NASIONAL

2020, Bali Kembali Gencar Promosi Wisata MICE

DENPASAR, bisniswisata.co.id: Sepanjang Tahun 2020, Bali kembali gencar mempromosikan wisata MICE (pertemuan, insentif, konvensi dan pameran). Langkah ini terpaksa dilakukan lantaran selama ini pariwisata Bali terlalu nyaman dengan wisatawan leisure dalam bentuk mass tourism.

“Selain itu, mengubah orientasi pasar juga perlu dilakukan karena banyak negara yang dulu merupakan pasar potensial, sekarang sudah tidak lagi jadi andalan. Malah justru hanya bisa mendatangkan wisatawan kelas bawah, backpaker atau dikenal dengan turis sandal jepit,” papar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa.

Astawa melanjutkan Bali harus menuju pariwisata yang berkualitas. Salah satunya adalah MICE, karena hal ini sudah terbukti bisa membangkitkan perekonomian Bali saat adanya isu Gunung Agung meletus.

Menurutnya wisata MICE di Bali sangat bagus ditingkatkan pengembangannya. Bahkan Bali memiliki potensi besar untuk mendatangkan wisatawan MICE. Bali Juga memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyelenggarakan MICE. “SDM dan pendukung lainnya seperti destinasi juga bagus. Sekarang tinggal kita mulai fokus saja ke arah itu,” sambungnya.

Guna mendukung MICE, Bali telah dilengkapi sarana dan fasilitas untuk pertemuan skala internasional. Misalnya kawasan Nusa Dua yang eksisting memiliki dua convention, 16 hotel,5 villa, 1 rumah sakit, 1 theater dan lainnya. Bahkan saat ini kawasan Nusa Dua terus dikembangkan dengan dibangunnya Crea Resort Office 75 block. The Shangri La 299 kamar dan 40 villa. Awarta Villas 14 villa dan 68 suite. Serta Renaissance dengan 300 kamar dan 168 villa

Selain terus mempromosikan wisata MICE, Astawa menyebutkan sejumlah kegiatan festival pariwisata akan digelar selama 2020 seperti Kintamani Chinese Festival 8 Februari 2020, Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) bulan Juni 2020 dan Mekepung Gubernur Cup pada Bulan Juli 2020.

“Dengan menciptakan berbagai event di Bali, maka selain mampu sebagai media promosi, sekaligus akan bermanfaat bagi perekonomian masyarakat,” ucap mantan Kepala Bappeda Bali itu seperti dilansir Antaranews, Selasa (14/01/2020).

Sementara Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Adi Nugroho mengakui persaingan destinasi wisata dunia semakin ketat. Apalagi kunjungan wisman ke negara lain seperti Thailand malah naik. Dalam menghadapi semakin menurunnya kualitas wisman dan semakin berkembangnya destinasi wisata di negara kompetitor.

Karenanya pariwisata Bali ke depan harus segera menerapkan quality tourism. “Ini bisa diwujudkan dengan kesetaraan kualitas antara supply-demand. Antara destinasi/produk wisata dan wisatawan yang berkunjung dan sebagainya,” katanya.

Pengembangan quality tourism, kata dia, dapat dilakukan dengan strategi pengembangan wisata minat khusus seperti MICE tourism dan health tourism. Meeting, Incentive, Travel, dan Conference (MICE), merupakan salah satu wisata minat khusus yang diperuntukkan bagi kelompok Business visitor.

Menurut WTO, MICE adalah kegiatan wisata yang memberikan dampak signifikan pada Gross Domestik Bruto suatu negara. Pentingnya pengembangan MICE, karena pesertanya memiliki spending power yang besar dan tidak tergantung pada season pariwisata.

“Sebagai contoh, spending rate Business visitor atau MICE di Thailand tercatat 3,5 kali lebih tinggi dibanding leisure visitor,” katanya. Kementerian pariwisata menetapkan 16 destinasi MICE di Indonesia, namun belum masif dikembangkan. Destinasi MICE tersebut diantaranya, Jakarta, Bali, Surabaya, Medan, Padang, Palembang, hingga Balikpapan.

Sejak 2010, Bali selalu menduduki rangking teratas dibanding 15 destinasi MICE lainnya di Indonesia. “Rangking tertinggi yang pernah didapatkan Bali adalah pada 2012 dengan 55 pertemuan, sedangkan lainnya hanya 40 pertemuan,” sebutnya.

Salah satu negara tujuan utama MICE adalah Singapura. Negara ini memiliki lebih dari 1.700 pilihan venue dan kualitas terkini. Kemudian Bandara Changi terhubung ke-400 kota di dunia. Hal ini perlu ditiru oleh Bali dan kota besar lainnya sebagai tujuan MICE di Indonesia.

Ditambahkan, sumbangan pariwisata Bali terhadap ekonomi Bali mencapai 50,84 persen. Efek dari kegiatan internasional seperti konferensi IMF-World Bank telah membuat ekonomi Bali tumbuh dengan cepat.

Dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Bali memang didominasi dari sektor pariwisata, meskipun sektor lain juga sudah dikembangkan. Namun, pariwisata tetap paling atas. Selain itu, tingginya harga tiket domestik sempat mengganggu kunjungan wisatawan, namun tidak berpengaruh besar.

Capaian tiap bulan hampir selalu memecah rekor dari bulan yang sama di tahun sebelumnya. Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara per bulan ke Bali mendekati 600 ribu orang. “Sampai saat ini kondisi sektor pariwisata dalam kondisi aman, dan tidak perlu terlalu khawatir,” ujarnya.

Namun disarankan, Bali jangan terlalu tergantung dari sektor pariwisata dan harus tetap mengembangkan sektor lain, untuk jaga-jaga kalau sektor pariwisata kolaps. (end)

Endy Poerwanto