JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pengamat penerbangan menilai perlambatan pertumbuhan jumlah penumpang penerbangan yang kemungkinan terjadi pada 2018 sebagai akibat dari kenaikan harga tiket dan operasional jalan Tol Trans Jawa.
“Kenaikan harga tiket diterapkan maskapai nasional sejak Oktober 2018 memicu penurunan permintaan. Apalagi, penumpang penerbangan yang didominasi dari maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC) sangat sensitif terhadap perubahan harga,” papar Sekretaris Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soedjatman
Selain itu, sambung Gerry seperti dikutip Bisnis.com Rabu (06/02/2019), karena adanya tol Trans Jawa dan penaikan harga tiket pesawat berpenharuh terhadap permintaan. Ini yang menyebabkan terjadi penurunan.
Dilanjutkan, imbas operasional jalan tol yang menghubungkan Merak hingga Pasuruan sepanjang 933 kilometer ini sangat berpengaruh karena sebagian besar penumpang penerbangan berasal dan intra Jawa. Menurutnya, kontribusi penumpang penerbangan dari Pulau Jawa bisa mencapai 50% dari pangsa pasar domestik, khususnya perjalanan rombongan dan wisata.
“Tekanan sektor penerbangan juga terjadi akibat fluktuasi nilai kurs dollar dan kenaikan harga avtur. Hal tersebut mengakibatkan maskapai menaikkan harga tiket agar tidak terjadi pembengkakan biaya operasional,” lanjutnya
Menurutnya, kondisi ini terjadi mirip dengan 2014. Saat itu juga terjadi fluktuasi nilai kurs dan kenaikan harga minyak dunia. Pemerintah menaikkan tarif batas atas dan kondisi permintaan dan daya beli masyarakat juga sedang lesu, sehingga mengakibatkan perlambatan.
“Saat ini penumpang banyak didominasi oleh kalangan price sensitive dan yang tidak time sensitive, sehingga dimungkinkan terjadi perpindahan ke moda transportasi dengan harga yang lebih terjangkau. Pihak maskapai seharusnya sadar bahwa konsumen mereka cenderung elastic demand,” ujarnya. (NDY)