BANGKOK, bisniswisata.co.id: Industri perhotelan Thailand sedang terpuruk akibat bangkrutnya dua operator tur besar Eropa, I Travel dan FTI Touristik GmbH, yang menyebabkan 179 hotel merugi hingga 173 juta baht, kata Thienprasit Chaiyapatranun, presiden Asosiasi Hotel Thailand (THA) pada hari Jumat lalu.

Asosiasi tersebut mengatakan dampaknya terutama pada perusahaan-perusahaan di Chiang Mai dan Chiang Rai, dengan kerugian diperkirakan mencapai 3 juta baht untuk masing-masing hotel.

 Sementara itu, kebangkrutan berdampak sangat parah pada hotel-hotel di selatan Thailand, dengan 113 properti memiliki total utang sebesar 141,4 juta baht. Bangkok dan daerah sekitarnya juga terpukul keras, dengan 33 hotel mengklaim kerugian sebesar 19,1 juta baht.

Asosiasi tersebut bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar Negeri untuk menilai kerusakan dan menyusun permohonan bantuan dari Kedutaan Besar Jerman di Thailand.

“Meskipun pemerintah Jerman telah menerapkan langkah-langkah untuk membantu operator mereka sendiri yang terkena dampak masalah serupa, bisnis Thailand tetap rentan karena mereka sangat bergantung pada wisatawan Eropa,” kata Thienprasit.

Ia menyatakan keprihatinan atas dampak kebangkrutan terhadap industri perhotelan Thailand, yang telah menghadapi tantangan signifikan akibat pandemi Covid-19.

Dia memperingatkan bahwa runtuhnya FTI, salah satu operator tur terbesar di Eropa, dapat berdampak luas bagi sektor tersebut.

Meskipun THA mengakui bahwa kehati-hatian harus dilakukan saat berurusan dengan mitra asing, skala FTI dan arus wisatawan yang konsisten membuat perusahaan tersebut tampak sebagai mitra bisnis yang dapat diandalkan.

Kebangkrutan yang tiba-tiba telah mengejutkan banyak hotel, membuat mereka menghadapi kerugian finansial yang signifikan.