DAERAH

Jembrana, Wisata Alam dan Kisah Para Tulang Punggung Keluarga

CANGGU, bisniswisata.co.id: Kabupaten Jembrana adalah sebuah kabupaten yang terletak di ujung Barat pulau Bali, Ibu kotanya berada di kecamatan Negara. 

Daerah yang  berbatasan dengan Kabupaten Tabanan di Timur, Kabupaten Buleleng di Utara, Selat Bali di Barat dan Samudera Hindia di Selatan ini banyak memasok tenaga-tenaga pariwisata untuk kapal pesiar dunia.

Jembrana memiliki berbagai macam pilihan tempat wisata menarik terutama wisata alam seperti Sangkaragung, Taman Nasional Bali Barat, Bunut Bolong, Pantai Pengeragoan, Pantai Medewi, Pura Rambut Siwi, Delod Berawah, Pantai Perancak, Pantai Baluk Rening, Pantai Candikusuma, Bendungan Palasari, Gilimanuk,Musium Manusia Purba dan Taman Wisata Air Gumbrih.

Hal yang disukai oleh wisatawan maupun penduduk lokal dengan daerah ini adalah berburu matahari terbit di Karang Sewu di Gilimanuk. Pantai Karang Sewu ini terkenal sebagai tempat wisata yang menyuguhkan pemandangan matahari terbit paling indah di Gilimanuk, Kecamatan Melaya.

Tidak heran jika setiap pagi pantai tersebut kerap dikunjungi wisatawan yang berburu matahari terbit. Selain matahari, pemandangan alamnya juga tidak kalah indahnya. Untuk menikmati pemandangan di Pantai Karang Sewu, banyak pengunjung duduj lesehan di bentangan rumput hijau yang luas, atau di jembatan kayu yang menjorok ke laut.

Lanjutkan perjalanan ke Teluk Gilimanuk yang lokasinya berada tepat di depan Pelabuhan Gilimanuk.

Teluk Gilimanuk memiliki pesona alam yang indah. Sembari menikmati pemandangan laut lepas, pengunjung bisa duduk santai di gazebo pinggir pantai dan menghirup udara segar di pagi hari.

Di sini juga juga bisa foto-foto dengan patung Siwa setinggi 22 m

yang dikelilingi oleh taman yang indah. Ada juga dermaga kayu di Teluk Gilimanuk yang bisa dimanfaatkan untuk berfoto-foto untuk eksis di media sosial.

Setelah berfoto-foto dan bermain di pinggir pantai,  bisa berkunjung ke Museum Manusia Purba Gilimanuk yang menyimpan kerangka manusia purba Gilimanuk. Ada juga barang-barang bersejarah lain seperti peralatan sehari-hari, alat untuk berburu, dan alat untuk bercocok tanam.

Obyek lainnya yang mendapat perhatian adalah Tanan Nasional Bali Barat sebagai kawasan pelestarian alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, rekreasi dan menunjang budidaya. 

Ciri khas Taman Nasional Bali Barat adalah terdapatnya burung jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang dapat hidup di alam bebas hanya di Taman Nasional Bali Barat.

Diantara obyek wisata lainnya di Jembrana, Taman Rekreasi Tirta Samudra Dlod Brawah juga menjadi pilihan. Taman rekreasi yang dilengkapi dengan kolam air laut ini diakui sebagai kolam air laut pertama di tempat umum. Selama ini hanya hotel-hotel berbintang yang punya kolam air laut

Taman Rekreasi Dlod Brawah ini terdiri atas kolam renang dewasa dan kolam renang anak-anak. Selain itu, kolam air laut mempunyai efek Hydrotherapy yang berdampak pada penyembuhan berbagai penyakit.

Fungsi air laut dslam kolam itu hisa untuk fisioterapi dalam arti membantu proses pemulihan untuk dapat mengaktifkan kembali anggota tubuh bagi penderita yang mengalami penyakit/gangguan pada fungsi gerak tubuh

Pengembangan objek wisata Jembrana sebagian besar diarahkan untuk objek wisata pantai. Karena itu, pantai-pantai yang ada di Bumi Makepung ini mulai dikelola dan ditata agar mampu menjaring kunjungan wisatawan donestik dan mancanegara.

Tulang Punggung Keluarga

Kepedulian pemimpin daerah pada dunia pendidikan membuat Jembrana yang menjadi tujuan wisata alam juga dilengkapi oleh kualitas sumber daya manusianya yang profesional.

Prof. Dr. drg. I Gede Winasa, Bupati Jembrana yang menjabat selama dua periode, yakni 2000-2005 dan 2005-2010, adalah salah satu kepala daerah yang banyak membuka peluang sebagai Kabupaten pemasok SDM semi terampil karena banyak membuka kelas kursus dan pelatihan sektor pariwisata.

“Jembrana punya kerjasama dengan Jepang.  Masyarakat yang cerdas, hidupnya lebih baik dalam situasi krisis. Sedangkan daerah lain dan   mereka yang hanya bisa tengadah tangan, tidak kreatif, selalu menilai program pemerintah negatif tidak menguntungkan maka saat pandemi global lebih banyak mengeluh,” kata pengamat pariwisata dan jurnalis senior Dwi Yani.

