Husein Iskandar ( foto: dok. pribadi)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Intelegensia sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh edukasi dan spiritual yang diperoleh dari orangtua dan lingkungan keluarganya. Demikian kesimpulan dari diskusi bersama Husein Iskandar yang menghabiskan waktunya puluhan tahun dengan kuliah dan merantau di berbagai negara di Eropa.
Di jumpai bersama warga Kolumbia di Jakarta yang merayakan tradisi Hari Lilin Kecil atau ‘Dia de Las Velitas’ di kediaman resmi Duta Besar Kolombia di Indonesia di Bukit Golf, Pondok Indah, Minggu, Husein yang beristrikan wanita Kolumbia, mantan teman kuliahnya di Jerman mengatakan keprihatinannya soal intelegensia sosial.
“ Kita tunggu saja dari tiga kandidat debat Calon President dan Wakil Presiden apakah ada menyinggung masalah intelegensia sosial ini ? sejauh ini sih belum ada yang menginggung hal ini,” ungkapnya prihatin.
Puluhan tahun tinggal di mancanegara dan kembali di usia pensiun, Husein mengatakan mengapa masalah intelegensia sosial ini menjadi keprihatinannya karena begitu banyak melihat pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat tanpa merasa bersalah padahal akibatnya berujung maut.
“ Di jalanan jutaan motor berseliweran dan pengendaranya juga segala umur baik anak-anak yang belum cukup umur, ibu rumah tangga hingga masyarakat yang tidak memiliki surat izin mengendarai motor,”
Menurut Husein kasus mengendarai motor lawan arah yang kerap berujung maut dengan tabrakan serta kematian sudah hal yang biasa di tanah air. Orangtua memberikan motor pada anak yang belum cukup umur dan tidak memiliki SIM juga bukan hitungan jari tapi sudah menjadi masalah di berbagai daerah.
“ Semua itu karena banyak orang bahkan pemerintah mengabaikan apa yang disebut dengan intelegensia sosial yang justru harus terus dilatih sehingga bisa menjadi pribadi yang teladan dan semua itu dimulai dari rumah,” kata Husein Iskandar, 68 tahun.
Ayah dua anak putri ini mengingatkan bahwa Intelegensia sosial yang buruk dapat tercermin dalam perilaku dan tindakan yang merugikan hubungan sosial.
Contoh motor melawan arus selain mudah melanggar dan tidak memiliki kedisiplinan, juga disebabkan pelaku hanya berorientasi pada diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan atau kebutuhan orang lain.
“ Masalah ini kalau terjadi pada anak dan tidak diberikan edukasi bahkan hukuman atas pelanggaran dampaknya di saat dewasa nanti akan memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan efektif atau kurang memperhatikan pandangan dan pendapat orang lain, egois, tidak patuh pada norma-norma sosial yang umumnya diterima,”
Intelegensia sosial yang buruk akan mengakibatkan hidup seseorang kedepan akan menghadapi konflik yang berulang tanpa upaya untuk menyelesaikannya dengan cara yang konstruktif.
Tipe orang seperti ini dalam jangka panjang tidak mau bekerja sama atau berkontribusi dalam kelompok atau masyarakat, tidak menghormati perbedaan dan bersikap intoleran terhadap keberagaman bahkan bisa bersifat manipulatif, menggunakan manipulasi atau kecerdikan untuk keuntungan pribadi tanpa memperhitungkan dampaknya pada orang lain.
“ Itu sebabnya pendidikan agama dan kejujuran menjadi penting karena kalau tidak jujur maka kurang integritas dalam interaksi sosial. Tidak peduli terhadap kesejahteraan bersama, mengabaikan tanggung jawab terhadap kesejahteraan bersama atau lingkungan sekitar,”
Perilaku-perilaku ini dapat merugikan hubungan sosial dan menciptakan ketegangan dalam masyarakat. Oleh karena itu penting untuk meningkatkan kesadaran sosial dan mempromosikan perilaku yang mendukung kesejahteraan bersama.
