INTERNATIONAL NEWS

Pentingnya Rantai Pasok Kopi Dalam Industri Pariwisata & Keberpihakan Pada Petani Kopi 

JAKARTA, bisniswisata.co.id:Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) mengundang saya jadi nara sumber webinarnya pekan lalu mengusung tema soal trend harga kopi dan dampaknya bagi petani dan pelaku industri di hilir. 

Oleh Ketua ASKI,  I Ketut Putrajayasa saya ditawari bicara mengenai harga kopi di pasar internasional serta bagaimana langkah kita menaikkan posisi tawar produk ekspor ini.

Saya sepakati karena kopi Arabika selama beberapa bulan ini diatas angin. Brazil dan Kolombia lagi jatuh mengingat musim kering yang berkepanjangan. 

Hal  menarik bagi saya adalah saat pembicara lainnya yaitu Dr. Anggara Hayun Anujuputra dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf). Singkat kata beliau menjelaskan rantai pasok parekraf di Mandalika. Selain itu juga dijelaskan perlunya match making supply and demand yaitu kopi. 

Ini menarik karena pariwisata  dan ekonomi kreatif adalah sektor yang saat ini terganggu dengan pandemi Covid/19. Dampaknya luar biasa. Setelah mendengarkan dan berargumentasi dalam Webinar saya sepenuhnya yakin bahwa niat mulia Kemenparekraf untuk mengangkat kopi perlu diacungi jempol. 

Menurut laporan UN World Tourism Organization (UWTO) penurunan signifikan angka perjalanan  wisata internasional hingga -56% Year-on-Year (YoY)  (Jan-Mei 2020 vs Jan-Mei 2019). Dengan kata lain, hilangnya devisa pariwisata di seluruh dunia adaah sebesar US$320 miliar, tiga kali lipat lebih besar dibanding tahun sebelumnya. 

Sementara itu menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dampak pandemi terhadap sektor usaha dibawah parekraf juga luar biasa, antara lain akomodasi, makan minum (- 22,31%) dan transportasi & pergudangan (-29,22). 

Total produksi sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya 33% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun. 

Menurut catatan Kemenparekraf tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 800 gram/kapita/tahun.Strata industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala industri rumahan (home industry) hingga industri kopi berskala multinasional. 

Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar negeri. 

Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi di pasar dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi di bidang industri kopi.

Konsep mempertemukan supply dan demand. 

Hayun menambahkan bahwa tidak susah memperkuat rantai pasok industri parekraf. Dalam hal ini supplier teh dan kopi, jamu tradisional,  sabun, cream shower gel, body lotion, minuman sehat di Lombok seperti mulegati, kuliner top khas daerah. 

Kesemua penyedia barang tersebut akan  dipertemukan Parekraf dengan demands di Mandalika yaitu: Casa Baio Raja Hotel, Restaurant  Beach Club, Hotel Novotel, Hotel Pullman, Accor Group dan RedDoorz. 

Dalam kaitan ini Pemerintah Pusat dan Pemda berfungsi sebagai matchmaking dan facilitator, yaitu adalah: Kemenparekraf, Dinas parekraf Provinsi, PHRI, Bank Indonesia dan lain sebagainya. 

 

pembicara
Searah jarum jam, Dr. Anggara Hayun Anujuputra, Dr. Anne Oartel, kota Brazil yang terapkan smooth tourism dan posisi Indonesia sebagai penghasil kopi ke 4 terbesar dunia.

 

Disini menariknya, bahwa peranan pemerintah adalah memfasilitasi temu bisnis untuk menjalin komitmen bersama antara supply, demand serta industri dan institusi pendukung, memfasilitasi perjanjian kerja sama antara supply dan demand.

Pemerintah juga memfasilitasi rencana aksi bersama antara supply, demand serta industri dan institusi pendukung dan mengadakan pengawasan serta mengevaluasi implementasinya. 

Saya sepakat dengan konsep tersebut karena ekonomi kreatif adalah lokomotif penciptaaan lapangan pekerjaan, terutama untuk sektor yang menyerap dan menggerakan ekonomi.

Dari catatan tentang kebijakan diatas, maka pendampingan yang dilakukan oleh pihak pemerintah memang esensial. Ada satu aktor lagi yang tidak boleh dilupakan yaitu pendampingan dari pihak perguruan tinggi terkait dengan budi daya sampai penanganan pasca panen. Sekarang saya ambil contoh negara lain yang menerapkan pola serupa, yakni Brazil. 

Strategi Brazil di sektor pariwisata selama masa Corona 

Sejak krisis Corona pada awal 2020, Brazil, seperti banyak negara lain berada dalam mode lockdown. Situasi ini memperburuk ekonomi yang sudah lemah dan menyebabkan kemerosotan parah di hampir semua sektor ekonomi. Karena pembatasan perjalanan internasional, industri pariwisata padat karya sangat terpengaruh. 

Pemerintah Brazil membuat suatu proyek koordinator pembelajaran global, yang dikepalai oleh  Dr. Anne Oartel. Strategi pengembangan pariwisata daerah dengan pendekatan berkelanjutan antar departemen dan terpadu dapat menjadi pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. 

Pemerintah Brazil mengembangkan konsep baru untuk smooth tourism yang berkelanjutan, terutama berfokus pada pariwisata domestik, dan mendukung hutan untuk mendapatkan sertifikasi sebagai “tujuan hijau”. 

Ini menghasilkan jalur siklus baru, petani kopi, koperasi energi lokal, sistem pengelolaan limbah yang inovatif, atau konsep pemasaran baru. Bahkan dengan pandemi Corona saat ini, proyek ini mengembangkan aplikasi yang disesuaikan yang memberi tahu wisatawan tentang aturan perilaku saat ini.

Apa yang dikembangkan di Brazil kurang lebih searah dengan konsep penggarapan Mandalika. Dengan adanya program pendampingan, maka standar operasional prosedur  (SOP), Good Agriculture Pratices (GAP) dapat terlaksana. 

Dengan demikian  diharapkan terbentuknya rantai nilai yang berkelanjutan, dan menciptakan kesejahteraan di antara pelaku usaha di sepanjang rantai pasok. 

Hal lain yang perlu saya tekankan adalah bahwa keterkaitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menciptakan multiplier  effect terhadap perekonomian nasional membuka peluang sekaligus tantangan yang harus disikapi oleh Pemerintah. 

Pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki hubungan timbal balik dan saling menguntungkan, yang keduanya mampu untuk berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto, pendapatan per kapita, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan perolehan pajak.

pohon kopi
kebun kopi di Manaus, Brazilia sebagai salah satu tujuan wisata juga

Kembali lagi seperti saya katakan diatas konsep mata rantai pasok kopi ini sesuai dengan misi negara saat ini yaitu kolaborasi antara pemerintah dan para pemangku kepentingan. Semoga berhasil. 

 

Bagas Hapsoro