JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pizza, makanan khas Italia semakin akrab dilidah masyarakat Indonesia. Pertama kali hadir di gedung Jakarta Theater Jalan MH Thamrin tahun 1984, kini Pizza Hut sudah berkembang menjadi 412 outlet Pizza Hut. Rinciannya, 235 adalah restoran dan 177 adalah outlet PHD yang tersebar dari Aceh hingga Abepura.
Apalagi setelah melakukan Initial Public Offering (IPO), atau mencatatkan saham di Bursa efek Indonesia pada 23 Mei 2018, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), anak usaha Grup Sriboga Raturaya melepas sekitar 30% saham ke publik. Hasil ekspansi itu cukup mengejutkan karena dana yang terkumpul dari hasil IPO mencapai sekitar Rp 1 triliun.
“Ya Alhamdulillah IPO membuahkan hasil. Dana kami peroleh itu, untuk penetrasi pasar secara lebih masif yakni sekitar 60% untuk belanja modal pengembangan restoran baru. Targetnya, tahun ini kami membangun 65 outlet baru, baik itu restoran Pizza Hut dan PHD,” papar Eddy Mulyadi, GM Manufacturing PT Sarimelati Kencana, Tbk., di sela-sela buka puasa bersama Grup Sriboga Raturaya bersama para anak disabilitas, di Jakarta, Kamis (31/05/2018) petang.
Sisa dana dari pelepasan saham, lanjut Eddy, digunakan untuk repayment loan. Memang yang terbesar untuk membuka gerai dengan konsentrasi di Pulau Jawa, sisanya akan dibuka di luar Pulau Jawa. “Karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa,” jelasnya.
Dalam dua tahun ke depan, perusahaan akan membangun 124 outlet yang terdiri dari Pizza Hut Delivery dan restoran Pizza Hut. Ekspansi ini merupakan kelanjutan dari rencana PZZA sejak awal 2017 untuk membangun 175 restoran di seluruh Indonesia. Dan untuk membangun satu gerai, PZZA membutuhkan investasi sekitar Rp Rp 4 miliar hingga Rp 8 miliar. “Investasi pembangunan gerai sangat bergantung pada lokasi,” lontarnya.
Sehingga, sambung dia, bila target penambahan outlet tercapai, SMK akan memiliki 477 outlet hingga akhir tahun ini. Target penambahan outlet tahun ini meningkat dari tahun lalu yang mana SMK berhasil menambah 60 outlet. “Tahun ini, porsi penambahan PHD akan lebih banyak dari restoran. Mengingat, perilaku konsumen terkait kenyamanan dalam mengonsumsi bergeser dan mungkin untuk melengkapi suasana saat berkumpul keluarga atau bersama handai tolan pesanan Pizza Hut lewat PHD pun meningkat,” tambah Eddy.
Menurut Eddy, dalam melakukan penetrasi SMK memang mengandalkan restoran sebagai ujung tombak dalam perluasan pasar. Di wilayah-wilayah yang baru dibuka, biasanya konsumen bukan sekadar ingin menikmati Pizza Hut saja, tapi juga ambience dari restorannya. “Nah, setelah mungkin karena dibutuhkan untuk sajian di suatu acara atau karena macet, orang baru pesan untuk diantar. Di sinilah, nantinya potensi PHD bisa dikembangkan,” terangnya.
Sejak Oktober 2015, SMK mengenalkan konsep baru restoran, yakni The Kitchen by Pizza Hut. Konsumen dapat melihat proses pembuatan pizza secara langsung. Selain pizza, grup ini juga memiliki restoran udon yang bernaung di bawah PT Sriboga Marugame Indonesia (SMI). Restorannya dikenal dengan nama Marugame Udon & Tempura. Saat ini, sudah ada 39 outlet yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Grup Sriboga Raturaya, bergerak di bidang pangan dan pendidikan. Saat ini, PT Sriboga Flour Mill (SFM) yang memproduksi tepung terigu menguasai sekitar 7% pangsa pasar tepung terigu. Dengan penguasan ini, SFM berada di posisi keempat di antara sekitar 30 pemain tepung terigu. Hasil produksi SFM sudah merambah ekspor, sekitar 5% dari total produksi. Sisanya, 95% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Di acara buka bersama ini, Grup Sriboga Raturaya mengajak sekitar 257 anak disabilitas. Anak-anak ini berasal dari 5 Sekolah Luar Biasa (SLB) di sekitaran Jakarta. Selama bulan puasa, grup ini juga membagikan paket buka puasa ke 6.600 anak panti asuhan yang diberikan secara bergilir.
“Kami memang merangkul anak-anak disabilitas karena ingin membagi kebahagiaan, mengajak bermain, menikmati hiburan musik, makan bersama di bulan penuh rahmat. Dan sudah 3 tahun ini kami melakukan kepedulian terhadap anak-anak disabilitas,” sambungnya. (NDY)