Keindahan arsitektur bangunan Kota Lama Semarang yang beragam dan dulu dikenal sebagai Little Netherland.
SEMARANG, bisniswisata.co.id : Di tengah pusat kota Semarang terdapat kawasan Kota Lama, seluas kurang lebih 31 Ha. dulu dikenal sebagai Oudestad, suatu peninggalan warisan kolonial Belanda, bersejarah lebih dari 2 abad sebagai pusat perdagangan pada abad ke 19 dan 20.
Di area ini banyak dibangun gedung kantor berbagai perusahaan dagang Belanda, diperkirakan sebanyak 50 buah, diantaranya masih berdiri kokoh terutama gedung-gedung kantor yang hingga kini masih digunakan. Bangunan-bangunan itu bergaya Kolonial, Art Deco, Renaissance, Baroque dan Semarangan yang sangat menarik.
Bersyukur banyak pecinta sejarah berkeinginan melestarikan peninggalan sejarah itu, terutama Hendrar Prihadi, sekarang menjabat Walikota Semarang, sebagai pelopor utama yang bertekad untuk melakukan pembenahan Kota Lama Semarang itu.
Tercatat tepat pada 8 November 2012, bertepatan dengan Hari Tata Ruang (Hartaru) Dunia, dia berikrar dengan menandatangani Piagam Komitmen Kota Pusaka. Sejak saat itu dia bersiteguh dengan serius melakukan pembenahan Kota Lama Semarang. Dibentuklah Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), serta mendorong semua pihak memprioritaskan kerja revitalisasi kota lama sebagai bagian dari pelestarian budaya Indonesia dan dunia.
Dengan adanya dana untuk mengatasi masalah rob dan banjir di kota Semarang, dilakukan peningkatan sistem drainase Kali Semarang sehingga pada tahun 2013 sudah dapat teratasi. Dimulai pula menata Taman Garuda dan Taman Sri Gunting.
Pada tahun 2014, Pemda Semarang membeli sebuah rumah tua, dahulu dikenal sebagai gedung Oudetrap yang menghadap ke kawasan Revitalisasi kota lama Semarang, merupakan warisan kolonial Belanda. Tahun demi tahun dilakukan pembenahan dengan merevitalisasi, meski masih jauh dari selesai namun akhir-akhir ini mulai tampak menarik kembali seperti kota tua Belanda.
Taman Sri Gunting, dijadikan pionir kerja renovasi kawasan kota lama itu, memancing masyarakat dapat turut merenovasi bangunan sekitarnya. Tahun demi tahun, usaha kerja revitalisasi berjalan maju terus, bahkan pada Maret 2016 BPK2L direformasi.
Masuklah anggota baru pemilik bangunan lama, dengan demikian pelestarian Kota Lama diharapkan dapat berjalan lebih cepat., namun tetap berhati-hati supaya tidak melenceng, keaslian kota Semarang “kutha lawas” tetap dipertahankan.
Sejak tahun 2011, setiap tahun diadakan festival Kota Lama Semarang berlangsung 2 – 3 hari yang menarik masyarakat luas. Pada tahun 2019 , berlangsung pada 12 – 22 September 2019, meski belum seluruh kawasan selesai direvitalisasi, namun Kota Lama Semarang sudah menarik wisatawan berdatangan.
Beberapa gedung sudah selesai direnovasi, tersedia jalur pedestrian dengan jalur khusus untuk tuna netra tertata rapih, dilengkapi banyak traffic cones sebagai pembatas dengan jalan raya berlapiskan batu alam, terpasang lampu-lampu penerangan jalan, membuat kawasan Kota Lama itu terasa nyaman dan tidak kumuh lagi.
Beberapa objek berhasil direvitalisasi, sedangkan gedung kantor lama masih berfungsi dan sudah direnovasi cantik, menjadikan Kawasan Kota Lama itu berhasil terkonservasi, tampak kembali sebagai kota Semarang zaman baheula, dahulu dikenal sebagai Little Netherland.
Old Semarang City Tour
Dari jalan utama di kota Semarang, yaitu Jl. Pemuda, dahulu disebut Bodjongweg ada Kantor Pos Besar, dan di taman seberangnya terdapat Semarang Nol Kilometer. Saya melakukan City Walk dengan berjalan kaki ke arah timur menyusuri kawasan Kota Lama Semarang.
