KOMUNITAS

Komunitas Kostum Unik Dukung Pariwisata Bandung

BANDUNG, bisniswisata.co.id: Komunitas Kostum Unik (Kosnik) Bandung Jawa Barat punya cara tersendiri untuk mendukung pariwisata di kota Paris Van Java. Dengan berpakaian yang unik, menarik dan artistik, para cosplayer ini selalu mangkal setiap siang hingga sore di Jalan Asia Afrika dan Jalan Ir. Soekarno kota Bandung.

Baraneka ragam kostum yang dikenakan. Ada yang karakter superhero seperti Ultraman, Ironman, Captain America, ksatria baja hitam, thor hingga spiderman. Juga ada tokoh serial televisi maupun film layar lebar seperti smurf, Upin Ipin, Hello Kitty hingga Marza The Bear. Bahkan ada yang mengenakan kostum yang menyeramkan seperti pocong.

“Kami sudah hampir 6 tahun beroperasi di sini (Jalan Asia Afrika). Karena di sini saya sebagai pelopor dan pendiri juga. Jadi, karena perhitungan saya ini lebaran ke-6 saya berdiri di sini, berarti 6 tahun lah,” kata koordinator Kosnik, Bob, saat ditemui di Jalan Asia Afrika, seperti dilansir laman Ayobandung, Senin (10/06/2019).

Dilanjutkan, sebelum mendirikan komunitas Kosnik di Bandung, juga pernah mendirikan komunitas serupa di Kota Tua, Jakarta. Namun akhirnya kembali ke Bandung karena ingin kembali ke kota kelahirannya. Mendirikan Kosnik di Bandung, banyak pro dan kontra terjadi. Meskipun begitu, dengan niat kuat Bob untuk mendukung pariwisata Bandung, akhirnya Kosnik pun mendapat respon positif. Bahkan dibimbing langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.

“Awal saya mendirikan di sini pun, banyak sekali pro dan kontra. Jadi, semua ada perjuangan. Dan sebelum saya mendirikan di sini, saya bangun juga di Jakarta, di Kota Tua. Karena saya orang Bandung, saya balik Bandung. Karena untuk mendukung pariwisata akhirnya disetujui pihak terkait dari Pemkot Bandung karena berdampak positif,” jelasnya.

Dipilihnya Jalan Asia Afrika, lanjut dia,h karena jalan ini merupakan salah satu jalur pariwisata Bandung. Sebelumnya, Bob dan komunitasnya sempat pindah ke beberapa daerah lain. “Kalau saya dari awal di sini berdirinya. Tapi kalau untuk area lain pernah saya tempatin ada beberapa, cuma dominan kita di sini. Untuk saya pribadi, pengurusan dan pemantauan dari sini Asia Afrika. Karena ini jalur utama pariwisata juga,” kata dia.

Saat ini, Kosnik sudah memiliki sekitar 60 kostum. Kostum-kostum ini nantinya bebas digunakan oleh anggota komunitas. “Kalau untuk anggota yang terdaftar dan kostum keseluruhan ada 60 kostum. Kalau di sini kostum disediain,” kata Bob.

Menurutnya, siapapun bisa mendaftar menjadi anggota Kosnik. Meskipun belum ada sekretariat, komunitas ini tetap rajin ngumpul dan sharing yang biasa dilakukan di sekitar Jalan Asia Afrika. Untuk siapapun yang mau ikut itu bisa, minimal ada ktp atau kartu pelajar. Kalau sekretariat kita belum ada. Kita berdiri di sini aja sharing apapun di sini,” kata Bob.

Ke depannya, Bon berharap agar pemerintah bisa memberi perhatian lebih bagi komunitasnya juga berharap agar selalu diberi kesempatan untuk menghibur masyarakat. “Untuk harapan kita selalu dikasih kesempatan buat ngehibur masyarakat udah bagus buat saya. Untuk kedepannya, mungkin pemerintah bisa perhatian juga sama kita,” tutur Bob.

Menurut Pengawas Harian Kosnik, Apian membenarkan Kosnik berada di bawah binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sehingga Kosnik dapat tampil di Jalan Asia-Afrika secara legal. Kosnik diberikan ruang untuk bergerak bebas sementara Satpol PP sebagai petugas keamanan hanya akan turun tangan bila terjadi keributan.

Selama ini Kosnik beraktivitas dengan mengikuti peraturan yang sudah disepakati, sehingga Kosnik tidak menimbulkan masalah. Kosnik pun beraktivitas sesuai amanah yang diberikan yaitu untuk tetap menjaga ketertiban dan tidak mengganggu pejalan kaki. “Dan yang penting wisatawan yang datang ke Bandung bisa terhibur, senang bahkan diajak selvie bersama turis,” lontarnya.

“Foto dengan anggota Kosnik ini memiliki makna konotatif berupa pemanfaatan Kosnik sebagai alat daya tarik di bidang pariwisata oleh Pemerintah Kota Bandung. Kosnik dengan beragam kostumnya dapat menarik minat turis sehingga pemerintah akan mendapatkan keuntungan tetapi di sisi lain pemerintah tidak memberi dukungan dana,” lontarnya.

Kosnik diberikan area sendiri di Jalan Asia-Afrika, yang memang ramai dikunjungi turis, tetapi dana komunitas serta properti murni diperoleh oleh komunitas, tambahnya. (NDY)

Endy Poerwanto