Menurut Husein, intelegensi sosial suatu negara sulit diukur secara langsung dan dapat bervariasi tergantung pada metode pengukuran dan parameter yang digunakan. Tidak ada konsensus global mengenai negara mana yang memiliki intelegensia sosial tertinggi tetapi negara-negara Skandinavia seperti Swedia, Denmark, Norwegia, Finlandia dikenal dengan sistem kesejahteraan sosial, partisipasi aktif masyarakat, dan nilai-nilai sosial yang kuat.
Mengingat semua dimulai dari rumah, maka untuk mendidik anak agar memiliki intelegensia sosial tertinggi. Dapat memberikan contoh yang baik misalnya orangtua mengucapkan kata “tolong” dan “terima kasih” setiap kali meminta bantuan pada anak-anak saat mereka membantu pekerjaan rumah bersama.
“Tunjukkan perilaku sosial yang positif dan orangtua menjadi contoh yang baik bagi anak-anak, ajarkan empati dan bantu anak-anak memahami perasaan orang lain dan mengembangkan kemampuan empati,”
Selalu melakukan komunikasi dua arah, bersikap terbuka sehingga terjadi pelatihan dan keterampilan komunikasi yang efektif, termasuk mendengarkan dengan baik dan berbicara dengan jelas.
“ Pendidikan budi pekerti jangan dihilangkan dari sekolah-sekolah dan ajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan kerjasama. Dorong kolaborasi dan anjurkan anak-anak untuk bekerja sama dalam kelompok, proyek, atau kegiatan sosial,” kata Husein Iskandar.
Orangtua juga perlu mengajarkan anak untuk mempertahankan keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, serta pentingnya menghormati perbedaan dan ajarkan cara mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif dan adil.
Memang, ujarnya, melibatkan anak-anak dalam kegiatan masyarakat untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka harus dilatih sejak kecil bahkan dorong partisipasi sosialnya anak-anak untuk aktif jadi sukarelawan.
Husein mengatakan ingin menjadi sukarelawan di Kabupaten Kaimana, Papua Barat karena membaca kiprah Freddy Thie dan Wakil Bupati Hasbullah Furuada yang memberikan pendidikan gratis bagi warganya selama 15 tahun dari tingkat taman kanak-kanak hingga lulus SMA dengan gratis.
“ Pemimpin yang mengutamakan pendidikan dalam program kerjanya sangat tepat dalam membangun sumber daya manusia ( SDM) dengan intelegensia sosial yang tinggi. Saya salut pada Freddy Thie dan Hasbullah atas kebijakannya tersebut, apalagi rumah-runah warga yang rusak dan tidak mampu diperbaiki juga dibantu,” tambahnya.
Kainama adalah sebuah kabupaten yang dijuluki Negeri 1001 Senja karena di kenal lewat lagu Senja di Kaimana yang dinyanyikan oleh Alfian ini mampu menjadi contoh teladan bagi kabupaten lain di Indonesia.
Oleh karena itu Husein akan mendedikasikannya dirinya untuk menjadi guru volunteer, untuk menjadi sukarelawan dan mengajarkan warga Kaimana termasuk intelegensia sosial serta membantu komunitas setempat,” kata pria yang banyak membantu Yayasan anak yatim piatu Kristiani ini.
“Penting untuk memahami bahwa pembentukan intelegensia sosial adalah proses yang berkelanjutan dan melibatkan keterlibatan aktif dari orang tua, guru, dan komunitas sekitar,” tegasnya.
Oleh karena itu, dia tidak ingin menghabiskan waktu tanpa melakukan sesuatu yang berarti bagi hidupnya dan orang banyak. Apalagi Lagu Senja di Kaimana juga memanggil-manggil ;
“Kan kuingat selalu kan kukenang selalu
Senja indah senja di Kaimana Seiring surya meredupkan sinar Dikau datang ke hati berdebar”