Soto Medan, Kuliner Legenda Jadi Buah Bibir

MEDAN, bisniswisata.co.id: Soto Medan di RM Sinar Pagi Medan sudah menjadi viral di media sosial. Bahkan menjadi bahan pembicaran dari pecinta kuliner. Kenikmatan seporsi soto sudah menjadi buah bibir banyak orang. Konon, katanya mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Miss Universe pernah mencicipinya.

Bahkan, saat browsing di internet tentang Soto Medan. Salah satu netizen menuliskan opini seperti ini: dari semua soto, yang paling enak adalah Soto Medan. Dari semua Soto Medan, yang paling enak adalah Soto RM Sinar Pagi. Wajib kemari kalo yang datang dari luar kota. Soto campurnya bisa dicoba dari semua varian soto, ada ayam, sapi, paru, rempeyek udang, dan pergedel juga juara.

Luar biasa promosinya. Banyak orang mengatakan Rumah Makan (RM) Sinar Pagi, sebuah rumah makan legendaris di ibukota Sumatera Utara ini. Konon cerita, RM ini dirintis oleh Zulkarnaen sekitar 50 tahun lalu. Awalnya Zulkarnaen tidak hanya menjual soto karena ada banyak menu makanan lain di sana. Ia juga sempat berpindah lokasi, bahkan pernah jualan keliling.

Setelah mendapat tempat di lokasi yang sekarang, Zulkarnaen akhirnya berhasil menemukan resep Soto Medan yang nikmat yang dikenal hingga saat ini. Zulkarnaen sendiri meninggal di pertengahan tahun 1990-an, kemudian usaha sotonya dilanjutkan anak-anaknya.

Kenikmatan seporsi Soto Medan yang khas kuah sotonya cukup kental dan berwarna kekuningan. Ada yang langsung terasa, yaitu rasa rempah pada kuahnya cukup tebal. Penggunaan rempah ini justru yang membuat cita rasa segar. Untuk pilihan jenis soto, ada beragam mulai dari soto ayam, soto daging, babat, paru, atau soto campur.

Luar biasa variasinya. Setiap pelanggan dimanjakan sesuai seleranya saat itu. Ada yang favorit soto paru karena paru yang digunakan benar-benar garing dan nikmat. Begitu paru digigit teksturnya langsung hancur, rapuh, dan meleleh di dalam mulut. Bagi yang suka babat, tentu saja tak akan cepat-cepat menelan sebelum rasa gurih dan kasat mulai berkurang pelan-pelan.

Buat penggemar masakan pedas, Soto Medan ini bisa menjadi penawarnya. Dengan menambahkan sambal kecap sesuai keinginan, cita rasanya akan menjadi semakin kuat di lidah. Karena rasa dan pilihan isi Soto Medan inilah yang membuat RM Sinar Pagi menjadi perhatian sekaligus penyerap ramainya pembeli yang datang.

Tambahan pula, suasana yang terkesan cukup hectic dan membuat kita tidak bisa berlama-lama duduk santai ketika seporsi soto dan nasi sudah habis membuat pamor Soto Medan ini terus memancar dan selalu membuat penasaran siapapun.

“Jadi janganlah heran, meskipun RM Sinar Pagi yang berlokasi di Jalan Sei Deli Nomor 2, Medan ini buka sekitar pukul 07.00-16.00 WIB, pelanggan akan selalu datang lebih pagi supaya bisa lebih menikmati suasana rumah makan yang legendaris, sekaligus rasa yang dijamin tidak akan mengecewakan,” papar Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati Masalah Ekonomi Pinggiran seperti dilansir laman Wartaekonomi.com, Senin (08/10/2018).

Diakuinya, Soto Medan ini rempah-rempahnya sangat terasa sehingga sotonya memiliki ciri yang gurih, segar, dan sekaligus menghangatkan tubuh. Paling asyik menikmati soto bersama perkedel kentang serta rempeyek udang.

Apa saja yang disajikan di RM Sinar Pagi, selain Soto Medan? Selain Soto Medan, RM Sinar Pagi ini juga menyediakan sop, nasi pecel, lontong sayur, dan gado-gado. Apa beda Soto Medan dengan soto lainnya? Ciri khas dari Soto Medan terletak pada kuah yang berwarna kuning kehijau-hijauan karena mengandung santan dan rempah.