Kapal pesiar dunia banyak mengandalkan SDM dari Bali terutama Jembrana. Saat ini ketika pelayaran sudah mulai kembali dipanggil perusahaannya lagi setelah lebih dari setahun pulang kampung.

“Pekerja Cruise resmi dari jembrana insyaallah masih di gaji mbak sama perusahaannya meski 25% dari kontrak. Dan mereka dari pemerintah daerah dapat program padat karya di kebun. Ada aren, nilam, coklat, kelapa. Belum lagi yang dipertanian dan perikanan,” tambah Dwi Yani.

Bukan hanya untuk cruise, putra daerah Jembrana juga banyak yang bekerja di sektor pariwisata seperti Putra Negara atau biasa disapa Putwisa. Asisten bar manager Neverland, tempat hiburan di Canggu ini sementara kembali pulang kampung ke Jemrana.

“Industri pariwisata paling terpuruk, sejak awal pandemi kami sudah tutup karena ditinggalkan wisman. Baru mulai buka Maret untuk sambut Lebaran ternyata ada kebijakan tidak boleh mudik. Baru berharap border di buka awal Juli ternyata ada PPKM 3 -20 Juli 2921,” kata Putwisa.

Sebagai tulang punggung keluarga dan menanggung istri, orangtua dan adik-adiknya, Put mengaku kerja serabutan saja dan sama sekali tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup.

orang
Putwisa, salah satu pekerja pariwisata tulang punggung keluarga yang kini kerja serabutan untuk menopang hidup

“Sebelum COVID-19 saya menikah dan pinjam uang dari Bank. Satu tahun pertama pandemi cicilan bisa ditangguhkan tapi awal 2021 sudah tidak bisa lagi tetap harus bayar,” kata Putwisa.

Mau bayar bagaimana ? uang yang ada untuk makan saja tidak cukup. Beras kalau orang kampung rata-rata sudah punya sehingga uang yang ada hanya untuk kebutuhan lauk saja.

Soal pandemi COVID-19 uang belum ada tanda berakhirnyya sudah menyengsarskan masyarskat di tambah lagi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyrakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali 3-20 Juli 2021.

Negara seperti Singapura, misalnya, punya kebijakan saat lockdown, rakyat dapat antuan uang per keluarga dan dihitung dari jumlah orang dalam satu keluarga. Sementara d Indonesia bantuan uang maupun sembako tidak merata.

” Saya dapat bantuan sembako dari lingkungan adat dan paguyuban saja. Tidak ada bantuan untuk uang tunai karena itu buat kami buka sajalah border untuk wisatawan mancanegara,” kata Putwisa dengan nada penuh harap.

Warga Jembrana yang pulang ksmpung lainnya, Agung Komang Sutarme, mengaku sudah tidak bisa bertahan di Dempasar lagi. Tiga bulan terakhir pulang kampung.

” Di Denpasar profesi saya sebagai driver travel agent biasa bawa turis Korea, India, Eropa dan China praktis nganggur lebih dari serahun terakhir. Saya sudah coba kerja serabutan apa saja rapi akhirnya saya pulang ke rumah orangtua, padahal dua anak harus masuk sekolah tahun ajaran baru,” ujarnya.

Sebagai rulang punggung keluarga yang harus menanggung hidup keluarga akhirnya hidup di Denpasar dengan mengandalkan ketrampilan istri berjualan kue mollen.

” Daya beli menurun, kue yang kami titipkan di warung-warung akhirnya berhenti produksi karena warung-warung juga akhirnya tutup. Terpaksa kami pulang kampung tidak sanggup lagi bayar kontrakan dan untuk makan,” kata Agung Sutarme.

Di Jembrana, menumpang di rumah orangtuanya yang berjualan gas ukuran 3 kg, istrinya kembali berjualan kue molken seharga Rp 1000/ buah. Sebelum PPKM masih bisa jual dan titip divwarung 50 buah/ hari.

” Sekarang tiap hari terjual rata-rata 20 buah saja. Itulah yang buat beli lauk karena orang tua sebagai petani sudah punya stock beras,” ungkapnya prihatin.

Oleh karena itu dia sudah tidak tahu lagi bagaimana harus menanggung beban hidup jika PPKM diperpanjang dan turis domestik maupun mancanegara tidak segera masuk ke Bali.

” Ekonomi sudah ambruk 90%, kami sudah ‘ sesak nafas’ mengapa tidak ada kebijakan pro-rakyat ?, beri kami bantuan yang merata,” ucapnya sedih.

Pulang kampung meski tidak mampu menyelesaikan masalah hidup di tengah pandemi global COVID-19, setidaknya dia masih bisa berkumpul hangat bersama anggota keluarga.

Baik Putwisa dan Agung Sutarme  yakin badai ini pasti berlalu dan berharap bisa kembali ke Denpasar  karena lebih menjanjikan nafkah hidup yang lebih baik.

Jembrana dengan obyek-obyek wisata andalan termasuk snorkeling dan diving, pemandangan pantai, mangrove, serta aneka ragam budaya dan religi tetap akan menjadi kampung halaman yang selalu dirindukan dengan ikon Taman Siwanya.

Selain sebagai ikon Gilimanuk, Dewa Siwa yang diyakini berperan sebagai Pralina (pelebur) di alam semesta ini juga dipercaya sebagai penangkal energi-energi negatif yang masuk ke Bali melalui gerbang Bali Barat yakni Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)