INTERNATIONAL

Arab Saudi: Turis Langgar Kesopanan Publik akan Didenda

RIYADH, bisniswisata.co.id: Kebijakan Arab Saudi yang membuka negaranya bagi turis non-Muslim diikuti oleh serangkaian aturan. Salah satunya adalah memberlakukan denda atas pelanggaran ‘kesopanan publik’. Denda termasuk mengatur pakaian yang tidak sopan dan bermesraan di ranah publik.

Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan ada 19 pelanggaran serupa tetapi tidak merinci hukumannya. Karena negara Islam ultra-konservatif itu, mulai mengeluarkan visa turis untuk pertama kalinya sebagai bagian dari upaya untuk mendiversifikasi ekonominya, yang selama ini hanya bergantung pada minyak.

“Peraturan baru itu mengharuskan laki-laki dan perempuan untuk berpakaian sopan, dan untuk menahan diri dari bermesraan di depan umum. Wanita bebas memilih pakaian sederhana apapun asal sopan,” kata dia dalam sebuah pernyataan seperti dilansir EPA, Selasa (01/10/2019).

Peraturan tersebut dimaksudkan untuk memastikan pengunjung dan wisatawan yang datang ke kerajaan, mengetahui hukum yang berkaitan dengan perilaku publik. Sehingga para wisatawan asing harus mematuhinya.

Arab Saudi pada Jumat (27/9), mengatakan warga negara dari 49 negara sekarang dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan visa daring atau visa kedatangan, termasuk Amerika Serikat, Australia dan beberapa negara Eropa.

Pariwisata Kickstarting, salah satu pusat dari program reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman, untuk mempersiapkan ekonomi Arab terbesar untuk era pascaminyak. Tetapi negara konservatif yang melarang alkohol dan terkenal karena pemisahan jenis kelamin itu, tetap tidak membolehkan wisatawan global selain para jamaah Muslim, untuk mengunjungi tempat-tempat suci di Mekkah dan Madinah.

Pria dan wanita harus menghindari pakaian ketat atau pakaian dengan bahasa atau gambar tidak senonoh. Juga harus membaca instruksi di situs website yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris yang diluncurkan oleh otoritas pariwisata. “Wanita harus menutupi bahu dan lutut di depan umum,” kata dia lagi.

Tetapi Kepala Pariwisata Arab Saudi, Ahmed al-Khateeb mengatakan, wanita asing tidak diwajibkan untuk mengenakan jilbab yang menutupi seluruh tubuh, yang saat ini masih wajib dipakai publik untuk wanita Saudi.

Pangeran Mohammed berusaha untuk melepaskan citra ultra-konservatif negaranya dengan mencabut larangan ke bioskop dan mengemudi bagi wanita. Termasuk memberikan izin konser yang bercampur gender dan olahraga ekstra. Norma-norma sosial santai di kerajaan itu, disambut baik oleh banyak masyarakat Arab Saudi, di mana dua pertiganya berusia di bawah 30 tahun.

Tetapi pedoman kesopanan publik yang baru pertama kali disetujui oleh kabinet pada April 2019 lalu, secara luas dianggap tidak jelas dan telah memicu kekhawatiran publik bahwa negara ini akan memiliki banyak interpretasi.

Saudi juga memicu kekhawatiran akan bangkitnya kembali kebijakan moral. Polisi agama Arab Saudi pernah memunculkan ketakutan yang meluas, dengan mengusir pria dan wanita keluar dari mal agar segera menunaikan ibadan, dan menegur siapapun yang terlihat berbaur dengan lawan jenis. Kekuasaan mereka telah terpotong dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan sekarang sebagian besar sudah tidak terlihat.

Berikut adalah beberapa tujuan wisata utama di Arab Saudi seperti dilansir Malay Mail, antara lain:

Al-Ula

Al-Ula terletak di barat laut kerajaan. Al-Ula adalah daerah yang dipenuhi reruntuhan pra-Islam dan sisa-sisa arkeologi lainnya. Zona gurun ini jauhnya sekitar 1,5 jam dari Riyah dengan kira-kira sebesar Negara Belgia. Di Al-Ula terdapat Madain Saleh, salah satu situs warisan dunia UNESCO. Madain Saeh merupakan kota kuno berusia lebih dari 2.000 tahun yang diukir menjadi batu-batu gurun oleh kaum Nabataen, orang-orang Arab dari zaman pra-Islam yang juga membangun Petra di Yordania. Pengembangan Al-Ula adalah bagian dari upaya untuk meletarikan situs-situs peninggalan zaman pra-Islam.

Oasis Al-Ahsa

Oasis Al-Ahsa yang subur terletak di Timur Saudi Arabia. Oasis ini dipenuhi dengan situs-situs arkeologi yang belum digali, dan membawa jejak-jejak pendudukan manusia sejak zaman Neolitik. Pada Juni tahun lalu, UNESCO menambahkan oasis Al-Ahsa yang memiliki jutaan pohon kurma ke dalam daftar warisan dunia.

Kawah Al-Wahbah

Kawah yang kurang dikenal ini terletak di Timur Laut Kota Jeddah di Laut Merah. Kawah ini adalah sisa dari aktivitas vulkanik. Cerita rakyat yang berkembang menyebutkan bahwa kawah terbentuk ketika dua gunung saling mencintai. Namun, salah satu gunung lenyap sehingga meninggalkan depresi dan terbentuklah rongga berupa kawah Al-Wahbah.

Mega Proyek

Kerajaan Arab Saudi telah mengumumkan serangkaian proyek besar senilai ratusan miliar dolar. Salah satunya proyek Saudi Vision 2030 itu adalah membangun Neom, sebuah kota masa depan senilai 500 miliar dollar AS. Neom disebut-sebut akan menyulap padang pasir tandus di pantai Laut Merah Utara menjadi kota metropolitan yang megah. Menurut para pejabat, nantinya di sana akan difasilitasi taksi terbang dan robot yang bisa berbicara. Pada 2017, kerajaan Saudi juga mengumumkan proyek untuk mengubah 50 pulau dan situs lainnya di Laut Merah menjadi resor mewah. Tahun lalu, pembangunan “kota hiburan” Qiddiya diluncurkan di dekat Riyadh, yang akan mencakup taman hiburan kelas atas, fasilitas olahraga motor dan area safari. (ndy)

Endy Poerwanto