Gijs Van Popta, General Manager KLM untuk Asia Tenggara dan Ocenia.
JAKARTA, bisniswisata.co.id: KLM maskapai tertua di dunia yang masih beroperasi dengan nama asli memperingati Hari Ulang Tahun ( HUT) ke 100. Masyarakat Indonesia bisa belajar banyak dari perjalanan hidupnya melayani rute dunia, 95 tahun melayani rute ke Batavia (Jakarta) dan 10 tahun terakhir melayani rute ke Bali.
Selama dua hari, tepatnya pada 5 dan 7 Oktober 2019 di Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Jakarta, masyarakat disuguhkan mini pameran mengenai KLM yang mulai berdiri pada tanggal 7 Oktober 1919 dan kini bahkan sudah menerapkan strategi untuk hidup 100 tahun ke depan.
Dalam pameran yang tergolong sederhana itu, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij atau yang lebih dikenal dengan KLM merunut sejarah dan proyeksi masa depan yang menarik serta praktek bisnis yang bisa ditularkan pada seluruh perusahaan penerbangan di dunia.
“Kiat bisnis langgeng dari KLM adalah rajin berbagi ilmu karena untuk menerapkan program kami yaitu Fly Responsibility ( Terbang dengan bertanggungjawab) maka seluruh sektor harus bekerja bersama dan semua airlines juga harus bekerjasama menciptakan lingkungan hidup yang baik,” kata Gijs Van Popta, General Manager KLM untuk Asia Tenggara dan Ocenia.
Dia memandu langsung kalangan pers melewati lorong waktu saat awal perusahaan beroperasi serta kisah perjalanan pesawat Fokker F-VII yang bersejarah menuju Batavia .
Pesawat harus mampir di Basrah (Irak), Basher ( Iran), Ambala (India), Pakistan, Yangoon ( Myanmar), Malaysia, terbang ke Medan, Mentok (Bangka) dan akhirnya sampai di Batavia pada 24 November 1924 setelah menempuh perjalanan selama 55 hari. Alhasil hingga kini, Indonesia menjadi destinasi antar benuanya yang terlama mencapai 95 tahun.
Namun bagian terpenting dari mini pameran ini adalah area yang menampilkan langkah-langkah ramah lingkungan yang diambil oleh KLM serta rencana masa depan maskapai tersebut, termasuk proyek riset Flying V. Proyek tersebut merupakan kerja sama antara KLM dengan TU Delft untuk menghadirkan konsep pesawat masa depan yang hemat bahan bakar serta ramah lingkungan.
Pengunjung menangkap dengan jelas mencakup semua yang dilakukan maskapai ini sekarang dan di masa depan untuk meningkatkan keberlanjutan operasinya serta kontribusinya guna membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi penerus agar bisa hidup layak di bumi.
Pasalnya angka karbon dioksida ( CO2) menunjukkan nasib bumi yang semakin mengkhawatirkan dan berdampak pada perubahan iklim. Oleh karena itu industri penerbangan agar menerapkan ekonomi rendah karbon.
Sejak merger dengan Air France pada tahun 2004, KLM beroperasi dan selalu bertekad menjadi pemimpin pasar dalam tiga bisnis utamanya, yaitu transportasi penumpang, kargo dan perawatan pesawat.
Pada tahun 2018, Grup KLM mengoperasikan penerbangan dari pangkalannya di Amsterdam di seluruh dunia, dengan armada 214 pesawat. KLM memiliki 33.000 karyawan. Pada 2018, Grup KLM menghasilkan lebih dari 10 miliar euro dalam pendapatan.
Dengan 34,1 juta penumpang dan 621.000 ton kargo, KLM dan KLM Cityhopper merupakan jantung dari Grup KLM. Melalui jaringan luas 92 destinasi Eropa dan 70 antar benua.
“KLM adalah mitra di SkyTeam Alliance, sebuah kolaborasi yang menawarkan lebih banyak pilihan kepada wisatawan ke 1.063 tujuan di 173 negara. Jadi kami juga bekerjasama dengan Garuda Indonesia, anggota Sky Team” kata Gijs Van Popta.
Hal yang terpenting untuk menjadi perusahaan penerbangan yang berkelanjutan, ujarnya, menularkan konsep untuk mengurangi dampak lingkungan dengan mengoptimalkan kegiatan operasional, berinovasi dengan rantai pasokan dan melibatkan seluruh staf dan industri penerbangan.
” Menyediakan produk serta layanan yang inovatif dan penuh tanggung jawab kepada pelanggan sudah jadi DNA karyawan,” tambahnya.
Perusahaannya juga telah berinvestasi dalam desain ramah lingkungan (eco design) untuk produk-produk in-flight pesawat dalam rangka menurunkan emisi CO2. Jadi mulai dari tas barang bawaan pilot dan crew, peralatan makan sampai baju seragam pramugari dari bahan yang ringan dan bisa di daur ulang semuanya lebih ringan.
