DENPASAR, Bisniswisata.co.id: Pasar oleh-oleh atau souvenir di Bali didominasi produksi dari luar daerah bahkan luar negeri. Hanya 30% produk pengusaha lokal yang diserap pasar oleh-oleh di Pulau Dewata. Dikarenakan harga produk China lebih murah daripada produk buatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bali.
“Bahkan, beberapa pakaian oleh-oleh Bali justru dibuat di China. Pakaian itu hanya diberi label dari Bali untuk mencirikan oleh-oleh dari Pulau Dewata,” papar Ketua Umum Pengurus Daerah Induk UMKM Indonesia Bali Anak Agung Ngurah Mahendra.
Mahendra melanjutkan eperti dilansir laman Bisnis.com, Kamis (15/02/2018), hal ini terjadi lantaran pengusaha yang ingin mencari margin cukup besar. Konsekuensinya menekan modal dengan membeli produk China agar untuk didapat makin besar. Sementara, harga buatan pengusaha lokal Bali masih tinggi karena keterampilan sumber daya manusia yang kurang dan teknologi belum mendukung.
“Karena kalau dapat margin tinggi lebih untung mendatangkan dari China. Pertanyaannya gimana cara produksi supaya tidak impor berarti keterampilan SDM dinaikkan dan alat produksi diganti lebih modern, sebenarnya semua terbaca tapi rumit,” sambungnya.
Mahendra mengharapkan pemerintah untuk terus menggencarkan fasilitas pusat logistik berikat untuk UMKM agar mampu berkompetisi dengan negara-negara lainnya. Saat ini fasilitas ini dinilai sudah cukup dirasakan dengan baik oleh pelaku UMKM.
Pihaknya juga berencana akan membentuk koperasi untuk menampung persoalan UMKM di Bali dan memberi jalan keluar. Koperasi ini rencananya akan menyalurkan produk UMKM ke marketplace yang sudah ada.
Terkahir, dia juga mengharapkan pemerintah mulai membiayai pakar research and development untuk mengembangkan produk UMKM. Sekaligus juga, melakukan peningkatan teknologi agar kuantitas dan kualitas produk UMKM Bali dapat bersaing.
“Kebetulan pemerintah di Bali Creative Industry, itu yang kita mau sarankan agar dimaksimalkan agar mulitimensdi pengetahuan ada di sana termasuk yang dari ecommerce,” katanya. (NDHYK)