Menpar Arief Yahya di Pulau Dodola, Morotai ( foto-foto doc. Kemenpar)
DARUBA, Malut, bisniswisata.co.id: Charter flight menjadi solusi jangka pendek untuk memacu kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Morotai, kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, hari ini.
Berbicara dalam kunjungan kerjanya berkaitan menghadiri Festival Morotai 2019, Menpar mengatakan pihaknya akan mendorong adanya charter flight terutama dari kota-kota negara tetangga yang jarak tempuhnya kurang dari lima jam.
Keunggulan wisata bahari di Morotai ini sangat tinggi dengan keindahan alamnya, untuk itu dibutuhkan charter flight guna menjaring wisatawan mancanegara dari Singapura, China, Hongkong, Taiwan, Korea dan Filipina, misalnya, tambahnya.
“Jangan lupa juga dari Menado yang kunjungan wismannya sudah di atas 100 ribuan, kalau 10% turis dari sana mau berkunjung ke Morotai terutama wisman dari China yang suka pantai dan kuliner seafood maka Kabupaten Kepulauan Morotai akan mendapatkan PAD tinggi dari pariwisata,” jata Arief Yahya.
Golongan menengah-atas ( high- end) China senang berkunjung ke Menado sehingga penerbangan charter Manado-Morotai dibutuhkan untuk mengatasi akses kendala selama ini yang masih bergantung pada penerbangan reguler dari Menado-Ternate-Morotai.
“Percaya deh, kalau wisman sudah berdatangan ke Morotai, masalah akses seperti bandara, jalan, pelabuhan barang dan orang selesai dengan sendirinya. Sudah terbukti dengan destinasi ‘Bali baru’ seperti bandara Silangit untuk akses ke Danau Toba dan juga Belitung yang kini sudah memiliki infrastruktur yang baik,”.
Dia juga mengingatkan pentingnya wisatawan nusantara ( wisnus) dan dari kota-kota terdekat dari negara tetangga karena jarak dari Morotai – Palau cuma 45 menit. Sementara Morotai- kota Davao, Pilipina cuma satu jam lebih. Republik Palau, sekitar 225 km di sebelah utara Maluku Utara dan sebelah timur kepulauan Filipina.
Kementrian Pariwisata, kata Arief Yahya, berfungsi sebagai system integrator, project manager dan menarik investor karena itu wisatawan China kelas high-end itu bisa jadi program quick-win untuk mendatangkan wisman ke Morotai.
Proyek Mandalika, Lombok, nilai investasi yang masuk sudah Rp 28 triliun dan di Toba baru saja diteken kesepakatan investasi senilai Rp 6 triliun. Jadi kalau Morotai sudah dibanjiri turis, investasi juga akan mudah masuk, tegasnya.
“Critical crisis factor sekarang adalah Bandara Morotai yang belum siap.Kalau sudah selesai proyek bandaranya, Kemenpar akan memimpin instansi terkait lainnya, minta ke Kementrian Perhubungan untuk dermaga yacht, minta pembuatan jalan ke PUPR dan fasilitas lainnya,” kata Arief Yahya.
Pada hari pertama kunjungan kerjanya Menpar juga meninjau lokasi KEK Morotai yang masih dalam tahap pengerjaan. Kawasan ini memiliki luas area 1.101,76 ha dan merupakan pulau terluar di sisi timur laut Indonesia yang dekat dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur.
Selain itu, Menpar juga mendatangi Pulau Dodola, salah satu pulau di Morotai yang menjadi daya tarik wisatawan saat berkunjung. Menpar sekaligus meninjau fasilitas glamping dan spot selfi di tempat itu.
Pada malam hari, Menpar Arief Yahya menyaksikan pengukuhan Genpi Morotai oleh Bupati Pulau Morotai, Benny Laos. Setelah itu, agenda Menpar dilanjutkan dengan menandatangani prasasti Sahid Moloka’i Hotel di D’Aloha Resort.
Di penghujung agenda, Arief Yahya menyaksikan dan memberikan hadiah dalam Kejuaraan Morotai Boxing Turnamen Tinju Amatir Bupati Cup 2019 di Museum Perang Dunia II dan Trikora.