Dan yang membedakan Soto Medan dengan soto lainnya adalah penggunaan jinten (jintan) pada bumbu. Soto Medan memiliki cita rasa lezat dengan kuah santan kental dan kaya rempah yang disajikan bersama potongan daging sapi, perkedel, rempeyek, dan sambal yang disajikan cukup unik (semacam sambal kecap dengan taburan bawang goreng).

Jika kurang menyukai soto bersantan, bisa pesan soto ayam yang tak kalah nikmatnya. Di sini juga disediakan agar-agar dingin yang disajikan di dalam gelas terbalik sebagai pencuci mulut.

Dwi Mukti Wibowo menyarankan hendaknya setiap kota seluruh Indonesia memiliki kuliner yang khas sebagai ikon tujuan wisata karena selain tempat-tempat wisata, yang tak kalah penting adalah kuliner yang akan diburu oleh para wisatawan yang datang di tempat itu. Misal di Medan, Soto Medan adalah ikon kuliner khas.

“Memang Soto Medan lebih banyak didominasi oleh daging. Sebagaimana diketahui, semua kalangan menyukai daging. Hal yang menjadi selling point dari Soto Medan adalah banyak pilihan. Apakah daging sapi, ayam, atau udang. Pilihan inilah yang menjadi daya tarik sekaligus rasa penasaran dari pelanggan atau pengunjung jika hanya merasakan satu macam dari beberapa pilihan,” lontarnya.

Diakui, ada sentimen positif dari pelanggan yang selalu menggaungkan promosi dari mulut ke mulut. Sentimen ini tak lebih sebagai rasa bangga yang ingin menonjolkan daerah yang juga memiliki kuliner khas yang menjadi ikon daerah. Sehingga perlu menambah peluang usaha soto lain. Keberadaan Soto Medan di daerah lainnya, pastinya akan membuat penasaran siapapun yang pernah menikmati Soto Medan aslinya.

Juga harus menambah varian soto. Jika bosan dengan soto lain, Soto Medan bisa menjadi pilihan alternatif yang menarik untuk dicoba. “Memang Rumah makan yang legendaris biasanya tidak ingin membuat cabang dengan pertimbangan dapat mengendalikan mutu. Dengan adanya pengembangan wisata kuliner, paradigma seperti dulu sepertinya kurang relevan dan perlu dievaluasi kembali,” tandasnya.

Ditambahkan, untuk mengembangkan wisata kuliner, Kemenpar telah membentuk Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja dalam rangka mendukung pencapaian target kunjungan 17 juta wisman dan 270 juta pergerakan wisata nusantara pada tahun ini dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman dan 275 juta wisnus tahun 2019 mendatang.

“Jadi bukan hanya pemandangan alam Indonesia yang menjadi magnet untuk menarik wisatawan berkunjung ke sejumlah tempat wisata. Kuliner khas Indonesia yang beragam juga bisa jadi daya tarik bagi turis lokal dan mancanegara. Oleh karena itu, kuliner nusantara, termasuk Soto Medan ikut menjadi perhatian pemerintah untuk giat dipromosikan. Terkait dengan kuliner nusantara ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,” sambungnya.

Menyinggung soal kuliner, kata dia, Thailand telah berkibar dengan menu andalan tom yam, Korea Selatan dengan kimchi, Jepang dengan sushi, Vietnam dengan Pho, Malaysia dengan nasi lemak. Sementara Indonesia? Seolah masih kebingungan mencari ikon kuliner karena belum menentukan jenis makanan yang dianggap paling khas dan pas mewakili Indonesia secara keseluruhan;

Karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) perlu segera mengangkat kuliner sebagai bagian dari promosi pariwisata Indonesia. Yang harus dilakukan adalah penentuan makanan nasional, dan strategi pengembangan. “Bentuk promosi kuliner yang efektif, kuliner itu harus sampai di lidah atau dirasakan oleh wisatawan lokal maupun internasional,” harapnya. (EP)

Endy Poerwanto