JAKARTA, bisniswisata.co.id: Inspirasi untuk menciptakan karya fesyen bisa datang dari mana saja. Bahkan, membuat koleksi busana ada yang terinspirasi dari hal tidak terpikirkan, seperti keberadaan mbok jamu. Apalagi penampilannya berubah seiring dengan waktu, diterjemahkan desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC), Hannie Hananto dalam bentuk busana seperti dress, kaftan, dan bawahan dalam koleksi “Suwe Ora Jamu”.
Semua pasti tahu, jamu adalah ramuan tradisional Indonesia yang berasal dari akar-akaran, daun-daunan, kulit, batang dan buah. Pedagang jamu tradional bisanya membawa botol-botol jamu dalam bakul yang terbuat dari anyaman kulit bambu. Kali ini, desainer asal Indonesia menuangkan ide dan konsep tukang jamu dalam busana-busana. Warna yang disuguhkan adalah warna cerah.
Desainer asal Indonesia, Hannie Hananto menilai identitas tukang jamu baginya adalah perempuan bersuku Jawa dengan geungan di kepala, mengenakan kebaya, selendang dan bakul jamu dengan membawa botol kaca dan ember. Bahkan menjajakan jamunya harus keliling dengan jalan kaki atau menunggu pembeli di pasar-pasar yang mayoritas dikunjungi ibu-ibu.
“Identitas ini sudah tertanam dibenak saya berpuluh-puluh tahun, yang kemudian saya sadari bahwa tukang jamu saat ini sudah mengalami banyak perubahan identitas, branding baru yang agak kagok di mata saya,” ungkap Hannie Hananto dalam keterangannya saat perhelatan Jakarta Fashion Trend 2020 di Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.
Dalam beberapa tahun lalu, wanita lulusan jurusan arsitektur di PTN melihat para mbok jamu sudah tak berkebaya dan bercepol, digantikan dengan blus biasa dan kunciran ekor kuda. Kini Hannie juga menyadari mbok jamu juga tak memakai jarik, yang menghasilkan langkah-langkah khas ketika berjalan dan juga tak menggunaan selendang dan bakul.
Bakul jamu digantikan oleh sepeda dengan boncengan yang didesain khusus agar botol jamu dan ember bisa dibawa dengan mudah. Selain itu, kualitas dan jenis jamu juga berubah, setiap jenis ramuan jamu akan dikemas terpisah satu per satu dalam botol seperti kunyit, beras kencul, jahe lalu dicampurkan dengan takaran tertentu yang disesuaikan dengan permintaan pelanggan.
Menurutnya saat penjual jamu sudah membuat ramuan instan sesuai dengan permintaan pasar, seperti ramuan masuk angin,pegal-pegal, khusus wanita dan lain-lain, hasilnya komunikasi yang tercipta saat ini pun sudah tak seakrab dulu, karena sudah timbal balik pertanyaan untuk mendiagnosa keluhan pelanggan yang digunakan sebagai dasar pembuat ramuan jamu.
Dalam peragaan busana, Hannie Hananto menggunakan ragam warna cerah kuning, merah, hitam dan putih yang dipadukan dengan sesain print karatkter Mbok Jamu yang sangat playful dalam busana yang dirancangnya. Sementara itu, dress yang dirancangnya juga terbuat dalam bentuk print yang dituangkan dalam kain kaftan. “Koleksi ini juga pernah ditunjukkan di perhelatan fashion Korea,” ungkapnya sambil menambahkan tanggapannya sangat luar biasa.
“Fashion bukan hanya tentang sebuah baju. Kita harus tau siapa pembuatnya. Sustainable tak cuma memakai bahan daur ulang dan ramah lingkungan tapi juga berkualitas serta berdesain bagus sehingga memengaruhi kesejahteraan pekerja,” kata Hannie Hananto yang juga Ketua Indonesia Fashion Chamber. (ndy)