Berjalan sekitar 100 Meter terdapat sebuah jembatan melintang di atas Sungai Semarang, jembatan itu dahulu disebut Gouvernementsbrug, karena warga lokal sukar menyebut lafal Brug, maka dikenal sebagai Jembatan Berok, bahkan disebut pula sebagai Jembatan Mberok.
Dahulu jembatan itu merupskan jalan akses satu-satunya untuk ke kawasan Kota Lama Semarang, yang dikenal sebagai Oudestat. Dahulu jembatan itu dibangun pada tahun 1705, berupa jembatan gantung, lantai jembatan itu tergantung pada 4 pilar, bisa diangkat supaya kapal-kapal dapat lewat di Kali Semarang.
Tetapi sekarang jembatan itu sudah menjadi jembatan permanen, bahkan sudah di perlebar dengan jalur kedua. Lewat Jembatan Berok tampak pada sisi seberang, bagai Riverside old offices, berjajar gedung-gedung kantor bergaya kolonial, sepanjang Jl. Mpu Tantular, dahulu disebut Westenwal Straat, karena kawasan Kota Lama dikelilingi benteng bersisi lima disebut Vijfhoek Fort.
Sekarang benteng itu sudah tiada, dibongkar pada tahun 1824 dan sepanjang Jl. Mpu Tantular ke arah utara masih terlihat menarik berjajar gedung-gedung tua kantor Bank Mandiri, PT Phapros, PT Pelni, GKBI dan lain lain.
Dari simpang jalan melanjutkan walking tour ke arah timur, merupakan jalan utama di kawasan Kota Lama, yaitu Jl. Letjen Suprapto, dahulu disebut Herenstraat. Ada bangunan mencolok Gereja Protestan Indonesia Barat ( GPIB ) “Immanuel”, dibangun pada tahun 1753 berbentuk Oktagonal. Gedung bersisi delapan menjulang tinggi beratap kubah besar warna merah, sehingga gereja itu dijuluki sebagai Gereja Blenduk, menjadi sebuah ikon kota Semarang.
Di muka gereja pada sisi timur terdapat sebuah taman kota Sri Gunting.Taman ini dahulu disebut Parade Plein, biasa didirikan podium untuk warga Belanda menonton para serdadu Belanda berparade sepanjang Herenstraat. Pada sisi utara taman itu ada Gedung Oudetrap yang sudah direnovasi.
Dinamakan seperti itu karena di muka sisi kanan gedung itu terdapat oudetrap, yaitu sebuah tangga besi tua berputar yang dipertahankan untuk naik ke lantai atas. Sekarang gedung itu dimanfatkan sebagai pusat informasi, ruang pameran dan lainnya.
Masih di belakang Gereja Blenduk, dekat Taman Garuda ada bekas bangunan gudang milik PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia ( PT PPI). Sekarang setelah direnovasi digunakan sebagai Galeri Industri Kecil Menengah (IKM) atau Galeri Industri Keatif dan sebagian untuk menampung PKL pedagang barang antik, tergabung dalam Paguyuban Padangrani, yang biasa berjualan di kaki lima tepi Taman Sri Gunting.
Kembali ke jalan utama, di sepanjang Jl. Letjend. Suprapto ada banyak gedung gedung megah yang telah direvitalisasi, antara lain gedung bekas kantor Javasche Bank, pernah digunakan menjadi kantor telepon, sekarang jadi Semarang Kreatif Galeri.
Dalam gedung itu tedapat pula Galeri UMKM, menjual barang-barang hasil kerajinan lokal dan kios beragam makanan dan minuman, sehingga pengunjung dapat membeli barang langsung dari pengrajin atau produsen, serta makan minum disana.
Gedung bekas Kantor Pengadilan Pemerintahan Kolonial Belanda, Raad van Justitusi, sebuah gedung yang khas model Belanda, pernah digunakan sebagai rumah dinas para pendeta Gereja Immanuel, pada tahun 2006 berubah menjadi sebuah rumah makan mewah khas ikan bakar.
