JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menyemarakan suasana bulan suci Ramadhan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggelar Green Ramadhan 2018 yang pertama kali. Event ini berlangsung lima kali selama Ramadhan yang berlangsung di Manggala Wanabakti Jakarta, berisi dialog dan buka bersama antara jajaran KLHK dengan seluruh stakeholder terkait lingkungan.
Green Ramadhan 2018 mengusung tema “Berjuta Cinta untuk Indonesia Hijau, Adil dan Lestari”. Rencananya kegiatan digelar pada Kamis (24/5), Senin (28/5), Kamis (31/5), Senin (4/6) dan Kamis (7/6).
Kegiatan ini untuk mendengarkan secara langsung suara masyarakat tentang isu-isu terkini dalam hal pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia. Peserta dialog mulai dari pemulung, pengelolaan bank sampah, komunitas/pemerhati lingkungan hingga pengusaha yang berkaitan dengan lingkungan.
Topik yang diangkat pada diskusi pertama adalah “Bisnis Kelola Sampah Yang Berkah”. Dengan harapan masyarakat bersama pemerintah dapat duduk bersama berdiskusi untuk mencari ide-ide yang inovatif, kreatif dan berkelanjutan berbasis masyarakat untuk mencari solusi terbaik dalam menangani permasalahan pengelolaan sampah nasional.
Pasalnya penanganan sampah di seluruh Indonesia bukan hal yang mudah tanpa partisipasi masyarakat. Mengingat yang paling penting dan paling cepat menyelesaikan masalah sampah adalah kita bersama, melalui gerakan-gerakan masyarakat. KLHK sangat mengapresiasi semua gerakan berbasis masyarakat ini.
Terkait keterlibatan masyarakat kelola sampah, data KLHK menunjukkan jumlah pemulung sebanyak 5 juta orang tersebar di 25 propinsi di Indonesia. Kontribusi pemulung di TPST Bantar Gebang dalam mengambil kembali sampah yang dapat didaur ulang mencapai 420 ton/hari.
Menurut data nasional dan profil dasar limbah padat, produksi sampah di Indonesia saat ini mencapai 64 juta ton per tahun. Tahun 2025, pemerintah menargetkan pengurangan sampah sebesar 30 persen atau 20,9 juta ton/tahun. Sedangkan target penanganan sampah sebesar 70 persen atau 49, 9 juta ton/tahun. Komposisi sampah di Indonesia terbagi menjadi organik 60 persen, plastik 15 persen, kertas 10 persen, dan lainnya (metal, kaca, kain, kulit) 15 persen.
Saat ini tercatat sekitar 6.000 pemulung di Bantar Gebang, jika tidak ada pemulung, 20 – 30 % sampah tidak akan terangkut. Untuk itu, Polly punya ikatan dan konsep menjadikan ‘Pemulung Bermartabat’, dengan mendirikan kampung pemulung dimana pemulung tidak lagi tinggal di gubuk; mendirikan kawasan indistri pengelolaan sampah; dan mendaftarkannya menjadi anggota BPJS.
Konsep Bank Sampah adalah dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Dengan adanya bank sampah lingkungan jadi bersih, dan masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi. Saharudin mencontohkan di Makassar misalnya terdapat 365.000 nasabah bank sampah, 95% anggotanya adalah perempuan. Sekarang telah muncul berbagai inovasi misalnya sampah tukar air galon, sampah tukar beras, dan lainnya.
Sejalan dengan isu pengelolaan sampah yang terus menjadi perhatian masyarakat, juga membuat tumbuh kembangnya komunitas/pemerhati lingkungan yang konsen terhadap pengelolaan sampah nasional. Saat ini tercatat sudah terdapat 722 komunitas atau kelompok masyarakat atau gerakan masyarakat yang peduli terhadap pengelolaan sampah.
Dialog pertama ini dihadiri sekitar 350 orang dari perwakilan asosiasi Bank Sampah, Pengusaha Daur Ulang Plastik, Pemerhati Lingkungan dan Lembaga Pelestarian Alam MUI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (redaksibisniswisata@gmail.com)