siswoyo Family. Acara foto ini cukup heboh karena cicit, cucu, anak, menantu, tante, om dan para keponakan sibuk pula narsis membuat foto per keluarga.

“Subhanalloh, dari pasangan orangtua kita Siswoyo dan Mufti bisa menjadi lebih 50 orang yang hadir di sini,” ungkap Lies anak pertama pasangan itu.

Bersilaturahim dengan keluarga besar Siswoyo yang juga keturunan dari Panembahan Selomanik dari Jogjakarta dan Pangeran Samber Nyowo dari  Solo ini sekaligus syukuran atas keberhasilan dari salah satu cucu, Yudha Racana putra sulung dari Ganesha dan Ratih yang baru menyelesaikan S2, 6 Mei lalu di Ohio State University, AS.

Tentu saja tujuan halalbihalal dan menerapkan budaya silaturrahim ini sesua diperintah Alloh SWT sebagaimana firmanNya: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah swt perintahkan supaya dihubungkan (Yaitu mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan).” (QS. Ar Ra’du : 21)

Tentang keutamaan silaturrahim Rosul Muhammad SAW juga bersabda: “Barangsiapa ingin dilapangkan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menghubungkan tali persaudaraan (silaturrahim).” (HR. Bukhori).

Memaknai silaturahim, acara halalbihalal kali ini diisi pula dengan pentas seni yang berlaku bagi seluruh anggota keluarga mulai dari cucu hingga para om dan tante. Tujuannya tentu mempererat rasa persaudaraan dan rasa persatuan.

Pentas seni di selenggarakan ba’da magrib dan besok paginya dilanjutkan dengan fun games dipimpin Iwan Management yang biasa memimpin kegiatan outbound di kawasan Cilember.

Support orangtua dalam pentas seni dan fun games lainnya sangat penting karena memang kegiatan ini melatih kepercayaan diri, kebersamaan, kerjasama tim dan saling dukung yang dibutuhkan dalam kehidupan anak-cucu di masa depan,” tambah Dewi Stalini.

Alhasil kemeriahan malam pertama membuat nenek Mufti menjadi terhibur karena cicitnya seperti Devana dan Danya bisa mengikuti gaya boyband Korea BTS, cucunya Putra yang bisa silat dan tiga “ dara “ Santi, Nus dan Nani yaitu , cucu, anak dan menantunya dapat menghibur dengan tarian topeng dan joget yang lucu.

Menjalin keakraban lewat beragam permainan ( games) di halaman villa

Di hari kedua serangkaian acara sudah dijadwalkan dengan memakai dress code Army Look. Di pandu Iwan Management terdiri dari Lufti, Irvan dan Kiki di lapangan bola di halaman villa. Beragam permainan ( games) yang menuntut peserta untuk fokus dan bisa bekerjasama dengan tim.

Acara hari kedua ini lebih heboh karena ada lomba renang untuk anak-anak, lomba memindahkan belut , tangkap anak ayam yang seru buat para remaja dan semuanya ada hadiah yang menarik tentunya.

Sebelum pulang, rombongan menyempatkan berkunjung ke Curug Cilember. Soalnya konon pada zaman Kerajaan Pajajaran, kolam yang ada di bawah Curug 7 adalah tempat mandinya para putri kerajaan.

Masyarakat percaya dengan mandi di kolam tersebut dapat membuat awet muda dan selalu cantik. Ada juga yang menyebut bahwa dengan mandi di Curug Cilember dapat menghilangkan berbagai penyakit dan memudahkan untuk mendapatkan jodoh karena itu banyak juga pengunjung yang termotivasi untuk itu.

Alhamdulilah Halalbihalal dan berwisata di Cilember menjadi moment berkumpul, bersilaturahim sekaligus ajang bersinergi karena para cucu dan cicit yang masuk generasi milenial ini banyak yang membangun start-up company.

 

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)