Gedung Marba, terletak pada suatu sudut, tercatat dibangun pada pertengahan abad ke-19 berarsitektur Neo-klasik tampak megah, konon gedung itu milik seorang saudagar kaya bangsa Yaman bernama Marta Banjenet, maka gedung itu tertulis Marba. Dahulu dipakai sebagai sebuah kantor EMKL dan pernah digunakan pula sebagai sebuah toko Belanda sangat mewah de Zeikel, sampai sekarang gedung itu tampak cantik dan kokoh.
Gedung Spiegel, juga terletak pada suatu sudut, meski dahulu pada tahun 1895 dibangun megah bergaya Spanyol, digunakan perusahaan dagang Winkel Maatschappy H.Spiegel, menjual barang barang tekstil mewah.
Tapi gedung itu penah rusak berat tidak terawat, namun sekarang telah direvitalisasi dan digunakan sebagai sebuah bar & bistro. Pada lantai atas terdapat sebuah balkon kecil, dari sana tamu dapat melihat ke arah jembatan Berok dan lainnya.
Gedung Jiwasraya, sebuah bangunan berlantai 3, dibangun berarsitektur Art Deco pada tahun 1916, dirancang oleh Arsitek sangat tersohor Ir. Thomas Karsten, dahulu untuk kantor Nederlandsch Indische Levenverzekering de Lijfrente (NILLMIJ).
Ini merupakan sebuah gedung megah dan pernah digunakan pula sebagai kantor Walikota. Dulu merupakan gedung pertama di Semarang yang dilengkapi elevator lift. Sejak tahun 1994 berubah menjadi Kantor Jiwasraya dan tetap megah.
Gedung bekas Van Dorp, dahulu merupakan sebuah percetakan terbesar di Semarang, N.V. Drukkerij G.C.T. Van Dorp & Co, sekarang sudah berubah menjadi Dream Museum Zone, para pengunjung yang berminat dapat berfoto dengan beragam impian.
Tersedia ratusan foto seni dua dimensi dengan Trick Art dapat dibuat menjadi foto 3 dimensi, dengan beragam tema latar belakang dari berbagai lokasi dunia. Sedangkan di Jl. Cendrawasih ada sebuah bangunan tua dahulu disebut Statschouwburg, sebuah Gedung Komedi Kota Semarang sebagai tempat hiburan warga Belanda.
Sekarang dinamakan Marabunta dan digunakan sebagai gedung serba guna. Hal yang menarik bahwa daun pintu dan jendela kaca mozaik gedung itu masih dipertahankan dan di kiri-kanan atas bangunan itu terdapat patung semut besar warna merah. Gedung itu dinamakan Marabunta yang pernah digunakan sebagai kantor EMKL Marabunta, Yayasan Rumpun Diponegoro dan lainnya.
Di Ujung utara Jl. Cendrawasih, berlokasi di muka Stasiun Kereta Api Tawang ada sebuah Polder Tawang, untuk peningkatan sistem drainase dibuat waduk kecil penampung seluas sekitar 1 Ha., dilengkapi tanggul, pintu air, pompa air untuk mengatasi masalah banjir rob di kota Semarang.
Polder ini juga menjadi sarana wisata air warga Semarang. Para pengunjung Kawasan Kota Lama dapat berwisata sejarah dan dengan santai menyu -suri jalan sarat dengan gedung-gedung warisan peninggalan kolonial Belanda 2 – 3 abad yang lalu, sehingga memahami riwayat zaman penjajahan, dipenuhi pula aneka sarana hiburan dan kuliner, tersedia beraneka camilan, makan, minum dan berfoto-foto ria, semua instagramable banget.
Kerja belum selesai, meski sudah banyak dilakukan revitalisasi. Namun masih banyak pula bangunan-bangunan lama yang belum tertangani tapi sudah menjadi magnet yang menarik kunjungan banyak wisatawan domestik maupun mancanegara berdatangan.
Semoga kawasan Kota Lana Semarang ini dengan semangat penuh dapat menggapai mimpi, segera diakui dan tercatat sebagai Unesco World Heritage atau Peninggalan Warisan Dunia
* Penulis telah berkelana di 176 negara dan pemerhati warisan dunia.