AUSTRALIA, bisniswisata.co.id: Kerusuhan 22 Mei 2019, berkaitan dengan pengumuman hasil pemilu di Indonesia menyebabkan beberapa negara membuat peringatan perjalanan. Memang, selain memakan korban jiwa, kerusuhan yang terjadi di Jakarta juga menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar bagi sebagian kalangan yang berada di wilayah insiden terjadi.
Seperti dilansi ABC Indonesia, Selasa (28/5/2019), sejauh ini dampak dari kerusuhan tersebut tidaklah besar bagi perjalanan turis dari Australia. Angelina Sukiri, pemillik Extra Travel, agen perjalanan di Victoria, Australia mengatakan sejauh ini tidak ada pembatalan yang diterimanya berkenaan dengan kejadian di Jakarta tersebut.
Angelina Sukiri menjalani bisnis agen perjalanan Extra Travel di Melbourne sejak 2011. Photo: Angelina Sukiri menjalani bisnis agen perjalanan Extra Travel di Melbourne sejak 2011. (Supplied). “Jakarta bukan rute liburan bagi orang Australia. Kejadian ini hanya berdampak bagi orang Indonesia yang mau ke Jakarta.” kata Angelina.
Diakui, belum ada orang Australia membatalkan perjalanan ke Bali karena mengerti demonstrasi terjadi di ibu kota. “Kalau ke Bali tidak ada masalah. Bagusnya pola pikir orang di sini, mereka mengerti kalau demo itu semua di Jakarta dan bukan di Bali. Mereka merasa Bali tidak ada hubungannya dengan Jakarta dan bahwa di Bali masih ada orang yang berpergian dan cenderung aman.” lontarnya.
Fitri, pelayan pelanggan di Netfare Travel, agen perjalanan di Victoria, mengatakan bahwa pembatalan tiket penerbangan pada umumnya hanya terjadi jika bandara tutup. “Tidak ada pembatalan tiket. Semua penumpang tetap terbang sesuai jadwal karena dari bandara sendiri tidak ada masalah,” kata Fitri kepada wartawan ABC News Natasya Salim.
Netfare adalah salah satu agen perjalanan yang banyak menjual tiket bagi perjalanan ke Indonesia. Biasanya menjadi sebab pembatalan perjalanan yang dilakukan oleh warga Australia adalah bila ada masalah di bandar udara. “Kalau bandaranya ditutup, pasti banyak pelanggan yang membatalkan. Dan biasa bandara tutup kalau ada bencana alam.” tambah Fitri.
Bali masih jadi favorit
Kalau sejauh ini dampak perjalanan dari Australia ke Indonesia minimal, seorang warga Indonesia lainnya yang memiliki usaha penyedia jasa tur pribadi di Australia mengatakan bahwa dampak kejadian berkenaan dengan pemilu tersebut malah berkenaan dengan kedatangan warga Indonesia ke Australia.
Dyah P. Bazerghi adalah direktur Day Dreaming Australia (DDA), penyedia jasa tur pribadi di Victoria sejak 2017. “Kelihatannya persetujuan visa ke sini (Australia) jadi lama. Beberapa klien saya masih dalam proses menunggu persetujuan,” ungkapnya
Dyah menduga dari kerusuhan tersebut pemerintah Australia mengkhawatirkan meningkatnya WNI yang mau pindah ke sini. “Mungkin takut mereka pada hijrah ke sini.”
Reny Prawira, seorang representatif hotel yang pernah bekerja di Hotel Mulia dan The Dharmawangsa Hotel Jakarta di tahun 2003-2008 menilai kejadian sepertin kerusuhan pemilu ini pada umumnya hanya berimbas kepada kota bisnis seperti Jakarta. “Biasanya kalau seperti ini dampaknya lebih bisa dirasakan kota bisnis seperti Jakarta. Pembatalan hotel dan hubungan bisnis di masa depan sangat terpengaruh,” ungkapnya.
Kalau tujuan jalan-jalan seperti Bali rasanya dampak menurun tidak terlalu banyak. Karena banyak orang luar negeri berasumsi Bali bukan bagian dari Indonesia, sambungnya.
Menurut Biro Statistik Australia tahun 2016, jumlah turis Australia yang pergi ke luar negeri paling banyak mengunjungi Indonnesia. Tahun 2017, jumlah wisatawan Australia yang berkunjung ke Indonesia terutama Bali melebihi angka 1 juta orang.
Situs web Traveller bahkan mencatat bahwa satu tahun setelah penurunan jumlah pengunjung usai kejadian bom Bali di tahun 2002, angka turis dengan cepat mengalami peningkatan kembali sebesar 50% di November 2003. Beberapa tahun terakhir, Indonesia berusaha menjual destinasi lain selain Bali guna menarik lebih banyak turis asing berkunjung. (NDY)