Karena tiga bisnis utamanya adalah transportasi penumpang, kargo dan perawatan pesawat maka diantara berbagai inisiatif penuh inovasi yang dilakukan perusahaannya akhir-akhir ini adalah melanjutkan penggunaan biofuel dan mendorong industri penerbangan untuk menciptakan pasar untuk biofuel.
Bahan bakar yang beralih ke biofuel dapat mengurangi emisi CO2 hingga 80% dan saat ini perusahaannya menjadi satu-satunya maskapai penerbangan Eropa yang mengoperasikan penerbangan antarbenua dengan bahan bakar terbarukan.
“Prinsipnya pengurangan berat berarti lebih sedikit konsumsi bahan bakar dan karenanya lebih sedikit emisi CO2. Oleh karena itu kami konsisten memakai
bahan yang lebih kuat dan lebih ringan serta menggunakan tenaga penggerak hibrid listrik yang diperlukan setelah tahun 2030 untuk semakin mengurangi emisi penerbangan,”
Industri penerbangan bertanggung jawab atas 2 hingga 3 persen dari emisi CO2 buatan manusia di dunia akibat pertumbuhan populasi, industri, perdagangan dan kemakmuran, ungkap Gijs Van Popta.
KLM memiliki ambisi untuk mencapai pengurangan CO2 absolut sebesar 15% pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2005. Ini merupakan langkah menuju 2050 dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) untuk mengurangi emisi CO2 bersih dari penerbangan turun sebesar 50% pada tahun 2050 dibandingkan tahun 2005.
Hasilnya, Grup Air France-KLM berada di posisi 3 teratas dalam Indeks Keberlanjutan Dow Jones selama 14 tahun. Dalam upaya mempertahankan posisi ini, KLM telah mengambil langkah-langkah di bidang pembaruan armada dan pengembangan skema kompensasi CO2 sendiri.
Gerakan kompensasi CO2 ini mendorong penumpang untuk kontributif dalam mengurangi emisi CO2. Hasil kompensasi ini disalurkan untuk program reboisasi hutan di Panama dan belahan bumi lainnya.
“Jadi setiap kontribusi uang dari penumpang pesawat yang mendukung gerakan pengurangan CO2 dimanfaatkan untuk menanam pohon baru, memelihara hutan yang ada dan mendukung komunitas lokal,”
Tanggungjawab sosial perusahaan ( CSR) untuk mengurangi emisi karbon, upaya mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab dan program yang mengubah hidup bagi masyarakat lokal menjadi satu kesatuan aksi nyata yang bisa dilakukan oleh semua industri penerbangan.
” Para petani kopi dan coklat di Panama mendapatkan manfaat dari program ini karena hasil panennya menjadi minuman yang disajikan dalam pesawat. Sementara kompensasi CO2 penumpang kami terkait dengan komitmen Fly Responsibly membuat operasi bisnis kita lebih berkelanjutan,” kata Gijs Van Popta.
Di akhir sesi sebagai ‘tour leader’ di mini pameran ini, Gijs menjelaskan gambar-gambar bangunan Belanda asli. Setiap tahun, pada tanggal 7 Oktober,saat merayakan ulang tahun KLM menghadirkan koleksi rumah baru dari rumah tradisional Belanda.
Selama ini rumah-rumah miniatur menjadi barang yang diinginkan para kolektor, menyebabkan barter yang meriah di antara para penumpang, jelasnya sambil senyum-senyum.
“Sejak 1950 an, kami memberikan setiap penumpang World Business Class sebuah hadiah unik berupa miniatur rumah Belanda tradisional – Delft Blue, yang berisi arak Belanda, atau dikenal sebagai jenever, “
Rupanya General Manager KLM untuk Asia Tenggara dan Ocenia ini juga suka sekali mengoleksi miniatur rumah tradisional Belanda ini. Apalagi tiap rumah tradisional sepanjang kanal di Amsterdam punya sejarahnya sendiri.
Miniatur rumah ke 100 yang dibagikan saat HUT ke 100 adalah Royal Palace Huis Ten Bosch di Hague, salah satu istana dan tempat tinggal keluarga kerajasn Belanda yang bisa dibawa pulang oleh para penumpang Business Class antar benua.
Pria yang sejak usia belasan tahun sudah berwisata ke Indonesia mengikuti overland Jawa-Bali-Lombok bersama kedua orangtuanya ini mengaku punya banyak kenangan dari perjalanan wisata keluarga ini.
Kehadirannya kembali ke Jakarta di dampingi Wouter Gregorowitsch, Country Manager Air France KLM Indonesia agaknya seperti slogan baru maskapai ini “To more memories together “, untuk mendapatkan lebih banyak kenangan bersama.