Vientiane,Laos, bisniswisata.co.id: Kolaborasi Pemerintah Laos –melalui Ministry of Information, Communication and Tourism (Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Pariwisata/MICT) —, ASEANTA, MP Singapura, dan Travel Weekly Asia, memulai upaya revitalisasi penyelenggaraan ASEAN Tourism Forum (ATF) —yang fondasinya diletakkan pada tahun 1981.—
Kemitraan ini berupaya untuk mengatasi tantangan yang dihadapi ATF selama bertahun-tahun, pada peningkatan konsistensi penyelenggara travel exchange (travex). Seperti diketahui tidak sepenuhnya kesepakatan- kesepakatan ASEAN dapat terwujud, salah satunya adalah mewujudkan ASEAN sebagai satu destinasi wisata layak kunjung.
“Travex tahun ini menandai tonggak penting dalam komitmen berkelanjutan ASEANTA untuk pertumbuhan dan peremajaan Forum Pariwisata ASEAN (ATF),” kata Eddy Krismeidi Soemawilaga, Presiden ASEANTA disela penyelenggaraan ATF 2024 di Vientiane, Laos 22-27 Januari.
Sebagai badan pariwisata terkemuka di ASEAN, ASEANTA siap memimpin upaya menuju ATF yang lebih kuat dan diremajakan. Disadari sepenuhnya bahwa perubahan membutuhkan waktu, dan skala pencapain tahun ini, tidak mencapai harapan.
“Sejalan dengan tujuan ATF, TRAVEX berfungsi sebagai konvensi tahunan industri pariwisata ASEAN, menyediakan platform untuk pertukaran ide, tinjauan perkembangan industri, dan rumusan bersama yang spesifik, rekomendasi untuk lebih mempercepat pertumbuhan pariwisata ASEAN,” tambah Soemawilaga.
Menterjemahkan Tema ATF
Untuk meningkatkan dampak TRAVEX, telah dilakukan modifikasi, termasuk perluasan ASEAN Tourism Conference (Konferensi Pariwisata ASEAN/ ATC) menjadi acara dua hari, yang menampilkan 34 pembicara. Konferensi berfokus pada tema ATF 2024: Quality and Responsible Tourism – Sustaining ASEAN Future (Pariwisata Berkualitas dan Bertanggung Jawab – Mempertahankan Masa Depan ASEAN).
Hari pertama 25 Januari dengan topik bahasan “Making sustainability sexy – how do you market sustainability? Tiga pembicara — Catherine Germier-Hamel, CEO, Destination Mekong; Michael Massey, Environmental Committee Chair, Phuket Hotels Association, Tom Chanthaphone, Director, The Hiker Travel, berbagi best practice bagaimana mereka menjadikan keberlanjutan sebagai nilai inti – dan pada saat yang sama meningkatkan kinerja pemasaran mereka.
Dilanjutkan dengan Practical tips on how to use TikTok for tourism oleh travel influencer, Ariel Koh yang pada kesimpulannya menekankan pentingnya content creator memahami Kode Etik Pariwisata Global yang mendasari etika bisnis kepariwisataan dunia.
Bahasan selanjutnya bertajuk “ Using adventure travel to drive sustainable tourism”. Menggunakan adventure tour untuk mendorong pariwisata berkelanjutan? Pada dasarnya ASEANTA melihat adventure travel dapat berjalan beriringan dengan upaya pariwisata berkelanjutan. Sesi yang menghadirkan Hannah Pearson, Direktur Regional APAC ATTA (Adventure Travel Trade Association) dan Inthy Deuansavanh Head of Inthira Group, salah satu pionir ekowisata dan petualangan di Laos. Membahas lebih lanjut tentang peluang ekonomi bagi masyarakat di tujuan wisata perjalanan petualangan, serta tren terkini dunia tentang pasar adventure.
Storytelling bukan Klikbait
Konferensi Kepariwisataan ASEAN hari pertama juga berbagi pengalaman para seller, penjual produk wisata unik berkelanjutan se kawasan Asia Tenggara — Unique sustainable experiences around Southeast Asia—hadir Inthira Group, Panorama Destination, Worldwide Travel, Khiri Travel, Sanctuary Hotel, Souphattra Hotel.
Kuncinya adalah kolaborasi dengan stake holder yang memiliki visi,misi, target pasar yang setara. Wisatawan berkualitas bagi usaha jasa Khiri Travel adalah pelaku perjalanan yang mencari pengalaman baru, memiliki kepedulian pada kelokalan, lingkungan di tujuan wisata dan mempertimbangkan emisi yang dihasilkan.
“Tidak hanya menyarankan penggunaan penginapan hanya sekedar ruang tidur, luas, nyaman. Tetapi mampu meyakinkan konsumen bahwa budget yang dikeluarkan juga menyentuh masyarakat, mempertimbangkan alam sekitar,” ungkap pihak Souphattra Hotel.
Pembelajaran bagi masyarakat pelaku perjalanan hal tika dalam penerbangan, menangani prilaku penggunajasa angkutan udara serta tatacara pemanfaatan teknologi dalam penerbangan diberikan oleh pilot AirAsia Kapten Cecylia Sandryna, Senior First Officer Giorgi Reyhan Adine Nugroho
Sesi hari pertama ATC-ATF 2024 juga menghadirkan Direktur Check-in Asia, Gary Bowerman. Membahas dengan lugas “Apa sebenarnya yang diinginkan para pelancong baru asal Tiongkok?”, pasar yang menjadi target industri kepariwisataan dunia. Bagi Check-in Asia tren pasar Cina telah berubah dalam prilaku dan pola pembelian paket wisata.
Sementara industri pariwisata Laos diwakili Janina Bikova, Ecotourism Advisor, Wildlife Conservation Society dan Peta McClean, Co-Founder, Tuk Tuk Safari berbicara tentang keragaman bisnis pariwisata di Laos yang memaksimalkan pariwisata berbasis komunitas untuk memberikan pendapatan bagi penduduk setempat – dan dalam prosesnya menciptakan peluang pariwisata baru.
Tak kalah penting peserta ATF 2024 Laos, diingatkan bahwa pariwisata adalah bisnis antar manusia. Selayaknya mengoptimalkan sentuhan manusia, dan manfaatkan teknologi untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan dan keunggulan layanan. Dalam hal ini Dr Somphavanh Seukpanya memaparkan “Adding value to tourism by telling stories: a guide for the public sector”, dan tetap ditegaskan berbasis kode etik.
Added value bagi ke dua belah pihak dalam hubungan pariwisata tidak hanya berupa nilai ekonomi. Ada pertukaran pemahaman, pencerahan nurani, pengalaman baru bagi pengunjung dan yang dikunjungi. Keberhasilan usaha ditentukan oleh kualitas pengunjung, kualitas dampak terhadap yang dikunjungi.
“Tehnologi dimanfaatkan untuk memudahkan, mendekatkan dan menambah kualitas pengalaman. Tetap keberhasilan itu ditentukan oleh repeater, regenerasi, perluasan pasar, bukan pada jumlah klikbait,” tegas Dr Somphavanh Seukpanya menutup sesi hari pertama ATC-ATF2024. *