FASHION

Paris Couture Week 2018: Givenchy Tampil Ciamik

PARIS, bisniswisata.co.id: Paris Couture Week pada musim dingin 2018/2019 dimulai penampilan apik, ciamik rumah mode Givenchy. Givenchy kini digawangi Clare Waight Keller, sang desainer gaun pengantin Meghan Markle dengan Pangeran Harry, mempersembahkan karya teranyarnya.

Di panggung Paris Couture Week, Keller membuat koleksi terbarunya yang ditujukan sebagai penghormatan kepada sang pendiri Givenchy, Hubert de Givenchy, yang meninggal pada bulan Maret 2018. Keller menjuluki koleksi terbarunya dengan Caraman. yang terinspirasi dari town house Givency, Hotel de Caraman.

Penghormatan Keller kepada Givenchy lewat Caraman ini dilatarbelakangi saat Hubert de Givenchy memindahkan rumah couture dan atelier-nya ke bekas Hotel de Caraman pada 1959. Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Hubert de Givenchy tak lama sebelum ia meninggal, terungkap pula bagaimana kejayaan House of Givenchy di masa lalu.

Dalam kisah Caraman, Keller menghidupkan kembali desain dan siluet klasik Givenchy yang bernama Separates. Koleksi Separates pertama kali dituangkan Givenchy dalam suaratnya sebelum meninggal.

“Saya mulai bekerja di Jacques Fath pada usia tujuh belas tahun. Selama enam tahun berikutnya, saya merasa senang bekerja dengan Robert Piguet, dan kemudian dengan Lelongdan Madame Schiaparelli selama empat tahun. Namun, harapan saya adalah memiliki label dengan nama saya sendiri. Saya tidak mencoba bersaing dengan para desainer lainnya, tetapi untuk menciptakan gaya yang kami sebut ‘Separates’ sebuah konsep baru yang lebih modern dan terkini menurut saya.”

Separates merupakan cikal bakal dari ide mix-and-match, yang di kala itu di tahun 1950an merupakan konsep yang tidak lazim dipergunakan di couture. Kini, Clare Waight Keller menyibak kembali salah satu konsep fashion visioner kreasi Monsieur de Givenchy itu.

Separates merupakan tampilan yang terdiri dari beberapa item terpisah yang dapat dikombinasikan dengan berbagai cara. Dalam imajinasinya kala itu, sepotong pakaian akan lebih mudah dipakai, dipasangkan dengan potongan lain. Hal ini memungkinkan wanita untuk melepaskan diri dari siluet korset dan setelan yang kaku menjadi lebih luwes namun tetap cantik.

Imaji Audrey Hepburn

Tampilan pertama merupakan rekreasi dari gaun sutera faille berwarna pink yang dikenakan Audrey Hepburn dalam salah satu film terbaiknya, Funny Face di tahun 1957. Gaun dengan atasan berlengan sepanjang siku menjadi tampilan signature Givenchy yang kental dengan keanggunan, karena gaun tersebut membatasi pergerakan lengan dan memastikan postur badan tetap tegak.

Belum lama ini Meghan Markle juga mengenakan gaun dengan siluet serupa saat menghadiri acara pertamanya sebagai Duchess of Sussex bersama Ratu Elizabeth II.

Gemulai ala Givenchy juga menjadi leitmotif di koleksi ini. Gaun-gaun Separates dengan warna kontras yang panjang menjuntai, gaun-gaun strapless yang digabungkan dengan blazer, mantel berbahan bulu yang disulam, sampai mantel panjang berbahan glossy, gaun draperi, serta celana panjang yang ramping muncul satu per satu di panggung Caraman.

Selain itu, gaun tuksedo berwarna hitam, mantel-mantel panjang yang diselempangkan di bahu, mantel kulit berwarna merah dengan detail capelet, serta sebuah atasan yang tampaknya terinspirasi dari Envelope Dress milik Cristobal Balenciaga yang terkenal menunjukkan kekaguman Hubert de Givenchy terhadap karya maestro couture itu, sebagaimana yang juga dituangkan Givenchy dalam suratnya.

Alih-alih stileto yang menjulang tinggi, para model hanya mengenakan sepatu kitten heels, sepatu berhak setinggi 3,5 cm sebagai paduan untuk gaun-gaunnya.

Nuansa nostalgia zaman kejayaan haute couture ini semakin kental ketika finale diiringi dengan lagu Moon River, sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Audrey Hepburn di filmnya yang mungkin paling dikenal publik, Breakfast At Tiffany’s.

Sebagai penutup, gemuruh para undangan yang hadir, beberapa mengusap air mata keharuan, menjadi tanda bahwa Clare Waight Keller merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi penerus Monsieur de Givenchy. (CNN)

Endy Poerwanto