Bangunan Masjid Sultan Abu Bakar yang megah ( Foto: Tourism Malaysia)
JOHOR BARU, Malaysia, bisniswisata.ci.id: Untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1441 H, saya mengupas Masjid Sultan Abu Bakar di Johor, yang unik perpaduan arsitektur British, Melayu dan Moor, suatu peninggalan sejarah masa kejayaan Kesultanan Johor.
Saya juga pernah menuangkan pengalaman perjalanan Menelusuri Jejak ‘Heritage Walk’ Kota Tua Johor Bahru, mengulas peninggalan hasil pembangunan masa kepemimpinan Sultan Abu Bakar, yang diakui sebagai ‘Bapak Pembangunan Johor Modern 1893.
Sultan menunjuk Tuan Haji Muhamed Arif Punak sebagai Arsitek perancang bangunan masjid tersebut. Diawasi oleh Insinyur Pemerintahan Johor selaku seorang Juru Tera, Dato Yahya bin Awalludin. Tentunya rancangan masjid itu selalu mengikuti nasihat titah dan sesuai dengan kehendak Sultan Abu Bakar dan Sultan Ibrahim.
Alhasil berdirilah sebuah Masjid yang kokoh indah dan megah, baik eksterior maupun interior tampak berarsitektur perpaduan British Victoria, Moor dan gaya lokal Melayu. Dibangunnya selama 8 tahun, dari tahun 1892 hingga tahun 1900. Sehingga waktu Masjid itu selesai dibangun, Sultan Abu Bakar telah mangkat pada tahun 1895.
Untuk memperingati jasa beliau, maka masjid itu dinamakan Masjid Abu Bakar, hingga sekarang berdiri kokoh sudah lebih dari seabad. Masjid Sultan Abu Bakar diresmikan oleh putranya, Sultan Ibrahim pada tahun 1900 dan pertama kali digunakan untuk Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1371 H. dapat menampung sebanyak 2.000 orang jemaah.
Konon pembangunan masjid megah itu menghabiskan biaya sebesar 400.000 Ringgit Malaysia. Sampai sekarang Masjid itu tetap indah mempesona dan tidak pernah diadakan perubahan bentuk.
Hasil perpaduan budaya dengan 4 buah menara masjid berbentuk menara jam gaya Inggris, dengan kolom-kolom besar berelief dan fasad masjid itu sarat dengan beragam ornamen.
Seluruh dinding dicat warna putih membuat masjid itu terlihat berkesan agung.Konsep denah dasar masjid itu berbentuk persegi empat panjang, sesuai dengan prinsip dasar Islam, namun masjid itu beratap genteng.
Di tengah tiap sisi diberi menara menjulang tinggi, dengan demikian terdapat 4 buah menara masjid khas bentuknya. Pada sisi luar ruang shalat dikelilingi serambi beratap plat beton dan berdinding batu dengan banyak jendela besar berjalusi.
Jendela itu terpasang dengan engsel kuno mencolok, dan tiap jendela diberi bingkai hiasan relief lengkung ditambah berbagai ornamen, semuanya menunjukkan ciri gaya bangunan lawas, tua namun menarik. Dinding batu serambi itu tinggi dan dipuncaknya diberi balustrade.
Menurut hemat saya ini mirip seperti Tower of London, sebuah benteng kuno di kota London, bedanya Masjid Sultan Abu Bakar itu dipersolek, dipupuri cat warna putih dan berhias banyak ornamen ataupun relief indah sehingga terlihat klasik.
Jendela jalusi pada dinding serambi beru kuran besar, bilamana jendela itu dibuka, keruan saja desiran angin dari luar masuk menjadi ventilasi alami di dalam ruang, dengan demikian menyejukkan udara tropis yang panas dalam ruang shalat.
Sedangkan lokasi Masjid Sultan Abu Bakar itu sangat strategis, berada di atas bukit Pantai Lido, menghadap ke Selat Tebrau, yang memisah kan Malaysia dengan Singapore. Bilamana cuaca baik dari halaman belakang masjid dapat melihat Singapore dengan jelas.
Keempat menara masjid itu menjadi aksentuasi keunikan dan keelokan Masjid Sultan Abu Bakar. Menara itu bertingkat empat, dua tingkat bawah berbentuk persegi empat dengan ragam lubang jendela lengkung berlainan, sedangkan dua tingkat atas berbentuk segi delapan berjendela pada tiap sisi.
Puncaknya diberi atap kubah menarik. Menara itu berhias dengan ragam ornamen dan relief ditambah elemen gaya arsitektur Moor,membuat menara itu indah menarik. Melewati dasar menara itu memasuki masjid, pada kedua sisi kiri kanan pintu masuk utama ruang shalat ada terpasang simbol Islam bintang bulan sabit.
Kalau kolom-kolom di luar terlihat berukuran besar persegi empat berelief, lain dengan pilar-pilar di dalam ruang shalat, dari dekat pintu masuk hingga mimbar berjajar 2 barisan pilar bulat dikenal sebagai pilar Romawi, yaitu kolom Corinthians, berulir cekung vertikal model Yunani, dengan kepala atau mahkota tiang berpola aneka hiasan alam, menopang lengkungan-lengkungan dekorasi interior.
Ruang shalat itu berlangit-langit warna emas berkilauan. Di arah kiblat terdapat sebuah mimbar bertingkat bagus sekali terbuat dari bahan tembaga, kiranya terbuat dan diimpor dari Inggris. Dalam ruang shalat dan sepanjang serambi terdapat banyak lampu hias gantung antik tampak indah, kiranya terbuat dan diimpor dari Inggris juga.
Di halaman depan terdapat selasar beratap untuk pejalan kaki, melewati dasar menara menuju pintu masuk utama Masjid. Di kedua sisi selasar itu dibangun semacam pendopo atau paseban, digunakan untuk tempat istirahat pengunjung, juga untuk digunakan para umat melakukan shalat, bilamana di dalam masjid sudah penuh.
Semua bangunan tambahan diluar bergaya lain dengan arsitektur asli bangunan utama Masjid. Sekarang nama masjid itu disebut MasjidNegeri Masjid Sultan Abu Bakar, Johor Bahru, Johor. Tepatnya berlokasi di Jalan Sekudai, Johor Bahru.
Masjid itu terbuka bagi umum, dan sekarang dijadikan pula sebagai Museum Sultan Abu Bakar dan objek wisata. Bilamana berminat untuk shalat dalam suasana tenang, kiranya Masjid Sultan Abu Bakar Johor dapat menjadi pilihan karena suasananya tenang.
Masjid berarsitektur British Victoria itu, berlokasi di ujung selatan semenanjung Malaysia, dengan lingkungan alam yang tenang dan berada di puncak bukit Lido yang indah, menghadap ke Selat Johor, yang dikenal pulau sebagai Selat Tebrau.
Kawasan Masjid itu juga menjadi objek wisata menarik yang mempesona. Untuk memenuhi hasrat saya mengunjungi Masjid Sultan itu, kami khusus mencharter sebuah taxi dari Singapore.
Dikawal oleh Hendra dan Lina, putra dan menantu. Mereka tidak tega saya yang sudah sepuh melakukan perjalanan sendirian pulang pergi antar negara Singapore – Malaysia, disyukuri selain mengawal mereka dapat pula jadi juru foto.
* Penulis telah berkelana di 176 negara dan pemerhati warisan dunia.